30 ' taman kota

222 46 12
                                    







happy reading!

- - -

"Cha, gua duluan ya!"

Chaca yang sedang tiduran di lantai dengan keringat mengucur deras hingga kaos hitamnya lepek, menjawab, "iya, Ye! Duluan aja."

"Okay! Jangan lupa pamit ke teteh Ugi. Gua duluan!" pamit Yeji, lalu keluar dari ruangan tersebut, meninggalkan Chaca sendirian di sana.

Ruangan itu biasa digunakan untuk latihan dance. Yup, Chaca anak dance cover, tapi itu dulu. Setelah hampir tiga tahun bergulat di kegiatan itu, Chaca memutuskan untuk berhenti dan fokus ke kuliahnya.

Tapi, Chaca masih suka datang kesini saat hari sabtu free untuk mengajari anak dance cover lainnya yang gerakkannya belum terlalu luwes atau belum tepat dan tidak beriringan dengan teman satu grupnya.

Sebutlah Chaca pelatih dadakan tanpa ada bayaran.

Chaca melirik jam dinding yang ada di ruangan itu, pukul empat sore. Dirinya bangkit, lalu jalan ke sofa dan duduk di sana. Kemudian ia mengambil handphone dari dalam ranselnya dan mengetikkan sesuatu di sana.

Setelah itu, ia menaruh handphonenya di nakas kecil, lalu ia menanggalkan kaos hitamnya, mengelap keringat di wajah dan badannya dengan tisu kering. Oh, jangan lupakan Chaca yang hanya memakai tanktop hitam dan celana training saat ini.

Ceklek

Chaca refleks menoleh dan langsung menutupi bagian depannya dengan kaos. Jantungnya berdetak cepat saat berkontak mata dengan orang yang membuka pintu tanpa permisi.

oh shit

Mata lelaki itu menurun hingga melihat keadaan Chaca saat ini, lantas pandangannya beralih ke arah lain. Lelaki itu menggaruk tengkuknya, "s-sorry gua kira udah gak ada orang. So-sorry." Kemudian lelaki itu keluar dan menutup kembali pintunya.

Dengan cepat Chaca memakai hoodie zipper warna tosca-nya, lalu memasukkan barang bawaan ke dalam ranselnya. Kemudian Chaca keluar dari ruangan dengan kupluk hoodie yang menutupi rambut acak-acakannya.

Di luar, sudah ada sekitar tiga orang lelaki yang berdiri di sana dan salah satunya adalah lelaki tadi yang tidak sengaja masuk. Saat pandangan mereka bertemu, Chaca langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Maaf ya lama," kata Chaca kepada ketiga lelaki  di sana.

"Santai, Cha. Kaya sama siapa aja lo," balas lelaki yang memakai topi warna hijau army.

Chaca menyengir, "duluan ya!" pamitnya.

"Yo! Hati-hati!"

Gadis itu pun keluar dari gedung yang biasa ia datangi setiap hari sabtu. Gedung yang sudah ia datangi sejak SMA kelas sepuluh sampai saat ini. Dia juga sudah mengenal lelaki yang tadi berpapasan di depan ruangan---kecuali lelaki yang tidak sengaja masuk ke dalam ruangan.

Biasanya Chaca akan menengok Ugi---pemilik gedung itu, untuk sekedar menyapa. Namun sepertinya untuk hari ini, ia urungkan. Sebab Ugi tidak terlihat batang hidungnya saat Chaca melewati tempat yang biasa ditempati Ugi.

Chaca jalan ke halte depan gedung, lalu duduk di sana untuk menunggu jemputan datang, siapa lagi kalau bukan menunggu Juni.

Bisa saja Chaca menghubungi Jef dan meminta jemput karena gadis itu masih menumpang di rumahnya. Tapi ia masih tau batasan, sebab Jef bukan siapa-siapa dirinya, hanya sebatas teman abangnya saja.

CHARISSA | JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang