(N)SB : Bagian 7

111K 2K 27
                                    

Happy reading !!

****

"Aliana,” teriak seseorang memanggil begitu Aliana baru saja menutup pintu mobil sang Daddy.

Menoleh ke arah suara, Aliana menemukan salah satu temannya berlari menghampirinya.

“Mr. Alex nanyain kamu. Di suruh secepatnya ke sana,” kata pria manis bertubuh tinggi kurus itu tanpa basa-basi dan menarik tangan Aliana begitu saja, membuatnya mengikuti langkah pria itu dengan sedikit berlari bahkan tidak sempat untuknya berpamitan pada sang Daddy.

Aliana sendiri paham mengapa temannya itu sampai menyeretnya. Mr. Alex adalah dosen pembimbing Aliana juga Brian, temannya yang menyeretnya ini. Dan semua mahasiswa tahu bagaimana kejamnya Mr. Alex. Pria berusia lima puluh lima tahun itu amat tidak suka dengan yang namanya keterlambatan. Jadi dapat di tebak mengapa Brian tergesa menghampiri dan menyeretnya langsung.

Tapi jelas saja tidak untuk Devario yang menyaksikan. Rahang pria itu bahkan sudah mengeras saat ini, tangannya terkepal dan makian terus terlontar. Devario sudah berniat untuk menyusul kedua orang itu jika saja ponselnya tidak berdering dan sekretarisnya tidak meminta ia untuk segera datang. Dengan perasaan marah dan kesal, Devario melajukan mobilnya meninggalkan parkiran kampus Aliana. Tapi Devario berjanji akan menghukum gadisnya itu nanti.

Tidak butuh waktu lama untuk Devario tiba di kantor, sekretarisnya sudah menunggu dan menyeret langsung Devario ke ruang meeting. Memang sekretaris yang tidak sopan itu cuma Devario yang memilikinya.

“Kamu memang tidak ada hormat-hormatnya sama aku, Mey,” dengus Devario, melepaskan cengkraman tangan perempuan itu. “Aku bos kamu loh, kalau-kalau lupa,” lanjutnya menatap tajam Meyra, yang tak lain adalah sekretarisnya, sekaligus sahabatnya sejak sekolah dulu.

“Masa bodo dengan itu,” ucapnya tak peduli, masih tetap berjalan dengan langkah lebar menuju ruang meeting yang mana semua orang sudah menunggu.

Devario hanya berdecak lalu berdehem untuk mengubah rautnya menjadi dingin dan mengintimidasi seperti biasa, setelah itu barulah ia masuk diikuti Meyra di belakangnya.

Suasana yang semula cukup ramai dengan obrolan, tiba-tiba hening saat kedatangan Devario di ruangan itu. Semua mulut kini tertutup dan tidak ada yang berani menatap sang CEO yang sejak kedatangannya sudah menguarkan aura membunuh. Di tambah dengan tatapannya yang setajam pisau, yang saat ini tengah tertuju pada satu per satu dari mereka yang ada di ruangan itu.

“Saya beri satu kesempatan untuk diantara kalian mengaku, siapa yang melakukan penggelapan dana di perusahaan enam bulan terakhir ini?” tanyanya langsung dengan suara dingin yang langsung bisa membekukan siapa saja yang mendengarnya. “Saya hitung sampai tiga, jika tidak ada yang mengaku maka polisi yang akan langsung menyeretnya ke jeruji besi dan mendekam di sana seumur hidup,” tambahnya masih dengan tatapan tajam yang mematikan lawannya.

Di rumah Devario memang sosok yang lembut dan penyayang, terlebih pada Aliana, yang selama ini menjadi putrinya, namun berubah hanya dalam satu malam. Tapi kelembutan dan sikap penyayangnya tidak pernah berlaku di luar rumah terlebih di kantor yang didirikannya sendiri, kantor yang selama ini sudah menghidupi banyak orang dari hasil kerja mereka masing-masing.

“Satu …”

Suasana masih hening.

“Dua …”

Suara bisikan mulai terdengar, saling menanyakan siapa yang sebenarnya sudah melakukan penggelapan dana di perusahaan tempat mereka bekerja.

“Tidak ada yang mau mengaku?” tanya Devario dengan aura dinginnya, kembali membuat suasana di ruangan itu hening, semua orang menunduk dengan pertanyaan di kepala masing-masing. “Ah, ya, penjahat mana juga yang mau mengakui kejahatannya,” kali ini nada suara Devario terdengar lebih ringan, tapi tidak membuat semua orang yang ada di ruangan itu berani menoleh.

(Not) Sugar BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang