Part 70

631 62 4
                                    

Achel turun dari motor milik Raffi dan tak lupa mengucapkan terimakasih kepadanya karena sudah mengantarnya pulang dan meminjamkan uangnya untuk membantu panti asuhan.

Achel berjalan masuk ke dalam rumah, baru saja kakinya menginjakkan lantai rumahnya, dia sudah dicegat oleh kakaknya yang tengah menatapnya dengan tajam dan tentunya khawatir karena Achel baru saja sembuh dan dia pulang sangat sore. Kakak mana yang tak khawatir jika adiknya sedang sakit dan belum pulang?

"Darimana kamu?" tanya Dhito. Nada bicaranya sudah berbeda, jika sang kakak itu sudah menggunakan kata aku dan kamu maka dia sedang marah.

"Panti" jawab Achel sambil menundukkan kepalanya.

Jika disuruh memilih preman atau kakaknya maka Achel lebih baik memilih preman-preman dan menghajarnya daripada harus menghadapi kakaknya itu.

"Panti? Ngapain?" Dhito mengernyit bingung, untuk apa adiknya itu pergi ke panti?

"Ceritanya panjang"

"Duduk sini" titah Dhito.

Achel menurut saja dan menghampiri sang kakak yang tengah duduk di shofa. Achel duduk di samping kakaknya itu dan menjatuhkan kepalanya di paha sang kakak. Dhito tampat tersentak sebentar tapi kemudian dia mengelus rambut Achel dengan penuh kasih sayang.

"Cerita sama abang" Achel mengangguk dan menceritakan semuanya kepada Dhito tanpa terkecuali.

Dhito yang mendengar cerita sang adik hanya manggut-manggut mengerti. "Kamu ngehajar orang itu sendiri?" tanya Dhito.

"Iya! Achel ngehajar tuh orang terus mulutnya Achel injek soalnya dia udah ngatain Achel jalang terus dia juga ngatain mamah sama papah" mendengar penuturan sang adik, Dhito terkejut.

Baru pertama kali dia melihat sisi iblis dari seorang Achel, sayang dia tidak bisa menyaksikan langsung kejadian itu kalau saja dia menyaksikannya pasti akan menyenangkan.

"Sekarang mandi ya?" suruh Dhito sambil tersenyum.

"Gendong" pinta Achel, sangat menggemaskan menurut Dhito.

"Ya udah ayo"  Achel merubah posisinya menjadi duduk kemudian Dhito berjongkok di depan Achel. Achel langsung melompat ke tubuh Dhito membuat Dhito hampir terjatuh ke depan karena Achel yang tiba-tiba lompat ke punggungnya.

"Udah?" tanya Dhito, Achel menganggukkan kepalanya semangat. Kapan lagi dia akan digendong oleh kakaknya itu?

"Ayo!" Dhito berdiri kemudian berlari menuju ke kamar Achel.

"Kok kamu sekarang berat, dulu gak tuh" ujar Dhito.

"Maksud abang sekarang Achel gemuk? Terus kalau dulu itu kurus? Gitu?" sulut Achel. Dia tidak terima kalau dikatakan seperti itu walaupun kakaknya itu tidak mengatainya sama sekali.

"Gak gitu ya Allah"

"Terus apa ha?"

"Gak" Dhito lebih memilih mengalah dari adiknya itu daripada berdebat dengannya, kalian pasti tau jika berdebat dengan cewek tidak akan ada akhirnya makanya Dhito memilih untuk mengalah.

Setelah perdebatan itu akhirnya mereka sampai di dalam kamar Achel, lantas Dhito pun berjongkok dan Achel pun turun dari gendongannya.

"Huss huss sana" usir Achel. Dhito menghembuskan nafas kasar dan mengelus dadanya, berusaha sabar menghadapi adiknya itu.

Akhirnya setelah Dhito keluar dari kamar Achel, dia langsung bergegas mandi karena tubuhnya yang sungguh lengket akibat perkelahian tadi.

🕷🕷🕷

Achel terbangun dari tidurnya ketika alarm dari ponselnya berbunyi membuatnya mau tak mau harus membuka matanya. Ia raih ponsel itu yang berada di atas meja kemudian dia mematikan alarm yang mengusik tidurnya yang indah.

Setelah ia mematikan ponselnya, ia merubah posisinya menjadi duduk dan menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam retina matanya. Dia menghembuskan nafas kemudian dia bangun dari ranjangnya lantas pergi ke kamar mandi sebelum kakak serta ibunya itu mengomel.

Dia menyelesaikan ritual mandinya dengan cukup cepat, hanya sepuluh menit saja. Achel memakai seragamnya dan setelah itu ia mengaca di cermin kemudian dia mengambil bedak serta lipstik yang ada di meja riasnya.

Dia melihat pantulan dirinya di cermin lantas tersenyum. "Duh ngidam apa sih emak gue sampai anaknya cantik bener" ujarnya dengan percaya diri.

"Huwek" Achel menoleh ke sumber suara dan ternyata ada kakaknya yang tengah berdiri di pintu.

"Kenapa lo?" tanya Achel tak senang. Apa-apaan kakaknya itu? Ketika Achel bilang dirinya cantik, kakaknya malah seperti itu.

"Lo cantik? Mimpi sana!" sarkas Dhito.

Achel mendekati kakaknya itu dan menarik telinganya dengan keras membuat Dhito meringis kesakitan.

"Coba ulang" pinta Achel.

"Gak, tadi cuman bercanda kok Chel. Lepasin ya?" Dhito memasang wajah memelasnya.

"Bilang kalo gue cantik dulu baru gue lepasin" ucap Achel.

"Iya, Achel paling cantik gak ada duanya" Achel tersenyum puas kemudian dia melepaskan telinga kakaknya yang sudah memerah itu karenanya.

"KDPA lo!"

"KDPA?" beo Achel.

"Iya, kekerasan dalam per-kakak adekan" jawab Dhito dengan nada yang alay.

"Alay lo!" Achel meraih tasnya yang berada di kursi kemudian menggendongnya di bahu kanan.

"Minggir lo! Gue mau sekolah" usir Achel, lantas mendorong dada kakaknya supaya minggir dari jalannya.

Dhito pun berjalan mengekori Achel yang sudah lumayan jauh di depan. Mereka berdua menghampiri keluarga mereka yang sudah menunggunya di ruang makan.

"Pagi semua" sapa Achel dengan cerianya.

"Pagi juga" balas mereka.

Setelah itu Achel dan Dhito duduk di kursi dan mulai menyantap makanan yang sudah disiapkan oleh ibu beserta pembantu rumahnya. Tak butuh waktu lama untuk seorang Achel, kini ia sudah menghabiskan sarapannya dan berpamitan kepada kedua orangtuanya disusul oleh kakaknya.

🕷🕷🕷

Achel turun dari mobilnya dan langsung menjadi sorotan di sekolahnya, semua orang menatap ke arahnya. Achel berjalan menuju kelasnya dengan wajah yang datar, banyak dari mereka yang mencoba menyapanya atau mendekatinya tapi Achel mengabaikannya.

Ia tahu mereka semua hanya ingin dekat dengan dirinya untuk memanjat sosial dan Achel benci itu, buat apa berteman kalau ada niat yang terselubung?

Tiba-tiba ada yang menepuk pundaknya membuat Achel menoleh ke samping dan mendapati Galaksi tengah tersenyum misterius, kemudian Galaksi mendekatkan wajahnya dan membisikkan sesuatu di telinganya.

"Pulang sekolah nanti jangan lupa, kalo lupa" Galaksi berhenti sejenak kemudian dia mendekatkan wajahnya ke ceruk leher milik Achel, meniupnya perlahan. Achel menegang di tempat, bukan dia saja melainkan semua orang yang menontonnya.

Achel mendorong tubuhnya menjauh dan memegang leher bekas tiupan Galaksi. "Gak usah dipegang gitu, cuman niup belum gue gigit" ujar Galaksi kemudian berlalu.

Achel mengepalkan tangannya, kesal karena tingkah laku Galaksi yang sudah mempermalukan dirinya di depan umum. Dia menghentakkan kakinya kemudian pergi darisana.

Sepanjang perjalanan, Achel tak henti-henti menyumpah serapahi Galaksi. Dia bersumpah akan membalas perbuatannya itu.

_________________________________________

Eyyoo boss-! Kembali dengan diriku, akhirnya punya ide buat nulis wkwk. Makasih buat kalian semua yang udah support aku, sayang banyak² pokoknya. Aku usahain puasa ceritanya udah tamat.

Jepara, 29 Maret 2021

'Alyzfn

Achelia [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang