chapter 17

105 11 1
                                    

Seperti hari-hari biasanya, Melody akan memakai jaket ke sekolah jika tubuhnya penuh dengan luka-luka. Dengan lemas Melody memasuki kelasnya. Rasanya tubuhnya remuk, wajahnya pucat. Melody meringis kesakitan saat mendudukkan pantatnya di tempat duduknya.

"Mel Lo kenapa pucat amat?" Tanya Nayla. Melody menggeleng sambil tersenyum tipis.

"Pasti belum sarapan kan?" Tebak Nayla. Belum sempat Melody menjawab Nayla sudah menyangkal terlebih dahulu.

"Iya kan, Lo itu yaa kebiasaan. Bentar gue beliin makanan." Nayla langsung keluar kelas begitu saja. Melody hanya bisa pasrah, kepalanya rasanya mau pecah. Dia meletakkan kepalanya di atas meja dengan tumpuan tasnya karena tangannya sakit akibat semalam. Matanya dipejamkan sebentar harapannya waktu berhenti agar dia bisa beristirahat sejenak atau bahkan selamanya.

----

Nayla lari-larian melewati kelas demi kelas. Rafa mengerutkan keningnya melihat gadis yang ia suka seperti ada sesuatu.

"Kenapa itu cewek berisik?" Ucap Ciko. Rafa menatap Ciko tajam kemudian menyusul Nayla dan di ikuti teman-temannya tak terkecuali Gara.

Sesampainya di kantin Nayla membeli makanan untuk sahabatnya dengan wajah panik.

"Buk air mineral satu sama roti satu!" Ucap Nayla sambil mengambil barang yang dia pinta.

"Berapa Buk?"

"7 ribu neng" balasnya. Nayla mengambil uang yang ada di sakunya.

"Kembaliannya ambil aja buk" ucap Nayla sambil menyerahkan uang 20ribuan. Nayla berbalik dan tak sengaja menabrak orang.

"Aww... Hihhh siapa sihhh?" kesal Nayla kemudian mendongak ke atas ternyata orang yang akhir-akhir ini ia hindari.

"Ngapain buru-buru?" Ucap lembut Rafa. Tanpa menjawab Nayla langsung pergi begitu saja. Rafa tidak suka diacuhkan, tangannya spontan ia kepal.

"Nayla" panggil Gara dengan tegas. Nayla menoleh kemudian mengangguk ke Gara seakan memberi kode. Gara tahu apa maksud Nayla. Gara pergi duluan meninggalkan Nayla yang melongo panik di tempat.

Sesampainya di depan kelas Melody, Sagara menatap gadisnya sedang tertidur bertumpu tas di atas meja. Dengan pelan-pelan Gara menghampiri Melody dengan duduk di kursi samping Melody.

Gara mengelus-elus rambut Melody dengan pelan. Wajah cantik Melody yang sedang tertidur menghiasi mata Gara. Tangan Gara turun ke kelopak mata Melody. Gara yakin gadis di depannya sedang tidak baik-baik saja.

Seperti ada yang mengusik tidurnya dengan perlahan Melody membuka matanya. Dilihat pertama wajah laki-laki yang akhir-akhir ini selalu ada untuknya.

"Kak Gara" lirih Melody.

"Are you oke?" Tanya Gara lembut dengan wajah sedikit panik.

"Kak Gara ngapain disini?" Bukannya menjawab Melody malah berganti bertanya. Gara mengelus pipi Melody yang terlihat pucat.

"Kita kedokter yaa! Badan kamu sedikit demam." Ucap Gara sambil memegang kening Melody.

Melody langsung menggeleng cepat. "Melody baik-baik saja" ucap Melody dengan lirihnya.

"Ehh minggir kak, Nayla mau duduk di samping Melody" usir Nayla ke Gara. Dengan terpaksa Gara berdiri dengan wajah dinginnya.

"Mel nihh Lo harus makan. Kebiasaan deh enggak sempet sarapan, gini kan jadinya. Lain kali Lo harus sarapan pokoknya. Nayla enggak mau lihat Melody kaya gini lagi, titik " omel Nayla sambil membuka bungkus rotinya. Melody hanya tersenyum tipis saja mendengar omelan pagi-pagi dari sahabatnya ini.

MELODY RAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang