Happy Reading!!!
****
"Daddy sudah sarapan?” tanya Aliana dari seberang sana. Devario yang tengah menyetir menggelengkan kepala sebelum dirinya sadar bahwa sang pujaan hati tidak bisa melihat gelengannya.
“Belum. Daddy sedang di perjalanan ke kantor,” jawab Devario pada akhirnya.
“Sepagi ini?” suara Aliana terdengar terkejut juga heran. Ya, Devario memang sengaja berangkat pagi-pagi sekali mengingat di rumah masih ada Anna, dan jujur saja ia sedang menghindari perempuan itu. Selain karena takut godaannya, Devario juga tidak ingin melihat wajah sedih atau mungkin marah Anna, ia belum bisa tegas pada perempuan itu, jadi lebih baik Devario memilih untuk menghindar untuk sekarang ini.
“Ada pekerjaan yang memang harus segera Daddy kerjakan sayang, dan sepertinya beberapa hari ini Daddy harus pergi keluar negeri.”
Urusan pekerjaan di luar negeri seharusnya Keenan yang menangani, tapi sepertinya Devario akan membatalkan kepergian sahabatnya itu. Devario sendiri yang akan pergi ke sana meskipun beberapa waktu lalu ia yang memaksa agar Keenan yang mengambil alih. Saat itu alasannya karena Aliana, Devario menolak pergi jauh apalagi sampai meninggalkan negara ini. Sekarang dengan alasan Anna, Devario memutuskan untuk pergi karena tidak ingin dirinya khilaf dan berakhir mengecewakan Aliana, bukan hanya Aliana, tapi juga paman dan bibinya.
“Aku pasti akan merindukanmu, Dadd.”
“Aku pun Baby,” setelahnya hening, Devario maupun Aliana tidak ada lagi yang bersuara seolah tengah menikmati perasaan rindu masing-masing yang sejak kemarin di rasakan, di tambah dengan rasa bersalah mencokol di hati Devario akibat ulahnya semalam.
“Daddy hati-hati di jalan, ya, jaga kesehatan selama di luar negeri, dan jangan lupa kabari aku di setiap waktu luangmu. Aku tunggu kepulanganmu, Dadd,” ucap Aliana terdengar tak rela.
“Apa tidak sebaiknya kamu ikut Daddy, Baby?” tanya Devario saat ide itu tercetus dalam kepalanya. Senyum Devario sudah terukir, tapi dengan cepat di patahkan oleh jawaban Aliana yang sedikit mengecewakannya. Tapi kembali Devario ingat bahwa ia tidak boleh egois, Aliana merindukan keluarganya. Dan Devario tidak bisa mengekang Aliana untuk hal ini. Sebelum mereka resmi menikah, setidaknya Devario memberikan waktu bagi keluarga dari perempuan tercintanya untuk di habiskan bersama.
“Baiklah, Daddy tidak bisa memaksamu, Baby, baik-baik di sana dan jangan lupa rindukan aku,” ucap Devario sama beratnya.
Setelahnya sambungan terputus, dan Devario fokus pada jalanan di depannya. Kantornya masih terlihat sepi karena ini memang masih terlalu pagi, tapi tidak sama sekali Devario merasa seram. Untuk saat ini ia lebih suka suasana seperti ini, dingin dan tenang, setidaknya ia bisa menjernihkan pikirannya yang penuh.
Sapaan dari satpam di depan hanya Devario tanggapi dengan anggukan singkat, lalu masuk ke dalam ruangan kerjanya dan duduk di kursi kebesarannya, langsung menenggelamkan diri pada pekerjaan yang sudah menumpuk di mejanya, hingga sosok Meyra datang dengan kening yang mengernyit.
“Aku kira belum datang,” kalimat Merya sama sekali tidak dihiraukan Devario.
“Pesankan tiket ke Tiongkok hari ini juga, sekalian bilang pada Keenan biar aku yang menangani proyek di sana,” perintah Devario tanpa jeda, membuat kerutan di kening Meyra semakin dalam. Ia masih ingat beberapa hari lalu Devario begitu ngotot menolak pergi ke sana. Lalu bagaimana bisa sekarang malah memutuskan untuk pergi sendiri?
“Apa kau sakit?” pertanyaan itu yang malah justru keluar dari mulut Meyra. Devario melirik tajam sekretaris tidak sopannya itu.
“Lakukan saja apa yang saya perintahkan, Meyra!” tegas Devario dengan gaya bosnya yang tidak pernah Meyra sukai, karena sahabatnya itu akan terlihat semakin menyebalkan jika sudah bersikap bossy seperti itu. Namun sadar akan mood Devario yang mungkin sedang buruk, Meyra akhirnya hanya mengangguk saja dan langsung melangkahkan kaki keluar dari ruangan Devario setelah meletakan secangkir kopi yang biasa pria itu nikmati setiap pagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Not) Sugar Baby
RomanceLima belas tahun hidup bersama Aliana yang diadopsinya dari sebuah panti asuhan, perasaan Devario tiba-tiba berubah hanya karena satu sentuhan yang tidak di sengaja. Akankah Devario mampu menahan perasaannya itu, atau justru memilih melanjutkannya? ...