chapter 4

439 38 8
                                    

Melody terbangun dari tidurnya saat cahaya matahari masuk dari celah-celah jendela yang tak sengaja mengenai wajah cantiknya. Melody meringis saat tubuhnya digerakkan. Luka-luka hasil cambukan papanya tadi malam benar-benar terasa sekarang.

"Ahhh... Kenapa sakitnya selalu berasa saat bangun tidur" ringis Melody. Dengan perlahan Melody bangun dari tidurnya. Diliriknya sudah pukul setengah 7. Kalau dia berangkat pasti nanti akan terlambat. Dan pastinya Melody bingung menyembunyikan luka-luka di tubuhnya ini karena nanti pasti saat pelajaran tidak diperbolehkan memakai pakaian selain seragam.

Lagi dan lagi Melody akan membolos karena luka-luka ditubuhnya ini. Sebenarnya Melody sudah biasa mendapatkan ini. Dengan berat hati Melody hari ini tidak berangkat sekolah. Untuk duduk sebentar saja rasanya sangat luar biasa.

Melody menatap pakainya yang dari kemarin belum ia ganti. Banyak noda merah yang menempel di seragam putih Melody. Melihat itu membuat Melody tersenyum miris.

"Ya Allah kenapa sesakit ini" lirih Melody.

Melody berdiri dengan perlahan mungkin berendam dengan air hangat akan membuatnya sedikit tenang. Tanpa menghiraukan luka-luka ditubuhnya Melody berendam dengan air hangat.

-----

"Pagi Pa, Ma, Kak" sapa Aria sambil mencium pipi mereka satu persatu.

"Pagi sayang" balas Andre.

"Pagi juga sayang" lanjut Bella.

"Hemmm" balas Rafa.

"Huhhh Kak Rafa nyebelin" kesal Aria kemudian duduk di kursi makan yang kosong.

"Rafa jangan buat anak Mama kesal" tegur Bella.

"Pagi adikku sayang" balas Rafa sedikit malas.

"Gitu dong" ucap Aria sambil menampilkan senyum manisnya.

"BI kopi saya mana?" Teriak Andre. Dengan buru-buru Inem mendekat ke arah Andre.

"Maaf Tuan itu kopinya habis iya habis belum sempat beli Tuan. Maaf" gugup Inem. Mana mungkin Inem jujur jika sebenarnya kopi yang biasa tuanya minum adalah buatan Melody. Inem sudah berjanji dengan Melody tidak akan memberi tahu bahwa itu buatan Melody.

"Balik ke dapur, besok kalau bisa stok yang banyak apa uang yang saya kasih kurang hehh buat belanja?" Kesal Andre.

"Tidak Tuan" ucap Inem dengan takut.

"Tidak becus, kembali ke dapur" usir Andre, dengan segera Inem balik ke dapur.

"Tumben anak pembawa sial itu tidak nongol" ucap Bella.

"Palingan masih tidur" ucap Aria.

"Anak tidak tahu diuntung" kesal Andre.

"Kenapa sihh Papa tidak usir saja sekalian?" Ketus Aria.

"Kamu tahu kan sebagai harta kakek diatas namakan anak itu. Jika Papa usir nanti kita yang akan jadi gelandangan" geram Andre.

"Kan masih ada sebagian Pa?"

"Iya tapi Papa belum dapat itu, dan pastinya sampai sekarang Papa masih berusaha untuk ambil seluruh harta yang seharusnya Papa punya. Papa enggak ikhlas anak itu mendapat sepeserpun harta dari kakek" jelas Andre dengan menggebu-gebu.

"Entah kenapa Mama semakin benci dengan anak itu" ucap Bella.

"Sama ma" kesal Aria.

"Sudahlah ayo kita selesaikan makan dulu" ucap Andre. Kemudian mereka menyelesaikan makan sesekali berbincang.

"Papa berangkat" ucap Andre sambil mengelap bibirnya dengan tisu.

"Mama juga"

"Aria juga" semuanya kemudian menatap ke arah Rafa yang masih diam dan menikmati makannya.

MELODY RAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang