(N)SB : Bagian 15

57.8K 1.4K 33
                                    

Happy Reading !!!

***

“Sesuai mau kamu, Boss” Meyra menyerahkan sebuah map berwarna biru pada Devario yang langsung saja laki-laki itu ambil dan membacanya dengan teliti tanpa mau melewatkan satu kata pun.

Meyra di buat bingung dengan hal itu, namun malas jika harus bertanya karena masih banyak yang harus dirinya kerjaan hari ini. Maka dari itu Meyra memilih keluar dari ruangan Devario tanpa mengucapkan apa pun. Ya, memang itulah kebiasaannya. Sesering apa pun Devario menegurnya karena hal itu, Meyra tidak pernah mau peduli.

Belum sampai ia duduk di kursi kerjanya satu sosok lebih dulu datang dan kembali membuat Meyra mengerutkan keningnya. Mata Meyra menatap orang di depannya dengan tatapan menilai, dari ujung rambut hingga ujung kaki lalu kembali ke wajah cantik yang terasa tak asing di penglihatannya.

“Permisi apa Pak Devario Albern Caldwell ada di ruangannya?” tanya perempuan itu menyadarkan Meyra dari penilaian sekaligus kebingungannya.

“Ada, maaf tapi Anda siapa, dan ada urusan apa dengan bos kami?” balik Meyra bertanya, tatapannya sudah ramah sebagaimana sekretaris pada umumnya. Mengesampingkan dulu rasa penasaran dan bingungnya.

“Alisya Syeca Jenkins dari J group,” ucapnya, membuat Meyra kembali mengernyitkan dahi. Seingatnya ia tidak mencatat janji dengan perempuan di depannya dan perusahaan yang baru saja di sebutkan.

Namun Meyra tidak mengatakan apa-apa, memilih menekan tombol telepon di mejanya yang langsung tersambung ke ruangan Devario, memberi tahu boss-nya akan kedatangan tamu cantik yang entah memiliki keperluan apa. Tapi saat mendapat perintah untuk membiarkan tamunya masuk, membuat Meyra mau tak mau melakukan itu meski banyak pertanyaan yang sebenarnya ingin ia tanyakan pada boss-nya, terlebih saat mendengar nada tak sabar dari Devario meyakinkan Meyra bahwa memang tamunya itu sudah di tunggu sejak tadi.

Meyra keluar dari ruang kerjanya yang dibatasi kaca transparan hampir seluruhnya, menghampiri perempuan cantik bernama Alisya itu dan membukakan pintu ruangan Devario sebelum mempersilahkannya masuk.

“Mey, buatkan teh untuk tamuku,” titah Devario begitu mempersilahkan tamunya untuk duduk di sofa ruangannya. Meyra menatap boss-nya dengan tatapan ingin tahu sedangkan Devario memilih mengacuhkannya, dan ikut duduk di sofa berseberangan dengan tamunya.

“Mey!” tegur Devario saat tidak mendapati sekretarisnya itu beranjak untuk melakukan apa yang diperintahkannya.

Meyra mendengus pelan, lalu melangkah pergi dari ruangan Devario. Meninggalkan dua manusia itu di dalam yang sepertinya akan melakukan obrolan serius. Namun lagi dan lagi, Meyra harus mengerutkan kening saat didapatinya satu lagi sosok yang datang.

“Kenapa hari ini banyak sekali perempuan yang datang untuk menemui Si Rio,” keluh Merya dengan dengusan sebalnya, lalu melanjutkan langkah menuju pantry, seraya menarik tangan perempuan yang baru saja datang dan hendak menuju ruangan Devario.

“Maksud Aunty Mey?” bingung Aliana. Ya, Aliana yang datang kali ini.

“Mau ketemu Daddy kamu?” bukannya menjawab, Meyra malah justru balik bertanya. Dan Aliana menjawab lewat anggukannya. “Dia lagi ada tamu,” jawab Meyra kemudian, lalu mengambil dua cangkir untuk membuat teh seperti yang Devario titahkan.

“Mau sekalian aku buatkan minum?” tanyanya kembali pada si putri boss yang belakangan ini semakin sering datang ke kantor.

“Enggak usah, nanti biar aku buat sendiri,” jawab Aliana yang diangguki Meyra. “Aunty, tamu Daddy siapa?” tanya Aliana setelah beberapa detik berlalu dengan keheningan. Aliana masih kepikiran dengan ucapan sekretaris daddy-nya tentang banyak perempuan yang datang menemui Devario. Pikiran Aliana sudah ke mana-mana, ia takut bahwa Daddy-nya itu mulai brengsek dan kembali melakukan hal seperti beberapa waktu lalu. Meniduri wanita lain yang di sewanya. Sungguh, jika itu sampai terjadi, Aliana tidak tahu akan sekecewa apa dirinya.

(Not) Sugar BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang