(N)SB : Bagian 29

9.9K 514 22
                                    

Happy Reading!!!

***

"Aliana, kamu serius mau menikah?” tanya Anya terkejut begitu selesai membaca undangan yang sahabatnya itu berikan.

“Ya,” singkat Aliana menjawab lalu meneguk jus jeruk yang baru saja diambilnya dari lemari pendingin Anya.

“Bagaimana bisa kamu memberitahuku semendadak ini?” delik kesal Anya, tidak terima karena sahabatnya itu memberikan undangan di saat acara akan berlangsung lusa.

“Kamu baru pulang dari liburanmu, Nya!” ingatkan Aliana pada sahabatnya yang kini memberikan cengiran.

Anya memang pergi liburan saat wisudanya selesai beberapa minggu lalu. sementara Aliana sudah lebih dulu wisuda tapi tidak berniat liburan ke mana-mana karena Devario yang sibuk dengan pekerjaannya dan lagi persiapan pernikahan yang semula Devario putuskan seenaknya. Jadilah mereka menunda untuk liburan, dan berniat menggantinya dengan bulan madu nanti.

“Tapi setidaknya kamu bisa memberi tahuku lewat pesan, Al, aku mungkin bisa pulang lebih cepat kemarin,” ucapnya masih tidak terima.

“Sudahlah, terlanjur juga, sekarang kamu sudah pulang dan pernikahanku tidak bisa di undur. Lagi pula hanya pemberkatan saja yang akan aku dan Daddy lakukan untuk sekarang, tidak terlalu banyak yang harus di persiapkan. Lagi pula orang tuaku sudah mengurus semuanya.”

“Orang tua? Maksudmu?” Aliana langsung melirik Anya di sampingnya, menatap sahabatnya itu dengan kening mengkerut.

“Kamu belum tahu bahwa aku sudah bertemu dengan keluargaku?” tanya Aliana dengan polos.

Pletak.

“Kapan kamu menceritakannya, bodoh!” Anya melayangkan satu geplakan di punggung tangan sahabatnya itu. Anya benar-benar kesal kali ini. “Kenapa kamu tidak menceritakan kabar itu? Al, apa kamu masih menganggapku sahabatmu?” tuntut Anya geram.

“Sepertinya aku lupa,” ringis Aliana seraya menggaruk belakang lehernya yang tidak gatal.

“Kamu benar-benar menyebalkan Aliana. Aku marah padamu!” Anya melipat tangan di dada seraya membuang mukanya, menunjukkan pada Aliana bahwa dirinya tengah marah.

“Maafkan aku, Anya, aku tidak bermaksud melupakanmu, aku hanya terlalu terkejut dan senang karena pada kenyataannya aku masih memiliki kelurga dan tahu bahwa aku tidak benar-benar mereka buang. Maaf sudah membuatmu terlambat mengetahui kabar bahagia ini,” sesal Aliana. “Tapi sekarang aku akan mengajakmu bertemu dengan saudariku, kami memiliki janji di butik untuk mengambil gaun. Bagaimana, apa mau ikut?”

“Tidak!” ketusnya menolak.

“Kamu boleh memilihnya satu untuk kamu kenakan di hari pernikahanku lusa,” rayu Aliana yang suskses mendapat persetujuan Anya.

“Tunggu sebentar, aku ambil tas dulu,” ujarnya berlari menuju kamar dengan riang.

Aliana hanya bisa mencibir sahabat satu-satunya itu yang selalu tidak tahan dengan gratisan, terlebih jika itu berhubungan dengan pakaian, tas, atau barang-barang perempuan lainnya.

***

“Wow,” respons Anya saat masuk ke dalam butik yang menyajikan banyak gaun-gaun pernikahan yang lebih banyak di dominasi warna putih. “Aku jadi tak sabar ingin menikah juga,” ucapnya kemudian, tanpa melepaskan tatapannya dari gaun-gaun cantik yang memanjakan mata. “Milikmu yang mana, Al?”

Aliana tidak menjawab, memilih mengajak Anya semakin masuk ke dalam butik itu, hingga mereka tiba di sebuah ruangan yang di dalamnya ada tiga orang perempuan cantik yang belum pernah Anya temui, tapi salah satu diantaranya sudah sering Anya lihat hilir mudik di majalan fashion sebagai perancang terkenal lima tahun belakangan ini. Mata Anya berbinar, ia tidak menyangka akan bertemu langsung dengan perancang terkenal idolanya itu.

(Not) Sugar BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang