Part 42

3.1K 120 3
                                    

Achel membuka matanya kala sinar matahari yang tak sengaja masuk ke dalam kamarnya melalu sela-sela jendelanya yang tertutup dengan tirai.

Ia meraih ponsel yang berada di atas nakas dan menghidupkannya untuk melihat pukul berapa sekarang.

Achel meletakkan ponselnya di tempat semula dan mencoba mengumpulkan nyawanya yang berkelana semalam. Setelah terkumpul, ia beranjak dari kasurnya dan mandi.

Kini ia sudah memakai seragam putih abu-abunya dan tak lupa dengan tas yang bertengger di pundak kanannya. Achel meraih kunci motor yang berada di atas meja dan melangkah keluar menuju ke ruang makan.

"Pagi semua" sapanya hangat dengan senyuman yang merekah.

"Pagi" balas keluarganya serempak.

"Pagi juga calon pacar" Achel menoleh ke sumber suara yang memanggilnya dengan sebutan 'calon pacar' itu.

"Reano? Lo ngapain disini?" tanya Achel.

"Jemput calon pacar lah, ngapain lagi?"

"Gue gak butuh"

"Ayolah, gue anterin lo ke sekolah" bujuknya.

"Gak!"

"Udahlah dek, lo berangkat sama Reano aja" desak Dhito.

"Gak mau!"

"Harus mau" paksa Reano.

Achel mengerutkan dahinya, bingung dengan tingkah lakunya yang sedikit berubah. Pasalnya ia tidak terlalu mengenalnya hanya beberapa kali pernah bertemu.

Apakah itu dikatakan dengan dekat? Bukan kan? Hanya tiga kali Achel bertemu dengannya. Pertama, waktu geng Petra adu balap dengan geng Cobra. Kedua, waktu dia diajak pergi Dhito ke gedung Demont dan yang ketiga adalah waktu dia pergi ke sekolahnya.

Achel tak tau apa jalan pikiran dari orang ini. Sudahlah, biarkan saja dia mengantarnya ke sekolah. Hitung-hitung dapat tumpangan gratis.

"Hem, yodah"

"Apa?" tanya Reano.

"Mau gak? Kalo gak mau gue berangkat sendiri"

"Eh, mau dong"

Setelah perdebatan kecil yang terjadi di ruang makan, akhirnya kami duduk dan mulai sarapan. Setelah kenyang, Achel dan Reano berpamitan kepada orangtuanya lalu keluar.

Ketika sampai di samping motor Reano, ia memberikan helm yang ia bawa kepadanya. Achel menerima helm itu dan memakainya.

Achel menaiki motornya dan dia pun melajukan motornya ketika ia sudah duduk manis di jok belakang.

"Kenapa lo nganterin guae ke sekolah?" tanya Achel.

"Emang gak boleh ya nganterin calon pacar?"

"Gue bukan calon pacar lo dan gak akan pernah jadi pacar lo!"

"Oh ya? Liat aja nanti" ucapnya.

Motornya kini berhenti di depan gerbang sekolah. Semua siswa maupun siswi menatap mereka berdua dan mulai berbisik ria.

Karena tak ingin ditatap oleh mereka terus menerus, Achel turun dari motornya dan memberikan helm yang Reano pinjamkan tadi kepadanya.

"Thanks" ucap Achel lalu berlalu meninggalkan Reano yang masih menatapnya.

Ketika ia berjalan di koridor sekolah, semua menatapnya seolah-olah Achel orang yang bersalah.

"Baru dua bulan ditinggal Davin sekarang dia udah punya pacar baru"

Achelia [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang