Part 40

4.7K 173 8
                                    

Achel membuka matanya kala ada secercah sinar matahari masuk ke dalam sela-sela jendela kamarnya yang membuat acara tidurnya terusik dan dengan terpaksa ia bangun dari tidurnya.

Achel meraih ponsel yang berada di atas nakas dan menghidupkannya. Jam setengah tujuh kurang sepuluh menit, dengan sigap ia beranjak dari kasurnya dan pergi mandi.

Dia mandi dengan secepat kilat, setelah selesai Achel memakai seragamnya dengan tergesa-gesa dan meraih tas yang berada di atas kursi belajar nya.

Achel turun menuju ke ruang makan dan mendapati keluarganya yang tengah menikmati sarapan mereka.

Pemandangan ini cukup asing baginya karena biasanya Davin berada di sini ikut sarapan dengannya tapi sekarang dia takkan pernah makan di sini lagi.

Achel membuang pikiran itu dan mulai menarik kursi lalu makan. Setelah selesai makan, ia menyalimi kedua orangtuanya dan mulai berangkat sekolah.

Achel menancapkan pedal gas nya dan mulai melaju membelah jalanan kota yang sangat ramai karena pada jam seperti ini pasti bertubrukan dengan para pegawai pabrik.

Kebut-kebutan pun terjadi antara para pegawai pabrik, para pekerja dan anak sekolah.

Achel tak menghiraukan sumpah serapah yang dilontarkan oleh orang orang kepadanya. Sekarang ia hanya fokus melajukan mobil sebelum gerbang sekolah ditutup oleh satpam.

Ia bernafas lega ketika gerbang sekolah masih terbuka lebar untuk para murid dan para guru. Banyak murid yang baru saja berangkat.

Achel memarkirkan mobilnya di area parkiran sekolah dan berjalan masuk ke dalam sekolah.

Ia membanting tas nya ke atas meja dan mulai duduk di bangkunya. Acgel merogoh rok sakubnya dan mengeluarkan ponsel yang dari beberapa hari lalu ia matikan.

Banyak notifikasi muncul di layar ponselnya, rata-rata notifikasi itu dari teman-temannya dan kedua sahabatnya. Mereka mengirim banyak pesan kepadanya dan ratusan panggilan dari mereka.

Banyak dari mereka yang bertanya apakah ia baik-baik saja atau tidak. Ayolah, ia tidak akan menjadi lemah karena seorang lelaki. Hal yang sudah terjadi maka biarkan saja, tuhan pasti punya rencana yang lebih baik dari ini.

Hanya ditinggal pergi bukan berarti Achel mati karenanya. Lagipula ia sudah berjanji kepadanya untuk tidak bersedih dan ia akan menepati janji itu walau sulit.

Achel melihat laci mejanya yang seperti biasanya dipenuhi dengan bunga dan coklat. Ia mendengus kesal dan dengan malas ia membuang semua itu di tong sampah.

Apa mereka tidak ada kerjaan selain menaruh bunga dan coklat di laci orang? Buang-buang waktu.

Tiba-tiba ponselnya berbunyi, tanpa pikir panjang Achel menggeser tombol hijau ke atas dan tersambunglah panggilan itu.

"Lo gak papa?" tanya Raffi.

"Emang gue kenapa sih? Semua orang nanyain gue dengan pertanyaan yang sama, emang gue kenapa? Gue bukan cewek lemah yang berdiri dengan uluran tangan orang lain kalo gue jatuh ya udah jatuh, gue bakal bangkit sendiri karena kedua kaki gue masih sehat dan masih bisa buat berdiri" sulut Achel kesal.

Ia kesal dengan semua orang akhir-akhir ini, ia bukan cewek lemah yang ketika jatuh akan menunggu orang untuk memberikan uluran tangannya kepadanya.

Achel mematikan panggilan itu sebelum Raffi berkata lagi. Mood nya hari ini sudah buruk ditambah dengan pertanyaan dari Raffi yang membuat mood nya semakin buruk.

Tak lama bel masuk berbunyi, semua siswa dan siswi yang berada diluar kelas masuk ke dalam kelas mereka sedangkan mereka yang berada di dalam kelas segera kembali ke tempat duduknya masing-masing.

Achelia [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang