Part 62

594 52 1
                                    

Ketika mereka sedang berkelahi tentang siapa yang akan menjadi ketua kelas tiba-tiba ada seseorang yang berteriak membuat kelas yang mulanya gaduh menjadi senyap.

"Achel!" teriak Veacella dengan Tissa. Semua orang menatap mereka dengan tatapan yang berbeda.

Achel menatap tajam ke arah dua sahabatnya itu, apa-apaan mereka mengajukan namanya untuk menjadi ketua kelas? Kenapa tidak mereka saja?

"Ogah!" tolak Achel mentah-mentah.

"Iya bu, Achel" giliran Achel menatap ke arah bangku yang di sebelahnya. Galaksi. Achel menatap sinis kepada Galaksi. Mengapa dia juga ikut-ikutan bersama dua cecunguk itu.

"Kenapa gak lo aja? Kenapa malah ngajuin nama gue?" tanya Achel.

"Ok, saya sama Achel bu" Galaksi mengangkat tangannya ke atas.

"Bangsat" umpat Achel.

"Baiklah, Achel, Galaksi, Tania, Rendra, silahkan maju ke depan untuk voting" titah bu Vera.

Achel berdecak kesal dan dengan malas dia maju ke depan kelas disusul dengan yang lain.

"Saya boleh minta tolong satu orang buat nulis hasil voting?" tanya bu Vera.

"Saya bu" Tissa mengacungkan tangannya.

"Baiklah, Tissa maju sekarang" Tissa pun maju ke depan kemudian menuliskan nama-nama mereka di papan tulis.

"Eh vote Achel ya" teriak Veacella.

"Jangan dengerin Peak, musyrik" sarkas Achel.

"Achel kampret"

"Sudah-sudah, kalian siapin nama yang kalian mau vote terus kumpulin di depan"

"Baik bu"

Suasana pun menjadi gaduh, mereka sedang berdiskusi untuk memilih siapa yang akan menjadi ketua kelas.

"Lo bakal kepilih, gue jamin" bisik Galaksi tepat di telinga Achel membuat Achel mendongak ke arahnya.

"Cih, liat aja nanti"

"Ok"

Sepuluh menit berlalu semenjak acara menghitung suara dan naasnya perkataan dari Galaksi tadi benar. Dia terpilih menjadi wakil kelas sedangkan Galaksi menjadi ketua kelasnya.

"Baiklah, saya minta kepada Achel dengan Galaksi untuk memimpin kelas dan menjadi contoh yang baik buat yang lain"

"Saya menolak" tegas Achel.

"Lho? Kenapa?" tanya bu Vera.

"Gini ya bu, saya tidak ada niatan untuk menjadi ketua kelas maupun yang lainnya. Ini juga bukan keinginan saya, ini juga karena teman saya. Jadi saya tidak mau" jelas Achel panjang lebar.

"Alah, sok jual mahal lo!" ujar Nera. Perempuan yang tidak suka Achel sejak dia masuk ke dalam kelas.

"Eh lampir diem aja deh lo!" balas Vea.

"Siapa yang lo kata lampir ha?" Nera menggebrak meja yang ada di depannya.

"Ya lo lah! Ya kali gue"

"Lo tuh ya"

"Sudah!" lerai bu Vera.

"Kalian sudah besar jangan bertengkar seperti anak kecil!"

"Maaf bu" ucap mereka berdua serempak sambil menundukkan kepala.

"Baik, saya mau bertanya ada yang mau menggantikan Achel menjadi wakil ketua?"

Hening. Mereka semua diam, tidak ada yang bersuara bahkan mereka menatap ke arah lain daripada ke arah depan.

"Tidak ada yang mau menggantikan Achel? Achel? Bagaimana denganmu? Masih tidak mau?" bu Vera menatap ke arah Achel membuat ia menghembuskan nafas pasrah dan akhirnya menganggukan kepala.

Achelia [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang