Happy Reading !!!
*****
Selesai membersihkan diri dan berganti pakaian, Aliana turun dari kamarnya dan berjalan menuju ruang makan. Langkahnya sempat terhenti saat mendapati Devario duduk di kursi yang biasa pria itu tempati. Aliana tidak tahu harus bersikap bagaimana setelah kejadian semalam, jujur saja ia merasa canggung saat ini.
"Hai Baby, kenapa berdiri di sana? Sini," panggil Devario terlihat biasa, seolah tidak ada yang terjadi diantara mereka.
Aliana melanjutkan langkahnya kemudian duduk di kursi yang biasa dirinya tempati, melewati Devario begitu saja, tanpa melayangkan kecupan seperti biasanya.
"Baby?" Aliana menoleh dan menaikan sebelah alisnya bertanya. "Kamu tidak mencium Daddy?" lanjutnya, membuat Aliana meringis bingung dan merutuki dirinya serta Devario yang tidak mengerti mengenai kecanggungannya.
Melihat tatapan tajam Devario, Aliana akhirnya pasrah dan melayangkan kecupan singkat di pipi pria itu. Tentu saja Devario membalas seperti biasa, setelahnya mereka sarapan dalam keheningan dan Devario mengantar putrinya itu ke kampus.
Sikap Devario tidak sedikitpun berubah, tatapannya, perhatiannya dan kasih sayangnya. Tidak ada kecanggungan yang pria itu perlihatkan. Berbeda dengan Aliana yang sedikit merasa tak nyaman.
"Daddy perhatikan sejak tadi kamu diam aja, kenapa?" tanya Devario saat sudah menghentikan mobilnya di parkiran kampus Aliana.
"Aku gak apa-apa, Dadd," bohong Aliana, menahan diri untuk tidak terlalu canggung.
"Apa karena semalam?" tepat sasaran. Teriak batin Aliana yang mulutnya sebenarnya sudah gatal ingin menanyakan maksud dari apa yang mereka lakukan semalam."Daddy minta maaf sudah lancang menyentuhmu. Tapi harus Daddy akui bahwa Daddy tidak bisa menahannya semalam. Maaf jika perbuatan Daddy itu mengusikmu dan membuatmu tak nyaman. Daddy janji tidak akan mengulanginya lagi. Daddy akan menahannya, Baby. Jadi please jangan berubah menjadi pendiam seperti ini, jangan menjauh dan segan pada Daddy. Tetaplah menjadi anak Daddy yang manja," mohon Devario menggenggam erat jemari putri cantiknya itu.
Mendengar apa yang Devario ucapkan bukannya membuat Aliana lega, gadis itu malah semakin resah entah karena alasan apa. Jujur saja semalam Aliana menikmati setiap sentuhan Devario dan ia merasa kehilangan saat laki-laki itu menyudahi permainannya semalam.
"Princess?"
"Iya Daddy."
Devario tersenyum, lalu mengusak rambut putrinya dengan gemas. "Sekarang kamu turun, kuliah yang pintar nanti Daddy jemput pulangnya," Aliana hanya menganggukkan kepala, lalu melayangkan satu kecupan di pipi sang Daddy sebelum kemudian keluar dari mobil.
Devario membuka kaca jendela, lalu menyembulkan kepalanya. "Jangan lupa makan, Baby. Dan ingat, jangan pikirkan mengenai semalam," hanya anggukan yang Aliana berikan, setelahnya mobil yang Devario kendarai melaju meninggalkan kampus, meninggalkan Aliana yang masih terngiang-ngiang ucapan Daddy-nya yang memintanya untuk tidak memikirkan kejadian semalam. Tapi bagaimana mungkin? Aliana tidak bisa melupakan sentuhan pria yang dianggapnya Daddy itu begitu saja. Setiap sentuhannya masih jelas terasa, bisikan sensualnya, napas hangatnya dan cumbuannya terbayang nyata di dalam kepalanya, bahkan hanya memikirkannya saja, Aliana merasakan basah di celana dalamnya.
"Arrggh sial!" makinya frustasi.
"Hey Al, kamu kenapa?" tepuk Anya mengejutkan.
Aliana mendengus pada sahabatnya itu. "Gak apa-apa," jawabnya sedikit ketus.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Not) Sugar Baby
RomanceLima belas tahun hidup bersama Aliana yang diadopsinya dari sebuah panti asuhan, perasaan Devario tiba-tiba berubah hanya karena satu sentuhan yang tidak di sengaja. Akankah Devario mampu menahan perasaannya itu, atau justru memilih melanjutkannya? ...