Happy Reading !!!
***
"Apa kamu bersenang-senang sayang?” tanya Devario saat Aliana merebahkan tubuhnya di sofa ruang kerja Devario. Memang saat jalan pulang tadi, Devario meminta Aliana untuk datang ke kantor agar mereka bisa pulang bersama nantinya. Dan Aliana hanya menurut saja meskipun sebenarnya ia sudah ingin segera tiba di rumah dan berendam untuk mengurangi rasa pegalnya.
“Lumayan, hanya saja sekarang Al lelah, Daddy. Apa boleh Aliana tidur sebentar?” tanyanya pada sang daddy yang masih setia duduk di kursi kebesarannya. Laki-laki itu tersenyum manis kemudian mengangguk. Memberi izin agar gadis kecilnya itu beristirahat.
“Kamu boleh gunakan kamar Daddy untuk istirahat, sambil menunggu Daddy menyelesaikan pekerjaan ini,” kata Devario menunjuk kamar pribadinya yang ada di dalam ruang kerjanya itu.
Aliana hanya mengangguk kecil lalu bangkit dari duduknya dan melangkah menuju pintu bercat coklat yang Devario tunjuk. Di sana ada ranjang berukuran queen size berseprai abu, nakas, lampu tidur dan juga lemari dua pintu yang berisi pakaian Devario.
Tidak banyak barang atau hiasan di sana karena kamar ini jarang Devario gunakan jika bukan karena banyaknya pekerjaan yang membuat pria itu terlalu lelah jika harus pulang ke rumah.
Aliana melepaskan pakaian yang dikenakannya sejak pagi lalu menggantinya dengan salah satu kemeja milik Devario yang ada di lemari, setelahnya ia membaringkan tubuh di kasur empuk itu, dan tidak butuh waktu lama untuk Aliana menjemput mimpinya.
Berbeda dengan Devario yang justru masih sibuk dengan kertas-kertas berharganya hingga hari semakin beranjak sore dan matahari yang semula terang berubah gelap.
Sesekali laki-laki itu memijat keningnya saat di rasa pening mulai menyerang dan lelah di matanya mulai terasa. Devario ingin berhenti dan istirahat sejenak, tapi ia tidak bisa menunda pekerjaannya, karena sudah dapat di pastikan bahwa besok kertas-kertas itu akan semakin bertambah tumpukannya. Maka dari itu mau tidak mau Devario harus menyelesaikannya hari ini juga agar besok pekerjaan tidak semakin menyiksanya dan akhir pekan ia memiliki waktu bersama Aliana tanpa ganguan.
Pukul Sembilan malam, Devario baru saja menyelesaikan pekerjaannya dan ia bisa menghela napas lega. Namun kemudian berubah panik karena sempat melupakan keberadaan gadis kecilnya, beruntung Aliana masih terlelap dalam tidurnya hingga tidak membuat Devario terlalu merasa bersalah karena setidaknya dengan tidur, Aliana tidak sadar berapa lama dia menunggu.
Devario melangkah mendekat ke arah ranjang dan duduk di tepiannya, tangannya bergerak mengelus pipi mulus Aliana dan menyingkirkan rambut-rambut nakal yang berjatuhan di sekitaran sana. Setelahnya satu kecupan ringan Devario jatuhkan pada kening Aliana, matanya yang terpejam, hidung mancung, pipi, kemudian berakhir di bibir.
Awalnya Devario hanya berniat untuk menempelkan bibirnya saja, namun seketika itu berubah saat dirasakan tubuhnya bereaksi cepat. Aliana memang candu, hanya dengan sentuhan ringan seperti itu saja sudah membuat tubuh Devario meremang dengan gairah yang memuncak. Devario akui bahwa Aliana benar-benar hebat. Tanpa menyentuhnya intens, gadis kecil itu sudah mampu membuat Devario tergoda untuk menenggelamkan miliknya.
“Daddy,” rengek Aliana saat merasakan tidurnya terganggu dengan ciuman-ciuman Devario yang kini sudah turun ke leher. Tangannya bahkan sudah membuka satu per satu kancing kemeja yang Aliana kenakan dan menanggalkannya dengan mudah, melempar kain itu kesembarang arah, lalu menindih tubuh polos Aliana sambil terus memberikan kecupan-kecupan kecil di leher jenjang Aliana, meremas dan memilin dada menantang itu dengan gemas hingga lenguhan dan desahan mulai Aliana lantunkan. Terdengar merdu dan seksi di pendengaran Devario yang semakin di bakar api gairah.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Not) Sugar Baby
RomanceLima belas tahun hidup bersama Aliana yang diadopsinya dari sebuah panti asuhan, perasaan Devario tiba-tiba berubah hanya karena satu sentuhan yang tidak di sengaja. Akankah Devario mampu menahan perasaannya itu, atau justru memilih melanjutkannya? ...