Happy Reading!!!
***
“Baik-baik di rumah, sayang, Daddy kerja dulu.” Satu kecupan Devario berikan di bibir Aliana sebelum dirinya memasuki mobil. Perempuan itu mengangguk, lalu melambaikan tangannya melepas kepergian Devario.
Setelah sedan hitam berharga milyaran itu tidak lagi dapat di pandang mata, Aliana masuk ke dalam rumah dengan langkah ringan, ia akan mengajak salah satu pelayan untuk menemaninya belanja. Aliana berniat memasak untuk makan siang Devario.
Satu minggu di rumah orang tuanya, Aliana sudah belajar beberapa menu sederhana dari sang mami. Dan sekarang Aliana akan memasakkan salah satunya untuk calon suaminya. Semoga Devario suka.
“Apa kalian sungguh akan menikah?” langkah Aliana di hadang oleh Anna yang sepertinya memang sengaja menunggu.
“Ya, aku harap Kau bisa datang, Kak,” senyum kecil terukir di bibir Aliana, tatapannya di buat sememohon mungkin meskipun pada kenyataannya Aliana tidak terlalu berharap mantan kakak di panti asuhannya dulu itu datang dan berakhir mengacaukan pernikahannya dengan Devario. Hanya saja Aliana ingin melihat raut wajah Anna. Jika dulu ia selalu mengalah dan takut, sekarang tidak lagi. Tapi sebisa mungkin Aliana tidak menghilangkan wajah lugunya.
“Kau tahu bahwa dia kekasihku, Al! Bagaimana bisa kau merebutnya dariku?” marah Anna dengan wajah yang sudah merah padam, sedikit mengerikan, tapi Aliana jelas tidak akan lagi takut. Ia bukan lagi Aliana yang polos seperti bertahun-tahun lalu. Ia sudah dewas. Dan Aliana tidak akan mengalah. Apalagi membiarkan Devario dimiliki perempuan lain di saat pria itu sudah menjadi miliknya.
Tidak. Aliana tidak akan membiarkannya. Kecuali jika memang Devario yang memilih, karena Aliana tidak akan menjadi bodoh untuk mempertahankan apa yang tidak ingin dirinya miliki. Sayang, Devario sudah memilihnya, jadi Aliana pastikan bahwa ia tidak akan melepaskan, meski itu untuk Anna, mantan kakak di panti asuhan tempatnya bernaung dulu.
“Maaf Kak, tapi aku tidak merebutnya darimu. Sejak kepergianmu tujuh tahun lalu, sejak itu pula Daddy melepaskanmu dan tidak mengharapkanmu lagi. Bahkan hingga sekarang. Bukan aku juga yang memulai semua ini, tapi Daddy yang menginginkan hubungan ini lebih dulu, dan maaf jika aku tidak bisa menolaknya. Aku dan Daddy pernah melakukannya, tapi kami tidak bisa. Hingga akhirnya kami memutuskan untuk menikah,” jelas Aliana panjang lebar dengan seulas senyum manis di bibir. Tidak ada sedikitpun raut mengejek atau puas telah membuat Anna kesal, karena Aliana memang tidak bermaksud seperti itu, ia hanya mengatakan yang sebenarnya.
“Kau—kalian mengkhianatiku?!” geram Anna dengan tangan mengepal dan wajah merah padam.
“Tidak ada yang mengkhianatimu, Kak. Baik aku maupun Daddy. Hubungan kalian tidak terikat oleh apa pun saat itu. Bahkan hingga sekarang."
Anna semakin mengeraskan rahangnya, termasuk kepalan tangannya. Tapi Aliana masih menampilkan senyumnya, tidak sama sekali terpengaruh dengan tatapan benci yang Anna berikan.
“Ah, aku akan ke swalayan, Kakak mau titip?” tanya Aliana dengan lugunya seolah tidak ada masalah di antara mereka, dan tidak ada pula pembicaraan yang sedikit menyinggung Anna.
Perempuan yang masih mengenakan baju tidur semalam itu melenggang pergi begitu saja tanpa menanggapi pertanyaan Aliana. Terlalu kesal dan marah.Aliana hanya mengedikkan bahunya acuh, lalu melangkah menuju dapur, memanggil salah satu pelayan untuk menemaninya belanja. Ia sudah mandi bersama Devario tadi, jadi sekarang hanya tinggal pergi tanpa harus berlama-lama lagi membuang waktu.
***
“Bagaimana bisa kamu menikahi Aliana di saat aku sudah kembali, Devario!” murka Anna begitu masuk ke dalam ruangan Devario tanpa bisa Meyra cegah.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Not) Sugar Baby
RomanceLima belas tahun hidup bersama Aliana yang diadopsinya dari sebuah panti asuhan, perasaan Devario tiba-tiba berubah hanya karena satu sentuhan yang tidak di sengaja. Akankah Devario mampu menahan perasaannya itu, atau justru memilih melanjutkannya? ...