Happy Reading!!
***
Malam harinya Aliana mengajak Devario ke rumah orang tuanya karena saat jam makan malam seperti ini adalah kesempatan bagus untuk bertemu semua anggota keluarga Jenkinz. Waktu yang tepat juga untuk Aliana dan Devario mengutarakan maksud pernikahan mereka yang akan berlangsung minggu depan. Dan sesuai tebakan Aliana, sang papi menolak begitupun dengan Alarick. Kedua pria beda usia itu mengatakan keberatannya karena Tuan Jenkinz yang belum puas melepas rindu dengan putrinya, sementara Alarick yang tidak ingin didului adiknya.
“Dua bulan saja sudah membuatku keberatan, apalagi minggu depan. Tidak Lian!” tegas Alarick menolak. Tatapan tajamnya di layangkan pada Devario, tapi pria itu tidak sama sekali merasa terintimidasi dan masih tetap memasang wajah tenangnya.
“Papi bahkan belum merasakan rengekan manjamu, Al, tapi kamu malah sudah memilih untuk menikah saja,” ucap Tuan Jenkinz sedih.
“Maafkan aku, Papi, tapi sebelum bertemu dengan kalian, aku dan Mas Devario sudah memutuskan untuk menikah. Maaf karena aku terlambat mencari keberadaan kalian,” sesal Aliana menunduk dalam.
Nyonya Jenkinz segera memeluk putrinya itu dan mengatakan bahwa semua bukan salahnya.
“Menikahlah jika itu yang memang kalian inginkan, Mami merestui,” ucap Nyonya Jenkinz kemudian dengan wajah lembutnya. “Tapi janji untuk sering-sering ke sini, Mami ingin menghabiskan banyak waktu bersamamu,” pintanya memohon.
Aliana tersenyum seraya menganggukkan kepalanya. “Pasti Mam,” yakinnya, lalu beralih menatap pria paruh baya yang masih menampilkan raut tak rela.
“Jika Nyonya sudah memutuskan, papi tidak mampu membantah,” Tuan Jenkinz mengedikan bahunya. “Papi merestui kalian,” lanjutnya meski dengan berat hati.
“Papi!” rengek Alarick menggelikan, tidak terima sang papi memberi restu untuk Aliana menikah lebih dulu dibandingkan dirinya.
“Salahmu sendiri kenapa tidak bisa meyakinkan kekasihmu untuk menikah,” cuek Tuan Jenkinz semakin membuat Alarick mengerucutkan bibirnya.
“Anna masih fokus pada pekerjaannya, Pi, dia baru saja di beri tanggung jawab oleh orang tuanya untuk mengembangkan hotel mereka yang hampir bangkrut,” ucap Alarick memberi alasan. Namun sayang, Tuan Jenkinz tidak sama sekali menghiraukannya membuat Alisya puas mengejek kakak lelakinya itu. Berbeda dengan Aliana yang merasa terusik dengan satu nama yang di sebutkan kakaknya barusan. Anna. Apa mungkin itu orang yang sama?
***
“Kalian dari mana?” kata sambutan yang Devario dan Aliana dapatkan dari sosok cantik dalam balutan baju tidur seksi yang tipis dan sedikit menerawang seolah memang itu sengaja di kenakan Anna untuk menggoda si pemilik rumah.
Aliana tentu saja melirik pada laki-laki di sampingnya, melihat respons Devario akan penampilan Anna saat ini. Tapi yang Aliana dapat hanya wajah datar pria itu. Sedikit membuatnya menghela napas lega, meski Aliana tidak tahu apa yang sebenarnya calon suaminya itu rasakan.
“Dari rumah orang tuaku,” Jawab Aliana seadanya. “Kau belum tidur, Kak? Ini sudah malam,” tambah Aliana seolah perhatian, padahal itu hanya untuk basa-basi saja.
“Kau sudah bertemu keluargamu?” Aliana mengangguk sebagai jawaban. “Syukurlah. Lalu kenapa tidak tinggal bersama mereka?” lanjutnya dengan nada yang sarat akan ketidaksukaan, tapi masih di katakan dengan selembut mungkin untuk mengelabuhi Devario, karena Anna tidak ingin citra perempuan lemah lembut dan penyayangnya hilang di mata pria pujaannya.
“Daddy tidak mengizinkan aku tinggal bersama mereka,” Aliana melirik ke arah pria dewasa di sampingnya yang masih tidak melepaskan genggaman tangannya. Seulas senyum Aliana berikan dan sedikit memberi remasan di jemari Devario, meminta persetujuan laki-laki itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/252495419-288-k744901.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
(Not) Sugar Baby
RomanceLima belas tahun hidup bersama Aliana yang diadopsinya dari sebuah panti asuhan, perasaan Devario tiba-tiba berubah hanya karena satu sentuhan yang tidak di sengaja. Akankah Devario mampu menahan perasaannya itu, atau justru memilih melanjutkannya? ...