Happy Reading !!!
***
Pagi-pagi sekali Aliana sudah bangun dari tidurnya, melepaskan tubuhnya dari pelukan Devario perlahan lalu melangkah ke kamar mandi untuk mencuci muka dan menggosok giginya sebelum turun ke dapur untuk membuatkan sarapan.
Hari ini Aliana memutuskan memasak untuk Devario. Tentu dengan bantuan salah satu pelayan di rumah, karena jujur saja hingga saat ini ia belum pandai memasak mengingat Devario lebih mengharuskannya mengejar pelajaran di sekolah dari pada hal-hal lain seperti memasak dan sebangsanya. Namun mulai saat ini Aliana memutuskan untuk belajar masak, ia tidak ingin menjadi seorang istri yang tidak bisa melakukan apa pun suatu hari nanti.
“Mbok gak keberatan kan bantuin, Al?” tanya Aliana pada pelayan perempuan berusia awal lima puluh. Pelayan yang paling lama di rumah Devario dibanding yang lainnya.
“Non Aliana serius mau belajar masak? Jika Tuan Rio marah bagaimana?” raut wajahnya terlihat tak yakin dan juga takut. Namun Aliana tetap mengangguk dan menyakinkan Mbok Mina bahwa Devario tidak akan marah.
“Baiklah,” pasrahnya, membuat Aliana mengembangkan senyum dan dengan semangat meminta pekerjaan apa yang harus dilakukannya. Dengan sungkan, Mbok Mina menyerahkan pisau dapur dan beberapa sayuran, sosis, dan bawang-bawangan untuk bahan membuat nasi goreng.
Untuk hari ini, Aliana memang memulai dengan menu yang mudah dan sederhana lebih dulu. kapan-kapan ia akan memasakkan apa yang calon suaminya itu sukai.
Calon suami? Mengingat panggilan itu membuat pipi Aliana menghangat dan sudah ia pastikan bahwa pipinya memerah saat ini. Aliana masih sulit mempercayai bahwa ia yang semula menjadi anak berubah jadi calon istri.
Sebelumnya bahkan tidak pernah Aliana berniat untuk sekedar membayangkannya saja, tapi sekarang malah justru Aliana dengar sendiri ajakan menikah dari Devario. Dan itu masih seperti mimpi baginya. Namun jika memang benar seperti itu, Aliana berharap tidak pernah di bangunkan dari mimpi indahnya ini.
Aliana menyunggingkan senyum puas saat nasi goreng yang dibuatnya dengan Mbok Mina siap di sajikan bersama beberapa lauk pendukungnya. Setelah itu Aliana meminta Mbok Mina untuk menata semuanya di meja, sedangkan dirinya bergegas lari menuju lantai dua, lebih tepatnya kamar Devario karena semalam mereka memang tertidur di sana.
Devario tidak pernah mengizinkannya tidur sendiri lagi setelah hubungan mereka semakin dekat setiap harinya. Aliana sendiri tidak bisa menolak meskipun ingin. Bukan karena tidak mau berduaan dengan Devario, hanya saja setiap kali berdekatan dadanya tidak bisa berdetak dengan normal, Aliana takut jantungnya tiba-tiba saja melompat saking kencangnya berdebar.
Begitu membuka pintu kamar Devario, Aliana menarik kedua sudut bibirnya melihat Devario masih nyaman dalam tidurnya, bergelung di bawah selimut tebal berwarna hitam. Menghalau rasa dingin yang ditimbulkan dari hujan di luar sana yang turun sejak semalam.
Sebelum menuju ranjang dan membangunkan sang Daddy, Aliana lebih dulu membuka tirai lebar-lebar, jendela besar itu langsung mempertontonkan gemericik air yang turun dari langit, kacanya berembun dan angin berhembus kencang. Namun langit sudah Nampak cerah saat ini.
Menghirup dan membuang napasnya berkali-kali, Aliana kemudian menoleh ke arah ranjang dan melangkahkan kaki mendekati sosok yang malah semakin merapatkan selimutnya.
“Daddy, bangun udah siang,” Aliana mencubit hidung mancung Devario, kebiasaanya setiap kali membangunkan pria dewasa itu.
“Eunghh,” lenguhnya malas. “Bentar lagi, Baby, Daddy masih ngantuk. Sekarang weekend juga, daddy gak akan ke kantor.”
KAMU SEDANG MEMBACA
(Not) Sugar Baby
RomanceLima belas tahun hidup bersama Aliana yang diadopsinya dari sebuah panti asuhan, perasaan Devario tiba-tiba berubah hanya karena satu sentuhan yang tidak di sengaja. Akankah Devario mampu menahan perasaannya itu, atau justru memilih melanjutkannya? ...