(N)SB : Bagian 12

71.3K 1.4K 62
                                    

Happy Reading guys!!!

***

Dadd, Anya mengajakku ke Mall siang nanti, apa boleh?” tanya Aliana pada sang Daddy yang sudah siap dengan setelan kantornya.

“Hanya bersama Anya?” Devario memastikan, yang Aliana jawab lewat anggukannya.

Sejenak Devario mencari kebohongan di kedua mata lembut gadis itu sebelum kemudian menghela napasnya pelan dan berjalan ke arah ranjang dimana gadis kecilnya berada.

“Janji tidak akan bertemu laki-laki?” tangan Devario bergerak menyentuh wajah cantik Aliana yang polos tanpa sentuhan make up sedikit pun karena dia yang memang baru saja bangun dari tidurnya.

“Itu tidak janji, Dadd, di Mall pastinya banyak orang termasuk laki-laki. Daddy tahu sendiri bukan bahwa di dunia ini tidak ada Mall yang isinya perempuan semua?”

Devario mendengus mendengar jawaban gadis kecilnya itu, lalu menatapnya tajam membuat Aliana terkekeh pelan. Ia tahu maksud dari ucapan Daddy-nya tadi, hanya saja Aliana ingin menggoda laki-laki dewasa kesayangannya itu. Aliana suka setiap kali Devario posesif terhadapnya. Aliana merasa dicintai oleh laki-laki yang selama ini di panggilnya Daddy itu.

Cup.

Satu kecupan ringan Aliana berikan di pipi kanan Devario. “Daddy gak perlu khawatir, aku tidak akan menemui laki-laki mana pun. Aku dan Anya hanya sedang ingin berbelanja. Ada tas keluaran terbaru yang Anya inginkan,” jelas Aliana untuk membuat Devario percaya.

Sekali lagi, Devario membuang napasnya berat. “Baiklah, kamu boleh pergi,” putusnya mengizinkan, membuat Aliana mengembangkan senyumnya dan memberi Devario satu kecupan lagi di pipi.

“Terima kasih Daddy,” ujarnya riang seraya memeluk sang Daddy dengan erat. Tentu saja Devario membalasnya dan sesekali kecupan ringan diberikannya di puncak kepala Aliana dengan senyum terukir di kedua sudut bibirnya.

Sejak lima belas tahun lalu, hanya Aliana lah yang selalu sukses membuat Devario tersenyum, bahkan senyumnya terkesan murahan. Berbeda jika dirinya berada di luar rumah, terlebih di hadapan para karyawan dan pesaingnya di dunia bisnis.

“Kalau begitu, Daddy berangkat ke kantor dulu, ada meeting satu jam lagi. Meyra pasti akan mengomel jika Daddy belum tiba,” Aliana terkekeh melihat cebikan bibir Devario saat menyebutkan nama Meyra, sang sekretaris.

“Ya sudah, sana pergi. Hati-hati di jalan,” Aliana mendorong tubuh besar Devario yang masih memeluknya. Namun pelukan itu tidak juga terlepas dan dorongan Aliana seolah tidak berarti sama sekali bagi laki-laki dewasa itu.

Morning kiss, please!” pinta Devario sudah seperti bocah yang meminta coklat pada ibunya.

“Tadi kan udah, Dadd.” Devario menggeleng seraya memajukan wajahnya sambil menunjuk bibirnya dengan telunjuk, meminta untuk Aliana menciumnya di sana.

Dengan geli, Aliana akhirnya menuruti, memberikan kecupan ringan yang singkat di bibir tipis Devario. Namun Devario yang merasa tak puas langsung saja menarik tengkuk Aliana dan mencium bibir manis itu dengan terburu-buru, menyesap dan memberikan gigitan-gigitan kecil di bibir bawah Aliana gemas. Satu tangannya yang berada di pinggang Aliana bergerak naik, menyentuh dada kembar Aliana yang hanya tertutup piyama tipis, meremasnya dan sesekali memberikan cubitan gemas di tonjolan kecilnya yang sudah mengeras. Membuktikan bahwa gadis itu mulai terangsang.

Andai Devario tidak memiliki jadwal panting hari ini, sudah dapat di pastikan bahwa Aliana tidak akan bisa keluar dari kamar ini hingga esok harinya.

“Belanja apa pun yang kamu inginkan, sayang,” ucap Devario seraya mengeluarkan kartu berwarna hitam dari dalam dompetnya dan memberikannya pada Aliana yang masih berusaha mengatur napasnya.

(Not) Sugar BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang