#9 Meet You Again

198 17 20
                                    

Hari ini sungguh hari yang membuat Rini sungguh gugup. Memang ia bukan lagi staf yang baru. Namun mulai hari ini, ia akan benar-benar menjadi bagian dari staf yang kedepannya akan menemani NCT.

Selama beberapa hari ini ia mati-matian mengingat wajah serta nama setiap member yang berada dalam grup tersebut. Mana mungkin 'kan? jika ia tak mengenal mereka terlebih dahulu?

Hari ini ia akan bertemu dengan NCT. Tentunya bersama dengan staf lainnya sebagai sebuah perkenalan sebab tak lama lagi mereka akan mempersiapkan comeback mereka.

"Rin, tenanglah, kita hanya bertemu dengan NCT 127 saja."

"Itu artinya hanya 10 orang?" tanya Rini, membuat Sol-Ah dengan segera mengangguk.

"Kalian terlalu berlebihan."

Jiyeong. Gadis itu nampaknya sejak awal memang tak akan pernah bisa berteman dengan mereka. Bahkan Sol-Ah sempat hampir mengajaknya bertengkar.

"Bukan hanya kau saja yang kesal, aku juga," bisik Rini, membuat Sol-Ah kemudian mengangguk.

"Biarkan saja dia. Anggap dia tak pernah ada."

Rini yakin alasan utamanya berteman dengan Sol-Ah dalam waktu singkat bukanlah tanpa alasan. Mereka bisa dengan mudah berteman sebab sifat mereka yang sungguh cocok. Itulah kenapa mereka berdua tak mudah untuk bertengkar.

Atensi Rini langsung mengarah pada pria berambut pirang yang berdiri paling ujung. Pria itu seolah mengatur yang lainnya agar membentuk barisan yang rapi.

Apa itu beneran Taeyong?

Tatapan mereka sengaja tak bertemu, membuat Rini teringat perihal pria yang mengulurkan tangannya saat ia pertama kali menginjakan kaki di negeri gingseng itu. Tatapan mata yang benar-benar sama persis, membuat Rini kini yakin jika pria itu memanglah Taeyong.

Suasana begitu canggung. Hingga akhirnya Taeyong memimpin perkenalan mereka. Ini memang jarang terjadi. Tapi karena Rini dan yang lainnya mungkin akan menjadi staf tetap bersama NCT, itulah kenapa pemimpin agensi membiarkan mereka untuk berkenalan lebih dulu agar kedepannya mereka tak perlu lagi canggung.

"Kalian sudah berkenalan 'kan? Lebih baik kita makan dulu," ujar manager mereka. Pria yang tampan dan juga muda, membuat mereka lebih memperhatikannya dibanding member NCT 127.

"Rin, bukankah seharusnya ia menjadi member NCT saja? Ia terlalu tampan." Sol-Ah memasang wajah kagumnya sambil menopang dagu, membuat Rini hanya bergidik ngeri sebab ini kali pertamanya melihat Sol-Ah seperti ini. Tapi bisa ia akui jika pria yang mengurus NCT itu cukup tampan.

"Ah ya, aku sampai lupa. Aku Min Junki. Jika terjadi sesuatu, kalian bisa menghubungiku."

"Hyung, berhentilah tebar pesona," protes Jungwoo yang tentunya mendapat atensi dari yang lainnya. Apalagi tatapannya yang benar-benar mematikan.

Gemesin deh. Itulah yang langsung terlintas dalam pikiran Rini. Memang selama beberapa hari ini ia berusaha menghapal semua nama dan juga wajah member NCT. Tapi saat bertemu langsung rasanya benar-benar jadi sulit membedakan.

Saat ini mereka makan bersama. Namun lagi-lagi, atensi Rini justru mengarah pada Taeyong yang duduk agak jauh darinya. Andai ia sudah dekat, mungkin saja ia akan menanyakan soal skandal itu. Tapi masalahnya akan sangat canggung juga jika tiba-tiba saja ia menanyakan soal itu.

"Rin..."

Rini dengan cepat menoleh. Ia baru sadar jika sejak tadi ia belum menyentuh makanannya sama sekali sebab ia sibuk menatap Taeyong sambil melamun. Bahkan hal ini juga membuat yang lainnya menahan tawa mereka, termasuk member NCT 127.

Ish, Rin, kenapa malah malu-maluin? Rutuknya dalam hati. Ia yakin first impressionnya benar-benar buruk.

"Aku tahu dia tampan, tapi jangan menatapnya seperti tadi. Ia jadi tak mau memakan makanannya," bisik Sol-Ah, membuat Rini hanya memberikan senyum canggungnya. Jika bisa, ia akan memilih lari saja dari sana. Ah, ia tak bisa bayangkan jika pada akhirnya ia menjadi bahan godaan yang lainnya.

Kamu punya masalah hidup apa sih, Rin?

*
*
*

Rini masih melamun. Ia memikirkan tentang hal yang baru saja ia lakukan tadi. Andai ia tak melakukannya, Taeyong mungkin bisa memakan makanannya dengan tenang.

"Maaf," sesal Rini sambil berdiri tepat di hadapan Taeyong dan sukses membuat pria itu terkejut.

"Tidak apa-apa, tidak perlu memikirkannya. Aku hanya sedang diet saja," ujar Taeyong yang kemudian berlalu sebelum ada yang menyadari jika ia bicara dengan Rini tadi. Ia tak mungkin jika harus membuat Rini kena marah hanya karena bicara dengannya tadi.

Rini berbalik, menatap punggung Taeyong yang semakin menjauh sebelum akhirnya menghilang setelah pria itu berbelok ke arah kanan.

"Kau melamun lagi?" tanya Sol-Ah, membuat Rini terkejut. Ia sungguh tak mengerti kenapa membuatnya terkejut sepertinya sudah menjadi agenda sehari-hari Sol-Ah.

"Bisakah kau tak mengagetkanku? Menyebalkan sekali."

"Mianhae," sesal Sol-Ah yang kemudian merangkul bahu Rini. "Ah matta. Kau ingat sesuatu?"

"Sesuatu?" tanya Rini heran, membuat Sol-Ah dengan segera mencari keberadaan benda pipih hitam kesayangannya.

"Lihat?"

Rini menatap ponsel Sol-Ah, ia kemudian tersenyum kemudian mengangguk. "Mana mungkin aku melupakannya."

Yap, acara valentine day. Rini memang baru pertama kalinya berada di sana. Tapi ia sungguh ingin mengetahui segala hal yang berada di sana. Termasuk bagaimana cara orang Korea merayakan valentine.

"Pertama kita perlu membeli cokelat. Sebenarnya ini biasa dilakukan oleh seorang wanita yang tak memiliki pasangan dan ingin mengungkapkan perasaan mereka. Tapi berhubung kita memiliki pasangan, mungkin akan lebih baik jika kita memberikan cokelatnya pada kekasih kita." Sol-Ah terus berbicara seiring dengan bertambahnya langkah mereka.

"Kau cocok jadi seorang rapper."

"Jinjja? Wooseok juga sering mengatakannya. Tapi kau 'kan sudah tahu alasan utamaku tak ingin jadi idol."

Jika Rini boleh jujur, Sol-Ah benar-benar seperti seorang idol. Wajah dan juga vibesnya seolah menunjukan jika gadis itu memang terlahir menjadi seorang bintang. Tapi sayangnya, Sol-Ah tak pernah mau melakukannya sebab menurutnya hal itu sangat melelahkan.

Saat ini mereka sudah tiba di salah satu pusat perbelanjaan terdekat dari gendung agensi. Rini sudah menduga jika pusat perbelanjaan akan dipenuhi oleh perempuan yang ingin mengungkapkan perasaan mereka lewat cokelat. Bahkan kebanyakan masih menggunakan seragam sekolah mereka.

"Sol-Ah, apa kau pernah memberikan cokelat pada pria lain selain Wooseok?" tanya Rini saat mereka mulai memilah cokelat yang akan mereka beli.

"Pernah. Aku pernah memberikannya pada Aksa. Tapi di luar dugaan Aksa tidak mau menerimanya padahal aku memberikannya bukan untuk mengungkapkan perasaan."

"Apa dia pernah dekat dengan seorang wanita?"

"Tentu saja, namanya kalau tidak salah Yuna," jawab Sol-Ah yang kemudian menatap Rini dan tersenyum meledek. "Apa kau merasa cemburu?"

"Untuk apa?"

"Tentu saja kau harus cemburu kau 'kan kekasihnya."

Hanya pura-pura.









TBC🖤

26 Sep 2020

Best partTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang