Happy Reading!!!
****“Selamat malam Tuan Jenkins dan Nyonya Jenkins, selamat ulang tahun untuk perusahaannya, dan terima kasih sudah memberikan kesempatan kepada saya untuk berkerja sama dengan perusahaan Anda,”
Devario menyapa dengan sangat baik, senyum ramah tersungging di bibirnya tidak seperti biasa. Dan itu berhasil mendapat respons baik juga dari si tuan acara, hingga obrolan seputar kerja sama mereka yang baru saja di mulai menjadi topik yang menarik bagi kedua laki-laki itu. Berbeda dengan Si Nyonya dan putrinya. Kedua wanita beda generasi itu terfokus pada Aliana yang pura-pura tidak menyadari.
Devario yang sadar dengan perhatian kedua perempuan itu pun diam-diam mengulas senyumnya.
“Ah iya, saya sampai lupa. Perkenalkan ini calon istri saya, Aliana Casey,” ucap Devario menarik Aliana semakin dekat ke tubuhnya dan tidak lupa satu kecupan di berikannya di puncak kepala Aliana.
Dua orang di depannya terlihat terkejut saat Devario menyebutkan nama Aliana, berbeda dengan Alisya yang semakin mengerutkan kening. Dan itu pun tidak lepas dari pengamatan Aliana. Sebenarnya Ia begitu menginginkan memeluk ketiga orang itu saat ini juga, tapi Aliana tidak bisa melakukannya begitu saja. Aliana takut, takut jika …
“A—Aliana Casey?” wanita paruh baya itu mengulang untuk memastikan, lalu setelahnya berhambur memeluk Aliana dengan isak tangis yang begitu memilukan. Isak tangis yang entah mengapa membuat Aliana ingin ikut menangis. Namun ini belum saatnya, Aliana masih memainkan perannya sebagai orang yang tidak tahu apa-apa, tatapannya polos dan seakan bertanya-tanya dengan reaksi yang didapatkannya ini. Menatap dua orang lainnya bergantian dengan sorot tak mengerti, terakhir melirik Devario, yang menyunggingkan senyumnya.
“Aliana, ini Mami sayang,” ucapnya berbisik, masih dengan isak tangisnya.
“Nyonya—”
“No, sayang ini Mami. Kamu anak Mami yang lama hilang, Kamu Aliana Casey Jenkins, Kakak kembar Alisya Syeca Jenkins. Kamu anak Mami,” wanita paruh baya itu melepaskan pelukannya, tangannya beralih membelai wajah Aliana yang masih dalam mode kebingungan.
“Sebaiknya bawa Aliana ke atas, kita jelaskan sama-sama nanti, setelah Papi memberikan pembukaan untuk acara malam ini,” instruksi Tuan Jenkins saat di rasanya sudah banyak pasang mata yang memperhatikan ke arah mereka.
“Ta—”
“Jangan menolak sayang, kita naik sekarang. Kami yakin kamu anak kami yang sudah lama hilang. Kita jelaskan di atas nanti.”
Aliana mendongak menatap Devario yang memberikan anggukan. “Nanti Daddy menyusul dengan Ayahmu. Setelah ini terserah padamu, Baby. Daddy akan mendukung meskipun kamu mau marah sekalipun pada mereka. Tapi kamu harus ingat satu hal, jangan pernah berniat untuk pergi dari hidup Daddy.”
****
Sebuah kamar hotel luas dengan fasilitas lengkap yang menjadi tempat Aliana duduk saat ini. Ditemani dua wanita beda usia yang sejak tadi tidak hentinya menangis sambil memeluknya. Pelukan yang sejak dulu Aliana inginkan tapi karena harus berpura-pura tidak mengerti Aliana terpaksa tidak membalas itu meski dorongan dalam hatinya menyuruh untuk ikut melepas rindu.
Sepuluh menit sudah terlewati sejak masuk ke dalam kamar hotel ini, tapi belum ada satu pun penjelasan yang di berikan, padahal Aliana sudah tidak sabar, ia ingin segera mendengar alasan dibalik terdamparnya ia di panti asuhan sedangkan kembarannya hidup dengan layak dan bahagia dengan kasih sayang yang di berikan kedua orang tuanya. Boleh bukan Aliana protes karena merasa semua ini tidak adil untuknya?
Setengah jam berlalu, dan akhirnya dua laki-laki beda usia yang tadi di tinggal di acara datang menghampiri. Aliana bangkit dari duduknya dan langsung berhambur memeluk Devario yang langsung di sambut dengan senang hati oleh pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Not) Sugar Baby
RomanceLima belas tahun hidup bersama Aliana yang diadopsinya dari sebuah panti asuhan, perasaan Devario tiba-tiba berubah hanya karena satu sentuhan yang tidak di sengaja. Akankah Devario mampu menahan perasaannya itu, atau justru memilih melanjutkannya? ...