Part 33

4.7K 184 2
                                    

Achel masih menunggu Dhito berbicara kepadanya. Mengapa dia memintanya untuk jangan bersedih ataupun menangis? Sungguh membuat Achel penasaran.

"Davin kecelakaan"

Matanya membulat seketika ketika nama yang diucapkan oleh kakaknya adalah orang yang ia tunggu kedatangannya.

Achel tak percaya dengan ucapan Dhito. Ia pikir kakaknya itu sedang berbohong kepadanya.

"Candaan lo garing bang" ucap Achel yang masih tak percaya.

"Siapa yang lagi bercanda dek? Kalau lo gak percaya kita ke rumah sakit sekarang" Achel mengangguk dan Dhito membawanya ke rumah sakit.

Akhirnya mobil yang Achel tumpangi beserta Dhito berhenti di sebuah rumah sakit. Ia keluar dari mobil dan berjalan masuk diikuti oleh kakaknya.

Kakinya berhenti melangkah ketika melihat keluarga Davin serta teman-temannya ada berada di depan sebuah ruangan.

"Kalian ngapain di sini? Siapa yang sakit?" tanya Achel dengan nada yang rendah berharap yang ada di ruangan itu bukanlah dia.

"Achel" ibunya Davin berlari menghampiri Achel dan memeluknya.

"Davin Chel"

"Davin kenapa tan?"

"Davin kecelakaan" isaknya.

Seketika tubuh Achel mematung dan menatap semua orang yang ada di sini berharap ada yang bilang kalau yang dikatakan tadi hanyalah sebuah kebohongan bukan kebenaran.

"Tante pasti boong kan? Orang tadi dia masih baik baik aja kok"

"Gak ada yang boong dek" ucap Dhito.

Tubuh Achel tiba-tiba melemas dan dengan sigap Dhito menopang tubuhnya. Achel mendengar orang orang memanggil namanya tapi perlahan semuanya gelap.

Achel menutup matanya dan berharap ini semua adalah mimpi buruknya yang tak akan pernah menjadi kenyataan dan berharap ketika ia membuka matanya mimpi buruk itu akan hilang.

Ketika Achel membuka matanya, cahaya dari sebuah lampu membuatnya menyipitkan matanya. Bau obat-obatan menyeruak masuk ke dalam hidungnya.

Sekarang ia ingat kalau ia sedang berada di rumah sakit. Achel turun dari brankar dengan terburu buru dan pergi mencari ruangan dimana Davin dirawat.

Achel duduk di samping ibunya Davin dan menunggu dokter keluar memberi kabar keadaan Davin kepada mereka.

Tak lama seorang dokter itu keluar dari ruangan yang ditempati oleh Davin. Mereka semua menghampiri dokter itu dan bertanya bagaimana keadaan Davin.

"Dok, gimana keadaan anak saya?" tanya ayahnya Davin.

"Benturan yang ada di kepalanya lumayan keras, dia kehilangan banyak darah dan keadaannya sekarang sangatlah kritis"

Mendengar ucapan dari dokter tersebut, tubuh Achel langsung terduduk lemas. Dhito menghampirinya dan memeluk Achel erat. Ia menangis dalam dekapan Dhito yang hangat itu.

"Apa boleh kami menjenguknya?" tanya ibu Davin.

"Boleh"

Mereka semua masuk ke dalam ruangan itu. Nampaklah seorang lelaki yang tengah terbaring lemas dengan alat rumah sakit yang berada diseluruh tubuhnya untuk membantunya bertahan hidup.

Achel menatap nanar lelaki itu. Lelaki yang mengubah seluruh hidupnya. Lelaki yang selalu membuatnya tertawa dan tersenyum dengan tingkah lakunya. Lelaki yang selalu menariknya ke dalam dekapannya kini tengah terbaring lemah.

Achelia [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang