(N)SB : Bagian 9

89.4K 1.8K 37
                                    

Happy reading!!!!

***

Devario duduk gelisah di depan meja kerjanya. Sejak tadi fokusnya tidak berpindah dari ponsel yang di cengkeramnya padahal dokumen yang butuh perhatiannya sudah menumpuk meminta di selesaikan. Tapi Devario tidak ada minat untuk itu, pikirannya terus tertuju pada gadisnya yang sedang pergi berlibur dengan teman-temannya. Devario merasa tak tenang, takut terjadi apa-apa pada gadis yang selama ini di jaganya. Lebih takut gadis itu dekat-dekat dengan pria lain. Sungguh Devario tidak bisa tenang jika sampai itu terjadi.

Meskipun sebelumnya Aliana sudah berjanji tidak akan nakal, tetap saja tidak membuat Devario tenang sama sekali. Ia percaya pada gadis kecilnya karena selama ini dia memang tidak pernah aneh-aneh, tapi yang tidak Devario percaya adalah para laki-laki di luar sana.

Tidak menutup kemungkinan bahwa salah satu dari mereka menjadikan liburan ini sebagai ajang mendekati Aliana. Gadis itu cantik. Sangat cantik malah. Mustahil jika tidak ada yang tertarik pada gadis yang di besarkan olehnya selama lima belas tahun ini. Devario saja mengakui bahwa pesona Aliana tidak dapat dielakkan.

“Arrgghh, Sial!” teriak Devario frustrasi.

“Kamu kenapa, Ri?” Meyra yang baru saja masuk mengerutkan keningnya heran. Tidak biasanya melihat sang bos sekaligus sahabatnya itu sekacau ini. “Apa ada masalah?” tanyanya lagi melangkah mendekati meja kerja Devario.

“Tidak ada, aku hanya khawatir pada Aliana yang pergi berlibur dengan teman-temannya,” jujur Devario. Tapi tidak menjelaskan alasan yang sesungguhnya. Tentu saja. Karena hubungannya dengan Aliana akhir-akhir ini belum ada siapa pun yang tahu.

Devario terlalu segan untuk menceritakannya kepada Meyra yang sudah bertahun-tahun menjadi sahabatnya.

Devario belum siap mendapat reaksi sahabatnya. Ia takut di anggap gila karena berani mengencani anaknya sendiri. Ya, meskipun Aliana bukanlah anak kandungnya. Tapi usia mereka cukup jauh. Lima belas tahun.

“Bukannya kamu mengirim orang untuk menjaga anakmu itu?”

“Ya memang, tapi tetap saja aku khawatir, Mey. Aliana tidak pernah pergi jauh, dan kamu ingat terakhir kali dia pergi kemah saat SMA dulu? Dia pulang dengan luka di kaki dan tangannya," Devario mengingatkan sahabatnya itu mengenai keadaan Aliana bertahun-tahun lalu. Ya meskipun itu bukan luka serius sebenarnya.

“Jatuh itu hal biasa jika sedang mendaki, Rio. Jangan terlalu khawatir, aku yakin anakmu akan lebih hati-hati kali ini. Dia sudah dewasa,” kata Meyra menenangkan.

Anak. Kata yang tidak lagi bisa Devario terima sejak malam itu.

Dewasa? Ya, Aliana sudah beranjak dewasa sekarang, gadis itu tumbuh dengan baik dan menjadi sosok gadis cantik yang berhasil memikat Devario.

Gadis kecilnya yang dulu selalu menatapnya polos, kini sudah bisa membuatnya bergairah. Gadis yang dulu begitu ingin dirinya lindungi kini tumbuh menjadi ingin ia miliki. Ya, Devario menginginkan gadis itu. Tapi apa bisa? Bagaimana jika suatu saat nanti orang tua gadis itu hadir dan tidak mengizinkan Devario memiliki Aliana karena usia mereka yang terpaut jauh?

Tapi apakah orang tua Aliana masih ada? Devario ragu akan hal itu mengingat sudah sekian lama tidak ada juga yang datang menghampirinya seperti apa yang dikatakan ibu panti saat Devario meminta izin mengambil Aliana.

Flasback

“Nyonya Arin, apa boleh saya membawa anak perempuan itu?” Devario menunjuk seorang gadis kecil berusia tujuh tahun yang duduk menyendiri di depan jendela, menghadap taman dimana anak-anak panti lainnya asyik bermain.

(Not) Sugar BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang