Harusnya Rafa tidak melakukan ini, tapi entah langkahnya berjalan dengan cepat memasuki sekolahnya. Saat sampai di gerbang sekolah tak sengaja berpapasan dengan satpam yang sedang berjaga di sana.
"Den Rafa ada apa malam-malam kesini?" Tanya satpam sekolah yang bernama Anto.
"Ada barang yang ketinggalan di kelas pak"
"Ohhh baik den, saya ambilkan saja, untuk barangnya apa ya den?"
"Biar saya, tolong bukakan gerbangnya!" Perintah Rafa. Dengan segera Anto membukakan gerbang.
"Mau saya temani den?"
"Tidak perlu" ucap Rafa dingin. Anto terheran-heran kenapa anak dari pemilik sekolah ini tidak ada yang ramah sedikit pun. Apa orang kaya seperti itu semua?
"Baik den" balas Anto. Dengan segera Rafa memasuki sekolah dan mencari keberadaan adiknya. Benar-benar adik, apa tidak salah?
------
Melody masih dengan posisinya yang sama dengan kepalanya yang ditenggelamkan diantara lututnya. Tubuhnya menggigil kedinginan karena bajunya basah. Melody sempat mencari jalan keluar melalui jendela, tapi saat sedang mau naik tubuhnya tidak seimbang dan berakhir jatuh dengan tubuh yang basah dan kaki yang tergelincir.
Suara isakan kecil terdengar di penjuru ruangan. Entah sudah berapa lama Melody menangis. Tubuhnya sangat lemas, dia lapar, dia haus, dia kedinginan, dan kakinya sudah terasa sakit. Sangat malang hidupnya.
Melody mendengar derap langkah kaki yang lama-kelamaan mendekat membuatnya ketakutan. Melody takut kalau ternyata dia penjahat yang mau merampok sekolahannya. Melody mendengar kenop pintu yang berusaha dibuka. Melody semakin erat memeluk tubuhnya matanya sudah ia pejamkan rapat-rapat. Tangisannya berusaha ia tahan.
Di lain hal Rafa berusaha membuka pintu yang masih terkunci. Tak ada pilihan lagi Rafa mendobrak pintu itu, dilihatnya keadaan toilet gelap gulita. Dengan segera Rafa menghidupkan saklar lampu di sampingnya. Dilihat ada seorang gadis yang sedang duduk dipojokan sambil memeluk tubuhnya dengan erat. Tubuhnya bergetar hebat. Hati Rafa seakan berhenti melihat gadis malang itu ternyata adiknya. Satu air susu ibu, tapi berbeda kehidupannya.
Dengan perlahan Rafa berjalan mendekati Melody. Rafa menatap tubuh Melody sebentar. Harusnya Rafa senang orang yang dia benci semakin menderita. Tapi entah kenapa hatinya lama kelamaan tidak terima orang didepannya menderita. Rafa langsung menghalau semua pikiran yang ada di pikirannya. Dia tidak boleh terlena dengan akting gadis didepannya ini.
"Bangun" ucap Rafa dingin. Melody seperti mengenali suara itu. Dengan pelan-pelan Melody mendongak ke atas, ternyata kakaknya. Senyum Melody terbit.
"Kak Rafa" ucap Melody dengan suara sendunya. Kakaknya datang menolongnya, kakaknya peduli terhadapnya. Hati Melody senang sekali, kejadian tadi seakan hilang sudah.
"Berdiri bodoh" sentak Rafa. Tak mau kakaknya menunggu lama Melody segera berdiri tanpa mempedulikan kakinya.
"Auwww" ringis Melody. Rafa menatap Melody dengan dingin. Dengan sendu Melody menatap kakinya yang sakit.
"Kak Rafa kenapa bisa disini?" Tanya Melody dengan pelan-pelan. Tanpa menjawab Rafa pergi meninggalkan Melody.
"Kak tunggu" ucap Melody sedikit keras. Melody berjalan dengan terpincang-pincang menyusul Rafa. Baru tiga langkah berjalan tiba-tiba kakinya tidak bisa menopang berat tubuh Melody dan akhirnya terjatuh.
"Auwww" erang Melody. Dengan spontan Rafa berbalik badan dan melihat adiknya duduk di lantai. Rafa berjalan mendekati Melody dan menarik paksa Melody untuk berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
MELODY RAIN
Roman pour AdolescentsGadis dengan sejuta misteri. Gadis penyuka hujan. Menurutnya hujan adalah teman paling setia. Hujan akan menutupi semua kesedihan yang gadis itu rasakan. Keluarga yang harusnya menjadi tempat berkeluh kesah paling nyaman. Rumah yang harusnya menjadi...