chapter 29

89 6 2
                                    

Keluarga Alinskie sedang makan malam bersama. Seperti biasa hanya ada Sagara dan orangtuanya. Dengan tenang mereka menikmati makan malamnya. Aryo melirik Wulan sebentar. Dengan tatapan sedihnya Wulan menganggukkan kepalanya.

"Hmm." Dehem Aryo. Sagara menatap ayahnya sekilas kemudian melanjutkan makannya.

"Ada yang mau ayah sampaikan." Ucap Aryo dingin. Sagara hanya mengangguk saja.

"Setelah makan temui ayah di ruang kerja." Kata Aryo kemudian beranjak dari tempat duduknya. Sagara menatap ayahnya heran. Tidak biasanya ayahnya seperti itu. Sagara menatap bundanya dengan tanda tanya.

"Ada apa Bun?" Tanya Sagara heran. Wulan menggelengkan kepalanya kemudian pergi menyusul Aryo.

Sagara segera menyelesaikan makannya kemudian menyusul ayahnya di ruang kerja. Dilihatnya ayahnya sedang duduk sambil membaca dokumen.

"Ada apa yah?" Tanya Sagara sambil duduk di depan ayahnya. Aryo menatap Sagara kemudian menghela nafas panjang. Aryo membuka laci dan mengambil sesuatu kemudian ditaruhnya di depan anaknya.

"Apa kamu tau siapa foto ini?" Tanya Aryo. Sagara menegang kemudian mengangguk dengan pasti.

"Apa kamu sudah menemukan salah satu dari mereka?" Sagara menggeleng pelan. Dua anak kecil nampak bahagia di dalam foto itu. Sagara menatap tajam kedua anak itu.

"Kalau kamu menemukan apa yang akan kamu lakukan?"

"Gara bersumpah akan membuatnya menderita. Karena dia,kita kehilangan gadis kecil kita." Ucap Sagara penuh dendam. Aryo menghela nafas berat.

"Orang itu ada di dekat mu." Kata Aryo pasti.

"Maksud ayah?" Sagara bingung maksud ayahnya.

"Keluarga Baskoro." Jantung Sagara tiba-tiba berhenti. Sagara menatap ayahnya dengan intens. Dia butuh penjelasan maksud ayahnya apa.

"Jujur ayah masih belum menerima. Jelas ayah kecewa. Apalagi bundamu. Kemarin pertemuan keluarga Baskoro dan Alinskie." Aryo menjeda ucapannya sambil menatap wajah Sagara yang sudah tampak pucat.

"Melody..."

"Tidak mungkin." Sagara menyela omongan Aryo dengan tegas.

"Jangan sangkal ayah dulu. Dengarkan sampai selesai." Sagara mengusap wajahnya dengan kasar. Ucapan ayahnya menuju bahwa gadisnya adalah pelaku dibalik semuanya.

"Sudah lama kami tidak bertemu setelah kematian Anya, keluarga Baskoro mencoba menghubungi ayah dan mengajak bertemu."

"Mereka meminta maaf atas semuanya. Melody dibalik kematian Anya. Tidak hanya Anya bahkan orang tua Andre juga meninggal ditangan Melody. Ayah tidak habis pikir, gadis lugu seperti dia ternyata ada jejak pembunuh."

"Tidak mungkin." Lirih Sagara lagi.

"Apa yang tidak mungkin?"

"Sagara perlu bukti."

"Bahkan disini kamu masih membela orang yang sudah membuat keluarga kita hancur."

"Bukan seperti itu yah, Sagara hanya ingin memastikan."

"Kalau memang gadis itu yang membunuh adikmu bagaimana?" Sagara hanya menggelengkan kepalanya.

"Oke, kalau begitu biar ayah yang kasih perhitungan." Tegas Aryo. Tubuh Sagara seketika menegang.  Jujur dia masih belum percaya. Untuk mengeluarkan suara saja sangat susah. Hatinya sakit seperti dilempar belati. Entah apa yang akan terjadi selanjutnya.

Aryo berdiri kemudian menatap Sagara dengan tegas.   "Kami sudah memutuskan menjodohkanmu dengan Aira." Maksud papanya apa? Dijodohkan dengan kembaran ceweknya. Sagara engan membuka suara. Matanya menatap wajah ayahnya dengan sayu. Dengan gontai Sagara berdiri kemudian pergi meninggalkan Aryo.

_________

Melody melihat pujaan hatinya sedang duduk di taman sekolah. Dengan senyum manisnya Melody berlari kecil ke arah Sagara.

"Kak Gara." Panggil Melody dengan senang. Sagara mendongakkan kepalanya ke arah suara. Dilihatnya Melody sedang berlari menuju kearahnya. Dengan sepontan tangan Sagara mengepal kuat.

"Kakak ngapain di sini?" Tanya Melody dengan senyum tulusnya.

'Gue harus kalem, jangan gegabah.' batin Sagara.

Sagara menormalkan ekspresinya lagi. Dia berusaha membalas senyuman dari gadis di depannya ini. Sagara mengelus pipi Melody.

"Hmmm, kenapa lari-lari?"

"Ihh, Melody tanya kenapa kakak malah tanya balik." Kesal Melody. Sagara hanya tersenyum tipis aja.

"Ayok masuk, di sini panas." Sagara mengandeng tangan Melody sambil membawanya masuk ke dalam sekolah.

"Kak laper." Rengek Melody. Dia sekarang sudah tidak canggung lagi dengan Sagara. Melody sudah sepenuhnya terbuka dengan Sagara.

"Oke, mau makan apa sayang?"

"Pengen soto." Ucap Melody dengan antusias. Sagara membawa Melody masuk ke ruang OSIS lalu mendudukkan ke kursi yang ada di sana.

"Tunggu sini, aku pesankan dulu."

"Kenapa di sini?" Protes Melody.

"Makan di kantin jam segini pasti ramai." Ucap Sagara dengan tenang. Padahal bukan itu sebenarnya. Sagara membawa Melody ke sini karena Sagara tidak mau nanti Aria atau Rafa mengetahui bahwa hubungannya dengan Melody masih baik-baik saja. Karena Sagara yakin mereka sudah tau tentang perjodohan ini.

"Hmm, oke." Final Melody. Sagara tersenyum kemudian mengecup kening Melody dengan singkat lalu pergi meninggalkan Melody yang sedang merona pipinya.

Merasa bosan menunggu Sagara, Melody mencoba membuka buku-buku yang ada di meja depannya. Melody melihat-lihat tanpa berniat membacanya. Saat sedang membuka lembar selanjutnya ada suara pintu terbuka. Melody segera menoleh ke arah pintu dengan senyuman manisnya.

Senyumannya luntur, ternyata bukan Sagara ternyata kakaknya. Rafa menatap Melody dengan dingin dan duduk di samping Melody.

"Ngapain?" Tanya Rafa dingin. Melody bingung menjawab apa. Dia hanya diam lalu menundukkan kepalanya. Dia takut kakaknya memaki-makinya karena dirinya disini.  Rafa tau Melody kurang nyaman karena keberadaannya.

"Nanti pulang bareng gue." Ucap Rafa. Melody langsung menggeleng cepat.

"Tidak perlu kak, Melody naik angkot saja." Tolak Melody.

"Engga ada penolakan!"

"Tapi..." Belum kelar Melody ngomong tiba-tiba pintu terbuka dan menampilkan Sagara dengan membawa nampannya.

Sagara menyipitkan matanya, dia segera menghampiri Melody. Matanya sudah penuh curiga. Sagara curiga dengan Rafa. Sagara menatap Rafa dengan dingin dibalas tatapan mengejek dari Rafa.

"Pulang nanti gue tunggu di parkiran." Ucap Rafa sambil berdiri. Rafa pergi begitu saja tanpa menunggu jawaban dari Melody.

"Apa yang kalian obrolkan?" Sagara was-was dengan Rafa. Dia takut Rafa menghancurkan semuanya.

"Tidak ada." Lirih Melody. Sagara kurang puas dengan jawaban Melody.

"Apa dia bicara yang tidak-tidak?"

"Sama sekali tidak, kak Rafa hanya mengajak Melody pulang." Ucap Melody dengan pasti.

"Makanlah keburu dingin nanti." Titah Sagara. Melody mengangguk kemudian memakan sotonya dengan tenang.

"Ihh jangan natap Melody terus." Rengek Melody saat dirinya ditatap Sagara dengan intens. Sagara tersenyum saja sambil mengelap sisa makanan yang ada di sudut bibir Melody. Ntah apa yang akan terjadi selanjutnya. Sagara tidak mau memikirkan itu sekarang. Dia hanya ingin menghabiskan waktu bersama Melody sekarang.

"Aku suka kamu makannya lahap, habisin biar gemuk." Lembut Sagara.

"Kak, boleh Melody pulang bareng kak Rafa?" Ijin Melody.

"Sama aku aja."

"Emm tapi kak, Melody..."

"Sama aku." Suara Sagara satu oktaf lebih naik. Melody yang sudah paham dengan sifat Sagara langsung mengangguk saja.

___________

Sad ending?
Happy ending?

Batam
17 Mei 2024

MELODY RAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang