11. Childhood || pt. 10

183 41 21
                                    


3 pria dewasa muncul di tengah ruangan aula itu secara tiba-tiba. Mereka semua berpakaian hitam. Dari atas sampai bawah. Dan wajah mereka ditutupi oleh topeng.

"Buka topeng kalian!" perintah Alle yang berada di sampingku.

Mereka membuka topeng yang menutupi wajah mereka. Wajah itu...

"Tuan Alfred?" tanyaku.


"Apa??"

"Siapa dia?"

Alfred tersenyum lalu menyapa kami semua, "selamat pagi semua, mohon maaf kami mengejutkan tuan dan nona muda sekalian. Kami adalah bagian dari pasukan kekaisaran." jelas Alfred yang bukannya membuat semuanya tenang malah panik tidak karuan.

"Pasukan kekaisaran!? Huaaaa apa salahku??"

"Ayah, Ibu, maafkan aku!!"

"Ada apa ini?"

Aku menutup wajahku menyerah. Sedangkan Alle sepertinya mulai memahami apa yang terjadi di sini.

"Jadi? Apa yang kalian perlukan?" tanya Alle pada Tuan Alfred.

Tuan Alfred membungkuk dan mulai menjelaskan tentang kedatangannya.

"Sekali lagi mohon maaf bila kami mengejutkan tuan dan nona semua. Tahun ini kami yang akan mengajari para tuan muda di sini untuk berlatih pedang dan senjata dikarenakan pengajar kalian yang izin untuk keluar dari akademi. Pengajar kalian yang sebelumnya izin untuk pergi karena ia harus merawat istrinya yang sedang sakit. Oleh karena itu, mulai dari sekarang pengajar senjata kalian yang baru di akademi adalah kami," jelas Tuan Alfred panjang lebar kepada seluruh murid di ruangan itu.

"Lalu, mengapa anda menyerang Yang Mulia Putra Mahkota tadi?" tanya seorang murid yang langsung disambut dengan anggukan banyak murid lainnya.

"Ah itu-"

Tuan Alfred dan kedua temannya langsung berlutut di hadapan kami.

Eh?

"Yang Mulia! Mohon ampuni tindakan kami, kami tidak bermaksud untuk mencelakai Yang Mulia!!"

Aku dan Alle hanya menganga melihat pemandangan di depan kami. Kami hampir lupa tentang bahaya yang hampir melukai Alle beberapa saat lalu. Alle menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Bangkitlah. Kalian kumaafkan. Untung saja ada Xavier, kalau tidak kalian sudah pasti berurusan dengan Ayahanda."

Ucapan Alle membuatku bergidik ngeri. Sedangkan Tuan Alfred dan kedua temannya? Astaga. Mereka pucat pasi.

"H-hey, Tuan Alfred? Kalian tidak apa-apa?" tanyaku melihat ketiga orang itu seperti ditinggal oleh rohnya.

Ia hanya mengacungkan jempolnya yang bergetar. Aku menengok ke arah Alle, ia melemaskan badannya santai.

"Baiklah kelas akan di mulai, mohon kalian mengikuti kedua teman saya," ujar Tuan Alfred memberitahukan kepada kami.

Ah, ya. Aku hampir melupakan kalau kita ada kelas.

"Tuan Xavier," panggil Tuan Alfred.

Aku menengok ke arahnya, "anda memanggil saya, Tuan Alfred?" tanyaku.

Ia mengangguk, "kepekaan anda terhadap aura membunuh sudah sangat baik. Kesigapan anda dalam melindungi Yang Mulia juga sudah baik. Mohon maaf atas tindakan hamba tadi. Apa, tuan baik-baik saja?"

Crimson MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang