Pagi hari...
Melody berjalan turun tangga dengan hati senang. Ia mengingat semalam kencan dengan Gara. Biarlah Melody kepedean yang penting semalam ia jalan berdua bersama laki-laki yang akhir-akhir ini mengisi hatinya.
"Kemana saja kemarin, jual diri?" Ucapan pedas Rafa membuat langkah dan senyum Melody berhenti. Langsung saja Melody menoleh ke arah suara, kakaknya sedang menatapnya dengan dingin sambil mengunyah makanannya. Bukan hanya kakaknya tetapi semua keluarganya. Seketika suasana menjadi memanas.
"Kenapa diam? Benar kan omongan gue" tekan Rafa. Melody hanya menggelengkan kepalanya. Rasanya lidahnya tidak bisa digerakkan. Melody bingung dengan kakaknya, bukannya kemarin kakaknya baik terhadapnya kenapa ini berperilaku seperti ini lagi.
"Palingan jual diri ke om-om" ucap Aria memanas-manasi.
"Melody eng-enggak melakukan itu" lirih Melody dengan suara gemetar.
"Jalang tetaplah jalang" sinis Rafa.
Mata Melody memanas. Kakaknya ini jarang bicara dengannya sekalinya bicara yang dilontarkan dengan kata-kata yang pedas.
"Maaf, kalau begitu Melody berangkat sekolah dulu" lirih Melody sambil menundukkan kepalanya. Kakinya melangkah keluar, belum sempat keluar Melody mendapat bom atom.
"Siapa suruh keluar rumah? Masuk kamar. Hari ini saya hukum kamu tidak boleh masuk sekolah" dingin Andre. Melody menoleh ke arah Andre dengan tatapan sayunya.
"Tapi Pa, Melody kemarin sudah tidak berangkat sekolah" mohon Melody.
"Masuk sendiri atau saya seret kamu sekarang?" Sentak Andre. Dengan pasrah Melody berjalan gontai menuju kamarnya. Dia tidak mau menambah masalah lagi.
----
Setelah rapat OSIS Gara beberes berkas-berkas yang dipakainya. Semua anggota pengurus OSIS satu persatu meninggalkan ruangan OSIS tersisa Gara dan Rafa di dalam ruangan.
"Lo beli berapa tubuh jalang itu?" Ucap Rafa to the point. Gara menghentikan aktifitasnya lalu menatap Rafa dengan marah.
"Maksud Lo apa?" Dingin Gara.
"100 ribu atau malah dengan percuma dia ngasih tubuhnya ke Lo" ucap Rafa dengan pelan tapi tegas. Gara sontak langsung menendang meja yang ada didepannya. Dengan emosi Gara menghampiri Rafa lalu memberikan bogeman ke arah wajah sahabatnya.
Brugg...
Brugg...
"Maksud Lo apa hehh? Jagan asal bicara. Anjinggg... Gue memang belum siapa-siapanya Melody. Tapi gue enggak terima wanita yang gue cinta Lo injak-injak seperti ini" Gara melayangkan pukulan lagi ke wajah Rafa.
Brugg...
Brugg...
Rafa juga ikut membalas pukulan dari Gara. Sampai akhirnya mereka saling pukul-pukulan.
"Lo yang akan menyesal nanti" ucap Rafa menggebu-gebu.
"Bukan urusan Lo" ucap Gara kemudian kembali memukul Rafa.
"Woyy kalian apa-apaan ini" teriak Bisma.
Bisma dan Ciko yang berada di ambang pintu langsung berlari melerai pertikaian antara Gara dan Rafa.
"Kalian kenapa sihh, kalian enggak mikir apa yang kalian lakukan ini" teriak ciko dengan kesal. Rafa dan Gara saling menatap dengan emosi.
"Urusan kita belum selesai" dingin Gara kemudian berjalan menyenggol bahu Rafa.
----
Melody duduk di gazebo taman rumahnya sambil menatap bintang-bintang. Ia mengingat dulu saat di desa dengan kakeknya mereka suka menghitung jumlah bintang yang ada di langit.

KAMU SEDANG MEMBACA
MELODY RAIN
Teen FictionGadis dengan sejuta misteri. Gadis penyuka hujan. Menurutnya hujan adalah teman paling setia. Hujan akan menutupi semua kesedihan yang gadis itu rasakan. Keluarga yang harusnya menjadi tempat berkeluh kesah paling nyaman. Rumah yang harusnya menjadi...