#Noda
(6)Berbagai macam kejadian mulai bermunculan di benak.
'Mas Indra yang tidak bisa mengendalikan diri dan memukuli Fay. Lalu keduanya adu mulut dan rahasiaku terbongkar di depan semua orang.'
'Fay tidak terima atas pernikahanku, lalu dia cari gara-gara dengan menceritakan semuanya pada semua orang, lalu Gus Bed tak terima dan bertengkar dengan Fay.'
'Atau yang paling ringan .... Fay mabuk dan menyerang Gus atau siapa pun sambil berteriak bahwa dia telah meniduriku.'
Ah, Fay kamu benar-benar membuatku snewen setiap harinya!
Raudah dan beberapa santri yang memegang urusan konsumsi sampai ikut ke luar dari tenda dan berdiri bersama tamu lain di kain pembatas antara laki-laki dan perempuan. Aku sangat penasaran dan takut sekaligus. Kalau saja tanpa dandanan ini, aku sudah berlari ke arah mereka dan membantah semua ucapan Fay.
Namun, apa daya? Aku seorang pengantin yang didandani sedemikian rupa cantiknya, hingga akan jadi fitnah jika keluar dan dipandang semua lelaki yang bukan mahram.
Sabar Li ... sabar ... tetaplah berada di tempatmu. Bumimu berpijak sekarang adalah tempat teraman untuk melindungi kehormatanmu!
'Sholallah ala Muhammad sholallah ala Muhammad sholallah ala Muhammad'
Ya Allah berkat sholawat jauhkan hamba dari petaka besar hari ini. Betapa aib yang menimpaku akan menjadi sejarah buruk dan panjang di pesantren Darul Falah. Nama baik Kiai Abdullah, keluarga dan pesantren seketika akan ternoda, jika Fay membuka mulutnya.
Jantung ini terpompa lebih cepat dari biasa. Detaknya tak bisa kukendalikan sesuai mauku. Meski kutenang-tenangkan hati.
Aku harus siap dengan kemungkinan terburuk. Menguatkan hati dan menerima takdir Rabbul Izzati.
"Huft, syukurlah bisa di atasi." Seseorang mendesah lega menjauhi kerumunan.
"Alhamdulillah. Ada-ada saja."
"Itu dia bilang si penganten wanitanya ndak beres."
Deg. Penganten wanita? Aku kah? Jangan-jangan benar Fay mengatakannya pada semua orang?
"Kok bisa ada tamu begitu di sini, untungnya bukan santri."
Racau orang-orang itu tidak membuatku cukup puas. Disusul yang lain, mereka menjauhi kerumunan hingga suasana kembali tenang seperti semula.
Apa yang sebenarnya terjadi? Aku masih berdiri dengan gelisah sampai Ibu datang.
"Dasar anak itu di mana-mana cari masalah," omel Ibu yang sudah duduk di dekatku. Ia kibas tangan, mungkin karena kepanasan berdesakan dengan orang-orang tadi.
"Benar, Fay, Bu?" tanyaku yang penasaran.
"Iya, siapa lagi? Kalau bukan karena kamu Li, Ibu sudah polisikan dia," geram Ibu.
"Memangnya kenapa, Bu? Maksud Li, apa yang dia lakukan tadi?" tanyaku ingin memperjelasnya. Ah, mana bisa kubuang rasa penasaran ini begitu saja. Apalagi orang-orang itu sempat menyebut penganten wanita yang ndak bener.
"Nah, itu, Nduk. Ndak jelas masalahnya."
Aku mendesah panjang kecewa. Kukira setelah mengomel ke sana ke mari Ibu sudah ngeuh pada kasusnya.
"Ya sudah nanti saja, Li tanya Gus. Kita-kita yang di sini pasti ndak ada yang paham. Dan mereka tidak mungkin berspekulasi sendiri yang akan jadi fitnah di pesantren. Li, tahu betul karakter penduduk pesantren Bu."
"Iya, Li. Itu kenapa Ibu memintamu terus maju. Pesantren ini adalah lingkungan terbaik, orang tua seperti Ibu pasti menginginkan putrinya bahagia di tempat terbaik. Karena masyarakat yang mengerti Islam tidak akan mudah bicara sesuatu yang jauh dari pengetahuan mereka."
KAMU SEDANG MEMBACA
Noda +21 (Lengkap)
General FictionJust info : Cerita ini sudah diunlock lebih dari 100K di KBM App. Yang penasaran dengan season dua dan selanjutnya baca di KBM App yuk. 😍😍 ❤❤❤ "Mana bercak darahnya?" Gus Ubaidillah seperti kesurupan membolak-balik selimut yang berantakan karena h...