Prasangka dan Waspada

790 77 4
                                    

Kutatap punggung dua pria yang tengah bicara di sofa. Wajah mereka begitu serius. Sesekali Gus membuang pandang ke arah lain, seolah beban datang tiba-tiba.


Ya Rabb. Hamba pasrah .... Mungkinkah Gus akan langsung percaya pada Fay --jika lelaki itu buka suara-- sebelum memastikannya padaku?


Kini pikiranku mengembara ke mana-mana. Mengingat banyak hal yang telah kulalui, yang menjadi sebab hingga aku ada di titik ini.


"Li!" Suara Shinta menyentak.


"Ya?" Antara terkejut dan bingung apa yang harus kuperbuat.


"Ambil keputusan sekarang. Semua ini demi masa depanmu! Dia bukan pria biasa, Li." Shinta kembali bicara memperingatkan.


"Tap-tapi Shin. Aku mencintainya."


"Li. Lihat aku?" Shinta memegang dua pundakku dan memutar ke arahnya hingga kami bertatapan.


"Kamu punya masa depan. Kamu punya keluarga, kan? Apa jadinya jika kamu hancur terkurung bersama pria sepertinya?" tanya gadis yang mengenakan jaket levis dengan menajamkan mata.


"Kalau dia gantung diri seperti kata teman-temannya?"


"Heh!" Shinta tersenyum sinis. "Dia tak akan melakukan itu, Li. Percaya padaku. Lelaki seperti Fay tau bagaimana mencintai dirinya sendiri. Yang dirasakan padamu itu bukan cinta, tapi obsesi yang akan membuatmu menderita."


"Dia tidak seperti itu, Shin!" sangkalku. Jelas saja tudingan Shinta pada Fay berkebalikan dengan perlakuan Fay selama ini padaku.


"Kamu lihat sendiri tadi, kan?" 


"Em, itu ...." Aku mulai kehabisan kata membelanya. Kenapa secepat itu Fay berubah? Apa yang sebenarnya diinginkan untuk hubungan kami? Kenapa dengan mudah dia menyentuh wanita lain di sana? Bibir yang kukira hanya bisa menyentuh bibirku, kini dengan mudah mencium wanita lain. Aku cemburu, marah, benci tapi aku juga takut kehilangannya.


"Ini kesempatan lo satu-satunya, Li. Dan alasan terbaik meninggalkan Fay, dia itu tipe pria yang percaya diri dan tak tau malu, kamu lihat sendiri kan, meski sudah bertahun-tahun tidak menyelesaikan skripsi, dia tetap stay cool di kampus!"


Ini memang bukan kasus pertama kami. Tapi setiap kali bicara, Fay selalu saja mampu menggoyahkan keputusanku untuk mengakhiri hubungan. Seolah alasan yang kubuat tidak berdasar dan tak seberapa dengan kuatnya perasaan kami masing-masing. 


Fay aku butuh penjelasan. Namun, belum sempat pria itu memberiku penjelasan, Shinta lebih dulu membuatku larut dalam kata-katanya yang seperti mantra.

Noda +21 (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang