"Excus me ...."
Suara seorang cabin crew datang mengejutkan. Kami sontak menoleh.
"Please don't make a fuss," sambungnya lagi.
Lagi dan lagi. Ini seperti kebetulan yang diatur oleh Tuhan. Setiap kali aku akan bicara, ada saja sesuatu yang menahannya.
Mungkin kah memang aku harus menutupnya rapat-rapat ya, Allah?
Setidaknya itulah yang kuyakini sekarang. Aku seperti mendapat teguran dari sisi diriku yang lain, aib yang sudah Allah tutup rapat malah akan kubuka sendiri. Belum tentu anak yang kukandung anaknya Fay, mengingat KB yang kupasang sehari setelah akad. Dalam waktu itu aku sudah berkali-kali melakukan hubungan suami istri dengan Gus Bed.
"Oh, okey. Sorry." Gus Bed menyahut.
"Ayo, Dek. Adek dengar 'kan kita mengganggu orang lain di sini." Kini Gus mengajakku kembali ke kursi dengan mengarahkan tangannya ke sana.
"Can I help you, Mister?" Wanita berseragam seksi itu menawarkan bantuan.
"What are you sick of, Miss?"
Belum lagi Gus Bed, menjawab pertanyaannya kini ia beralih fokus bertanya padaku.
"Oh, no. I'm fine. Thanks," jawabku cepat.
"Oh, okay." Pramugari manggut-manggut.
"Tapi adek harus ambil air wudhu sholat Bang." Kuarahkan pembicaraan pada Gus.
Karena yang kualami bukan datang bulan, maka wajib melakukan sholat. Masih ada waktu menunaikannya hingga subuh tiba.
"Oya, baiklah. Tapi Adek jangan mikir macem-macem lagi."
"Na'am, zaujy." Aku berusaha tersenyum manis. Lalu Gus berbalik meninggalkanku. Disusul pramugari yang terlihat lega, yang bergerak ke arah kabin pesawat.
Aku mengembus napas panjang. Menetralisir perasaan tak karuan yang sempat singgah untuk waktu yang lumayan lama, hingga Gus curiga dan mencariku.
Sejak sekarang kamu harus tenang, Li. Harus tenang setenang-tenangnya. Kamu punya Allah, Li! Apa yang terjadi bukan di luar kemauanmu dan pure kehendakNya. Dan lagi ... Allah tidak akan menimpakan masalah di luar batas kemampuan sang hamba.
Jika kamu merasa tak sanggup melihat reaksi Gus atas pemerkosaan yang menimpamu, maka yakin lah Allah tidak akan membukanya. Bukan kah Allah berdasarkan sangkaan hambaNya, Li?
Terus saja ada yang menasehati. Rasanya seperti malaikat yang Allah utus untuk menenangkanku setiap kali gundah gulana menghampiri.
__________
"Sudah selesai?" tanya Gus begitu aku datang.
"E'em." Aku mengangguk. Lalu duduk di tempatku semula. Bude Arina juga masih lelap di tempatnya.
"Apa sudah tenang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Noda +21 (Lengkap)
General FictionJust info : Cerita ini sudah diunlock lebih dari 100K di KBM App. Yang penasaran dengan season dua dan selanjutnya baca di KBM App yuk. 😍😍 ❤❤❤ "Mana bercak darahnya?" Gus Ubaidillah seperti kesurupan membolak-balik selimut yang berantakan karena h...