Seperti Bunda Aisyah RA

875 84 3
                                    

Tenanglah, Bed. Ini adalah berita yang belum tentu benar. Bukan kah Liana bilang sekali pun ia tidak pernah berzina dengan Kang Rifay? Karena ia tahu betul, untuk apa hubungan tanpa dilandasi kejujuran?


Bersabar, cari waktu yang tepat untuk betabayyun.


"Pergilah .... Jangan buat kekacauan sekarang! Apa Kang Fay tidak bisa melihat bagaimana keadaan Liana sekarang?! Pergi! Pergi!"

Kudorong tubuh tegap sepupuku, menjauhi ruangan di mana Liana terbaring.


Sejujurnya aku sangat takut jika yang Kang Fay katakan benar. Bagaimana aku akan menjalani hidup dengan sakit hati dan cemburu lantaran tubuh istriku pernah dijamah pria lain?

Membayangkan saja aku tak sanggup! Aku terlalu mencintainya.


Astagfirullah! Kutepis pikiran buruk itu jauh-jauh. Bisa saja itu hanya fitnah keji pada seorang istri sholihah yang menjaga kesuciannya, sebagaimana yang dialami Bunda Aisyah dulu? 


Kala itu Bunda Aisyah juga tengah sakit, dan Rasulullah bersikap berbeda dari biasa karena fitnah keji tersebut, hingga ayat Alquran turun. Bunda Aisyah semakin sakit bahkan menangis semalaman karena fitnah tersebut. Bagaimana jika beban itu menimpa Liana yang hanya wanita biasa? Bagaimana jika dia hancur dan memalingkan diri dari kebaikan?


Sampai di depan pintu kamar Liana, kulihat wanita cantik itu tertidur pulas dengan wajah sembab. Ada apa sebenarnya?Jangan sampai Kang Fay terus memanfaatkan kondisinya yang sedang tidak stabil.


Di sisi lain bayi kami sedang diasuh seorang perawat dengan memberinya botol kecil berisi susu. Mungkin karena Liana tengah tidur, perawat tersebut mengganti ASI dengan susu formula.


Baru akan melangkah mendekat, suara seseorang dari belakang menahan.


"Bapak Ubaidillah."


Saat berbalik Dokter Diana sudah berdiri persis di hadapan. 


"Tolong ikut saya sebentar." Ia menunjuk ruangan, lalu berjalan agar aku mengikutinya dari belakang.


Tak banyak berpikir, aku mengekor wanita itu menuju kantornya. Lalu duduk dengan tenang berseberangan meja.


"Begini Bapak Ubaidillah ... saya curiga istri Bapak mengalami depresi pasca melahirkan." Dokter Diana bicara dengan nada khawatir.


"Depresi, Dok? Bagaimana bisa?"


"Bisa saja, selain pengaruh hormon, jika selama ini Ibu Liana sudah merasa tertekan itu sangat berimbas, apalagi beliaunya melahirkan prematur." Dokter dengan jilbab sedada itu menekan kalimatnya. Seolah aku lah yang bersalah di sini.

Noda +21 (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang