Selamat Membaca !!!
***
Selesai berganti pakaian, Aliana keluar lebih dulu dari kamarnya untuk menghampiri sang mami yang kemungkinan sudah menunggu untuk masak bersama, meninggalkan Anya yang katanya ingin menyelesaikan urusan di kamar mandi. Juga meninggalkan Alisya yang memilih untuk beristirahat untuk beberapa waktu.
Aliana membuka pintu kamarnya, bertepatan dengan pintu di seberangnya yang tak lain adalah milik kakak lelakinya. Seulas senyum Aliana berikan sebagai sapaannya pada Alarick, tapi senyum itu perlahan menyurut saat satu sosok yang dikenalnya ikut muncul dan langsung menggandeng lengan Alarick. Namun kemudian senyum Aliana kembali tersungging dan menyapa sosok itu dengan ramah. Membuat Alarick mengerutkan keningnya, menatap adik dan kekasihnya bergantian.
“Kalian saling kenal?”
“Tentu,” cepat Aliana menjawab, mendahului Anna yang sepertinya hendak membentah. Terlihat dari dengusan yang Anna keluarkan tanpa suara itu. Diam-diam Aliana menarik sudut bibirnya. Senang karena akhirnya kini dirinya berada lebih unggul dari mantan kakak pantinya itu.
“Bagaimana bisa?” tanya Alarick dengan kerutan yang semakin dalam.
“Dulu Kak Anna, kakakku di panti,” jawab Aliana, mengabaikan tatapan Anna yang sepertinya mengode untuk Aliana tidak menceritakan hal itu. Tapi sayangnya, Aliana yang sekarang bukan lagi anak kecil yang mudah dikedalikan dan di ancam.
“Oh, ya?” Aliana mengangguk membenarkan, senyumnya sesekali terukir sambil melirik Anna yang masih terdiam menahan kekesalannya. Tapi Aliana tidak sama sekali peduli.
“Kak Larick sejak kapan kenal Kak Anna?” tanya Aliana sambil melangkah menuruni anak tangga, bersampingan dengan kakak lelakinya juga Anna yang berada dalam rangkulan posesif Alarick.
“Tiga tahun yang lalu deh kalau tidak salah. Iya kan, Beib?”
“Aku tidak ingat,” jawab Anna yang terdengar ketus membuat Aliana mengulas senyum tipis. Seolah paham apa yang dirasakan kakak pantinya saat ini.
“Ck, dasar pelupa!” sentilan pelan Alarick berikan pada pelipis kekasihnya, namun Anna tidak sama sekali merespons, berbeda dengan biasanya yang selalu akan merengek. Tapi Alarick tidak terlalu menghiraukan itu, karena terlalu asyik bertanya-tanya pada sang adik mengenai kekasihnya di masa kecil dulu, yang tentu saja dengan senang hati Aliana ceritakan. Namun obrolan mereka harus usai saat sang mami memanggil Aliana untuk ke dapur, padalah ada hal yang ingin Aliana ceritakan pada kakak lelakinya itu. Tak lain tentang keluarga yang mengadopsi Anna dulu, dimana mereka adalah tante dari calon adik iparnya. Devario.
“Kalian yakin tidak akan ikut makan malam bersama kami? Papi akan pulang lebih awal Kak, dan calon suamiku juga akan datang,” Aliana melirik singkat ke arah Anna yang sejak tadi hanya diam. Dan sesuai dugaan, perempuan yang berada dalam rangkulan Alarick itu menatapnya dengan tajam penuh permusuhan. Namun Aliana balas dengan senyum ramah yang begitu manis. Seolah diantara mereka memang memiliki hubungan yang baik.
“Mungkin lain kali, Kakak iparmu terlalu rajin bekerja, makanya Kakak harus antar Anna ke bandara, satu jam lagi pesawatnya take off,” sesal Alarick sekaligus juga sedih karena hingga hubungan mereka yang menginjak usia tiga tahun ini Anna belum juga siap untuk dirinya perkenalkan secara resmi pada keluarganya. Selalu ada alasan untuk Anna menolak, salah satunya adalah pekerjaan.
“Hemm, sayang sekali,” desah Aliana pura-pura sedih. “Tapi Kak Anna akan datang bukan ke hari pernikahanku lusa?” tatapan Aliana di buat sememelas mungkin, memohon agar kakak pantinya itu berkenan untuk datang, mendampingi Alarick. Bukan tanpa alasan, tapi Aliana ingin agar perempuan licik itu melihat langsung Devario mengucapkan janji suci hanya untuk dirinya, Aliana Casey Jenkinz. Bukan Anaya Floriani Caldwell.
“Akan aku usahakan,” jawabnya tersenyum kecut, lalu menarik lengan Alarick untuk segera pergi dari rumah itu, lebih tepatnya dari hadapan Aliana yang kini menyunggingkan senyum semakin lebar.
“Aku tidak menyangka kau kekasih dari kakakku, Anna. Tapi aku pastikan kau tidak akan mendapatkan keduanya, baik itu Kak Larick, atau pun Daddy.” Gumam Aliana menatap punggung Anna yang perlahan menghilang di balik tembok yang menghubungkan ruang tengah dengan ruang utama rumah besar milik keluarga Jenkinz ini.
****
Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam saat Aliana dan Devario tiba di rumah, setelah tadi mengahabiskan makan malam yang di selingi obrolan mengenai pernikahan dan perkerjaan. Awalnya Tuan Jenkinz meminta Aliana untuk menginap, tapi kali ini Aliana yang menolak dan mengatakan bahwa dirinya harus menjaga sang calon suami agar tidak berbuat macam-macam.
Sejujurnya Aliana masih takut ada Anna di rumah dan kembali melayangkan godaan pada Devario, apalagi perempuan itu sekarang sudah tahu niat pernikahan ini. Aliana hanya tidak ingin ada celah untuk Anna menggagalkan pernikahannya dengan Devario lusa. Maka dari itu, Aliana memilih untuk pulang bersama calon suaminya dari pada harus menginap dan membiarkan Devario pulang sendiri. Untung saja semua sudah Aliana ceritakan pada sang mami, mengenai Anna dan perangainya saat masak tadi, jadi wanita cantik paruh baya itu tidak menahan-nahannya untuk pergi.
Dan tepat seperti dugaan, Aliana menyembunyikan senyum sinisnya saat mendapati sosok itu di dalam rumah Devario, tapi juga tidak bisa menyembunyikan kemirisannya mengingat sang kakak yang sudah di bohongi oleh siluman rubah berwujud bidadari bagi Alarick.
“Loh Kak, bukannya tadi ke bandara?” tanya Aliana pura-pura bingung, mengabaikan tatapan tajam penuh peringatan milik Anna yang sepertinya tidak ingin hubungannya dengan Alarick terbongkar di depan Devario. Tapi sayang, Aliana yang sekarang tidak sebaik itu.
“Kamu mau menyusul orang tuamu, An?”
“Bukan, Kak Larick bilang tadi katanya Kak Anna ada perjalanan bisnis ke Singapura? Benar ‘kan Kak? Gak jadi, ya, berangkatnya?” dengan cepat Aliana menyela sebelum Anna mengeluarkan dusta. Dan dapat di lihat dengan jelas geraman kesal yang perempuan itu keluarkan, di tujukan pada Aliana yang berlaku sok polos.
“Larick?” bingung Devario melirik sang calon istri dan keponakannya itu bergantian.
“Heeum. Ternyata Kak Anna dan Kak Larick pacaran. Aku baru tahu tadi, kita bertemu di rumah Mami. Benar ‘kan Kak?”
Anna yang sudah merasa terpojokkan dan tidak memiliki kuasa untuk memberi bantahan akhirnya memilih untuk pergi dengan delikan tajam yang ditinggalkan untuk Aliana yang berubah menyebalkan setelah bertahun-tahun mereka berpisah. Namun sekali lagi, Aliana tidak menghiraukan itu.
“Kamu serius dia pacarnya Alarick?” tanya Devario memastikan.
“Iya. Kenapa, Daddy gak percaya?” dengan cepat Devario menggelengkan kepala.
“Daddy Cuma tidak menyangka bahwa dunia ternyata sesempit ini.”
“Yakin? Bukan karena Daddy cemburu?”
“Please, jangan ragukan perasaan Daddy kepadamu, Baby. Selama ini Daddy akui bahwa Anna tidak mudah untuk di lupakan, tapi sekarang Daddy memilikimu. Dan pada akhirnya Daddy tetap memilihmu meski dia telah kembali. Dan perlu kamu tahu, bahwa Daddy sama sekali tidak menyesal. Dia hanya masa lalu untuk Daddy, sementara masa sekarang dan masa depan Daddy adalah kamu. Daddy hanya menginginkan kamu, tidak Anna, tidak pula yang lainnya.”
Sorot tulus dan serius Devario membuat Aliana berkaca-kaca. Cukup terharu dengan kalimat yang calon suaminya lontarkan panjang lebar. Entah harus bagaimana Aliana mendeskripsikan rasa bahagianya, karena sungguh ia benar-benar beruntung memiliki Devario, walau hubungan mereka berawal dari ketidak wajaran.
***
See you next chap !!!
KAMU SEDANG MEMBACA
(Not) Sugar Baby
RomanceLima belas tahun hidup bersama Aliana yang diadopsinya dari sebuah panti asuhan, perasaan Devario tiba-tiba berubah hanya karena satu sentuhan yang tidak di sengaja. Akankah Devario mampu menahan perasaannya itu, atau justru memilih melanjutkannya? ...