(N)SB : Bagian 31

7.8K 527 49
                                    

Happy Reading yes!!

***

Pagi-pagi sekali keluarga Jenkinz sudah berada di rumah Devario untuk menjemput kedua calon mempelai yang hari ini akan melangsungkan pemberkatan yang hanya akan di hadiri oleh keluarga inti dan sahabat terdekat, mengingat keputusan ini yang memang terlalu mendadak di ambil. Tapi sesuai rencana, resepsi tetap akan dilaksanakan secara meriah tepat di hari yang sudah Devario tetapkan bersama segala persiapannya. Aliana hanya tinggal duduk diam, menunggu pangerannya menggandeng menuju singgasana.

“Sudah siap?” tanya Nyonya Jenkinz ketika Aliana turun dari kamarnya yang berada di lantai dua, di dampingi Alisya dan Anya, serta si penata rias mengekor di belakang.

“Udah Mam. Kita berangkat sekarang, waktunya udah mepet.” Nyonya Jenkinz mengangguk mendengar jawaban putri bungsunya. Namun sebelum melangkah, terlebih dulu Nyonya Jenkinz memeluk Aliana yang tampil cantik dalam balutan gaun pengantin, mengecup keningnya begitu lama dengan haru yang menyelimuti hati, karena tidak menyangka bahwa putri yang sejak lama di kira telah mati kini menjelma menjadi bidadari yang akan segera dipersunting laki-laki.

Jika di tanya rela, tentu Nyonya Jenkinz rela, sebab sang putri mendapatkan pria tepat yang begitu mencintainya. Tapi tetap saja berat itu ada, apalagi rindu yang sekian tahun menyapa diam-diam belum sepenuhnya terobati, begitu pula dengan kebersamaan yang sejak dulu menjadi angan dan hanya hadir dalam bayangan belum lama mereka habiskan. Namun keegoisan tidak mungkin dilakukan, sebab sadar bahwa sang putri sudah mendapat kebahagiaan. Dan sebagai orang tua, tentu saja Nyonya Jenkinz tidak ingin merusaknya.

“Kamu harus bahagia, sayang,” ucapnya dengan tangan terulur mengelus lembut pipi sang putri yang bertambah cantik dengan polesan make up naturalnya.

“Pasti Mam. Al akan bahagia.” Tegas Aliana penuh keyakinan, lalu berhambur memeluk wanita paruh baya itu seraya menggumamkan kata maaf juga cinta yang bersyukur Alina dapatkan meski cukup terlambat.

Setelah acara peluk-pelukan singkat tersebut, Aliana berpindah pada tangan sang mami dan melangkah menuju teras, menyusul Alarick, Tuan Jenkinz dan juga Devario yang sudah berada di mobil lebih dulu. Mereka akan berangkat ke gereja bersama-sama dengan mobil yang berbeda. Devario bersama Alarick, Alisya dan Anya. Sementara Aliana satu mobil dengan kedua orang tuanya. Keluarga dari pihak Devario datang menyusul, sedangkan Meyra, Darian dan Keenan sudah berada di tempat, sebab ketiga orang itu yang bertugas untuk memastikan semua siap.

Tidak butuh waktu lama untuk mereka tiba di tempat tujuan dengan Devario yang lebih dulu tiba dan berdiri di altar di temani pendeta yang siap menikahkan, sementara Aliana baru saja berjalan masuk dengan di gandeng sang papi, sebelum kemudian Tuan Jenkinz menyerahkan putrinya pada Devario dan memberikan pesan-pesan penyerahannya sebagai seorang ayah terhadap anak perempuannya, yang tanggung jawabnya akan segera di gantikan oleh pria lain yang dicintai anaknya. Meski berat, Tuan Jenkinz tetap melakukannya dengan harapan bahwa sang putri akan lebih bahagia dengan kehidupannya yang baru.

“Bisa kita mulai sekarang?” tanya si pendeta, membuat Tuan Jenkinz melepaskan pelukan dari putri dan calon menantunya, lalu mengangguk dan melangkah mundur meninggalkan Aliana serta Devario di atas altar.

Pemberkatan di mulai dengan suasana sunyi yang mengharukan, sebelum kemudian sebuah gangguan datang menghentikan acara, membuat semua tamu yang datang menoleh ke belakang, menatap siapa yang berani mengacaukan pernikahan.

“An—”

“Pernikahan ini gak boleh terjadi!” teriakan itu kembali menggema, menghentikan kalimat Alarick yang terlihat syok mendapati sang kekasih berada di ambang pintu, dengan keadaan amat kacau, di tambah sorot marah yang begitu ketara tertuju pada altar, dimana Devario dan Aliana berdiri saling berpegang tangan.

(Not) Sugar BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang