#17 A Gift

172 19 19
                                    

"Terima kasih."

Entah sudah berapa kali Taeyong mengucapkan rasa terima kasihnya. Terlebih karena Rini sudah membantunya keluar dari salah satu masalah yang bisa dibilang berat untuknya.

"Tidak masalah, kita memang harus saling membantu, bukan?" tanya Rini, membuat Taeyong mengangguk.

"Heol, apa aku akan menjadi nyamuk saja di sini?" Rini mengumpat begitu Sol-Ah menggodanya. Ia sungguh tak mengerti kenapa temannya yang satu itu benar-benar menyebalkan. Sebelumnya Sol-Ah juga meninggalkan dirinya agar bisa berdua bersamamu Taeyong titik Lalu kali ini Sol-Ah membuatnya harus malu di depan Taeyong.

Mereka mulai berkemas begitu sampai di ruang tunggu, dan seperti biasanya Jiyeon dan juga Soyeon mulai menetap mereka tajam. Pasalnya, Rini datang bersama dengan Taeyong yang sejak tadi dicari oleh manager Hyung.

"Aku rasa ada yang berkencan," Seoyeon, membuat Rini hanya mendelik. Iya tak mengerti kenapa gadis itu terus saja merasa iri padanya. Padahal ia bukan dengan sengaja kembali ke ruang tunggu tersebut bersama Taeyong.

Sepanjang jalan menuju mobil, Sol-Ah terus saja mencibir bagaimana saya menyindir Rini tadi. Ia juga sebenarnya merasa sangat kesal karena Seoyeon seolah menjadi orang yang paling benar di sana.

"Mungkin jika Wooseok juga ada disini, ia akan sangat kesal padanya. Ia sungguh membuat suasana hatiku benar-benar buruk," kesal soalnya sambil menendang-nendang kotak make up yang ia pegang. "Aku sungguh akan mengadu padanya nanti."

"Biarkan saja, sepertinya dia memang benar-benar iri."

Saat ini mereka akan pergi ke tempat fansign. Namun kali ini sepertinya Jungwoo tidak ikut sebab Taeyong sudah melarangnya. Lagipula Jungwoo masih belum sehat.

Rini menyandarkan kepalanya pada kaca mobil itu. Memandang lampu-lampu jalan sepertinya membuat hatinya merasa lebih tenang. Apalagi dengan beberapa pikiran yang mulai berkemelut di pikirannya. Sebenarnya ia juga tak tahu kenapa pikirannya benar-benar kacau.

Bayangan mengenai kejadian tadi cukup terpatri dalam hatinya. Ia sebenarnya merutuki dirinya yang terlampau berani melawan sasaeng itu tanpa memikirkan bagaimana nasibnya kedepannya. Terlebih karena ia juga tak yakin jika kata-kata yang ia ucapkan benar. Sebab, bahasa Koreanya masih sangat berantakan.

"Rin, kau masih mau di sini?" tanya Sol-Ah, membuat Rini dengan segera tersadar dari lamunannya.

Sementara itu, lain halnya dengan Taeyong. Ia justru sangat tak menyangka jika Rini akan muncul di sana dan membantunya. Mungkin jika tidak, Taeyong benar-benar akan terjebak.

"Hyung, kau sedang kasmaran? Jadi member grup mana yang membuatmu terkesan?" goda Yuta, membuat Taeyong memasang wajah datarnya lagi. "Tidak mau mengatakannya?"

"Untuk apa?"

"Mungkin kau akan butuh bantuan?" ujar Yuta saat keduanya sama-sama melangkah masuk ke dalam gedung di mana fansign itu dilaksanakan.

Kilatan cahaya sungguh membuat Taeyong cukup tak nyaman. Bahkan ia juga tak mengerti alasan utama kenapa dirinya sangat tak nyaman saat kilatan cahaya itu mulai menerpanya.

"Kau baik-baik saja?" tanya Taeil, membuat Taeyong dengan segera mengangguk.

"Aku baik-baik saja."

*
*
*

Rini sangat terkejut saat seseorang tiba-tiba saja menarik tangannya. Ia sudah bersiap untuk berteriak, namun Taeyong dengan segera menutup mulutnya.

"Ini aku, kenapa sangat takut?"

"Ish, kau baru saja mengangetkanku. Kenapa tidak menangatakan dulu jika ingin menarik tanganku?" kesal Rini. Namun hal ini justru hanya mendapat balasan senyuman dari Taeyong.

Best partTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang