Part 50

4.5K 137 14
                                    

Motor yang mereka tumpangi berjalan tanpa tujuan dan akhirnya setelah mereka mengelilingi kota Jepara, mereka berhenti di depan sebuah cafe. Cafe yang ramai dipenuhi dengan muda mudi dan para pasangan yang memenuhi cafe.

"Kalo ujung ujungnya pergi ke cafe, kenapa gak daritadi sih?" gerutu Achel kesal.

Pasalnya Reano mengajaknya berkeliling kota sampai satu jam lebih dan ujung-ujungnya berakhir di tempat ini. Sungguh, ia ingin mencekiknya sekarang. Persetan dengan hukum.

"Hehe, maaf" ucapnya sambi nyengir.

Achel turun dari motornya dan disusul oleh Reano. Kemudian dia menggandeng tangan Achel menyeretnya ke dalam Cafe.

Reano menggandeng tangan Achel mencari tempat duduk yang kosong. Setelah mendapatkan tempat duduk yang kosong, mereka duduk.

"Mbak" panggil Reano sambil melambaikan tangannya ke atas.

"Iya mas, mau pesen apa?" tanya pelayan itu.

"Spagheti sama jus mangga"

"Kalo mbaknya?" pelayan itu menatap Achel.

"Samain, minumnya coffe latte"

"Oke" pelayan itu pergi dari meja mereka.

Achel merogoh rok celananya untuk mengambil ponsel dan memainkannya. Ia memainkan ponselnya cukup lama dan sampai akhirnya pesanan mereka datang.

"Ini pesanannya mas, mbak" ucap pelayan itu sambil meletakkan pesanan di atas meja.

"Selamat dinikmati" Achel dan Reano hanya mengangguk menanggapinya.

"Makan dulu, jangan main hp mulu" ucap Reano.

Achel hanya menatapnya sekilas sebelum menuruti perkataannya. Ia menaruh ponsel yang masih menyala, menampilkan wallpaper anak laki-laki dan seorang anak perempuan tengah tersenyum bahagia.

Reano sempat melihat wallpaper tersebut sesaat, kemudian dia melanjutkan makannya.

Karena Reano penasaran siapa dua anak kecil yang ada di ponselnya, akhirnya dia mengajukan pertanyaan kepada Achel.

"Itu fotonya siapa Chel yang lo jadiin wallpaper?" tanyanya di sela-sela makan mereka.

"Gua"

"Sama abang lo ya?" tebak Reano. Achel menggeleng karena itu bukan fotonya dengan Dhito melainkan fotonya bersama Alfin waktu mereka bertemu di taman.

Ia sengaja menjadikannya sebagai wallpaper, karena kala Achel merindukannya ia akan menatap foto tersebut walau terasa sesak di dada.

"Lha terus siapa?"

"Temen"

"Oh, temen"

"Napa?" tanya Achel.

"Gak papa sih, gue cuman penasaran dua anak kecil itu siapa eh ternyata elo, gue gak nyangka aja waktu lo kecil lo tersenyum lebar banget, ceria tapi lo yang sekarang" dia menjeda ucapannya dan menatap Achel.

"Lo dingin, cuek, bodo amatan orangnya, jarang senyum, beda banget sama lo yang waktu kecil" sambungnya.

"Oh?"

"Gue suka lo yang ada di wallpaper lo daripada lo yang sekarang"

"Lo tau apa tentang gue?"

"Gue emang gak terlalu tau tentang diri lo, yang gue tau ya tadi tapi dilihat dari wallpaper lo udah keliatan Chel kalo lo sebenarnya anak yang ceria"

"Gak usah sok tau!" sentak Achel.

"Gua gak sok tau"

"Serah"

Achelia [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang