chapter 9

259 25 3
                                    

Melody berjalan sendiri menuju toilet, sekolahan tampak sepi karena ini masih jam pelajaran. Melody melihat kembarannya sedang bersandar di pintu toilet sambil menatap Melody dengan tatapan menusuk. Dengan pelan-pelan Melody menghampiri kembarannya.

"Aria ngapain disini?" Tanya Melody. Aria hanya menatap Melody tajam tanpa menjawab.

"Guys sudah belum?" Teriak Aria dari luar. Tak berapa lama teman-teman Aria keluar dari toilet.

"Kenapa muka lo jutek banget?" Tanya Devi ke Aria.

"Ada orang pembawa sial disini, takutnya gue ikut sial nanti" ketus Aria. Melody menghela nafas sebentar, kenapa kembarannya ini terlalu benci dengannya. Melody bingung salahnya dimana.

"Maaf Melody mau ke toilet dulu" lirih Melody kemudian masuk ke toilet. Mereka bertiga saling tatap-tatapan dan tersenyum licik satu sama lain.

"Pastikan enggak ada yang lihat!" Ucap Aria.

"Siap bos" ucap Rara. Aria tersenyum licik kemudian mengunci pintu toilet dari luar.

"Dev buat tulisan toilet rusak!" Perintah Aria. Devi langsung membuka tasnya dan mengambil sobekan kertas dan menulis apa yang di perintahkan Aria. Dengan segera Aria mengambil kertas itu dan menempelkan di pintu toilet. Mereka tersenyum puas saat kertas itu sudah menempel di pintu toilet.

"Kembali ke kelas" ucap Aria sambil melempar kunci kamar mandi di tong sampah.

----

Melody menatap wajahnya di pantulan kaca depannya. Ia menghela nafas panjang sedari tadi pikirannya dipenuhi oleh kalimat Gara beberapa jam yang lalu.

"Kenapa kalimat itu selalu memenuhi kepala Melody" ucap Melody dengan frustasi. Melody membasuh mukanya dengan air kran yang mengalir didepannya.

"Huhhhh ingat Mel kamu enggak pantas buat dia" ujar Melody untuk dirinya sendiri. Lalu Melody mematikan kran air dan berjalan menuju pintu toilet. Melody mengerutkan keningnya saat pintu toilet tertutup rapat dengan segera Melody berjalan cepat menuju pintu toilet. Tangannya sudah berada di kenop pintu. Melody menaik turunkan kenop pintu tersebut tapi hasilnya pintu itu tidak bisa terbuka.

Wajah Melody langsung panik, dia mencoba membuka pintunya lagi tapi tetap saja tidak bisa terbuka. Mata Melody sudah berkaca-kaca, lalu Melody menggedor-gedor pintu toilet dengan kencang. Dia tidak memikirkan tangannya yang akan sakit nantinya.

Dorr... Dorr...

"Aria tolong buka pintunya" teriak Melody.

"Aria... Aria..."

"Tolong siapa pun yang ada di sana, bantu Melody" teriak Melody sambil menggedor-gedor pintu toilet dengan keras. Sudah satu jam Melody meminta pertolongan tapi hasilnya nihil. Tenaga Melody terkuras habis. Melody berjalan ke arah tembok lalu melosotkan tubuhnya ke bawah.

"Ya Tuhan bantu Melody untuk keluar dari sini" lirih Melody dengan suara sendunya. Wajah Melody ditenggelamkan di lututnya dan menangis dalam diam.

---

Nayla sedari tadi tampak panik karena sahabatnya sedari dua jam yang lalu belum balik-balik dari toilet. Nayla melirik jam di tangannya sudah menunjukkan pukul 4 yang artinya jam pelajaran sudah selesai dan sebentar lagi pulang. Tak berapa lama terdengar suara bel pulang sekolah wajah Nayla semakin gelisah.

"Baik anak-anak berhubung jam pelajaran sudah selesai maka untuk tugas hari ini boleh di lanjutkan di rumah ingat besok dikumpulkan, saya tunggu di ruangan saya besok pagi" ucap pak Guntur sambil membereskan buku-bukunya.

"Baik pak" ucap siswa-siswi dengan serempak.

"Kalau begitu sebelum mengakhiri pelajaran pada sore hari ini marilah kita berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing, berdoa mulai" ujar pak Guntur.

MELODY RAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang