3. Childhood || pt. 2 : Lumier

390 62 28
                                    


Xavier's POV

Hari-hariku masih saja sama seperti biasanya. Diacuhkan oleh ibu dan ayah, diolok oleh anak-anak bangsawan, haahh.. menakjubkan.

Ah, aku hampir melupakan kabar baru itu. Aku akan memiliki seorang adik baru. Ugh, aku tidak yakin apakah ini merupakan suatu kabar yang baik atau buruk ... apa?

Ok baiklah, andaikan kalian berada dalam posisiku saat ini. Kalian tidak dianggap ada oleh orang tua kalian sendiri, dibenci oleh ibumu, adikmu tidak diperbolehkan bersamamu dan bahkan mulai mengejekmu yang statusnya masih saudara tertuanya. Dan sekarang, kau akan memiliki 1 orang lagi yang kemungkinan besar membencimu juga.

Apa yang kau rasakan? Astaga.. ingin rasanya ku berlari jauh dari rumah ini! Bersyukurlah kalian tidak hidup seperti diriku.


Time Skip, 2 tahun kemudian

"Tuan muda, waktunya anda untuk bersiap mengunjungi Nona Lumier.."

Aku menengok ke arah pintu besar berwarna gading kamarku itu, "baiklah .. Aku akan segera kesana." Selesai mengucapkan kalimat itu, Lilac masuk ke kamarku dan membantuku memakai mantelku.

Aku tersenyum dan bertanya, "Bukankah aku sudah cukup besar untuk memakai mantelku sendiri Lilac?" Lilac tersenyum, "sudah tugasku untuk membantu tuan kapan pun itu."

Jawaban yang menurutku konyol namun entah mengapa hatiku menghangat mendengarnya. Aaah...ternyata mereka masih menghargaiku. Ya.. Dua orang itu, Lilac dan Richard.

Selesai memakai mante, aku berjalan turun ke arah ruangan di sebelah timur tempat di mana ayah, ibu, dan kedua adikku berada.

🍁🍁🍁

Kamar Lumier

Aku tiba di depan sebuah pintu putih yang besar, sama seperti kamar-kamar lainnya namun suasana di sekitar kamar sebelah timur ini lebih hangat ketimbang kamarku yang berada di utara.

Melihat kedatanganku, para pengawal mengetuk pintu dan berseru.

"Tuan dan Nyonya Leuwiq, Tuan muda Xavier menghadap untuk bertemu dengan Nona Lumier."

Kurang lebih semenit waktu telah berjalan akhirnya balasan dari ayah terdengar dari dalam kamar tersebut.

"Masuk."

Pintu dibuka, aku menghembuskan nafasku pelan dan masuk ke dalam ruangan itu. Sesampainya di dalam, aku membungkuk memberikan salam.

"Rahmat kejayaan bagi kekaisaran Zephyr, Xavier Zchutten menghadap ayahanda Tuan Duke Leuwiq dan ibunda Nyonya Duchess Leuwiq."

"Angkat dirimu."

"Sepertinya kau akhirnya tahu sopan santun, kalau begitu aku permisi Karl. Dan kau, jangan sentuh Lumier sedikit pun! Jika kau berani menyentuh sehelai rambutnya saja, kau tidak akan kuizinkan melihatnya lagi!"

Wah aku tidak boleh menyentuh adik kandungku sendiri.. Sungguh disayangkan.

Ayahku hanya terdiam dengan ekspresi dinginnya. Ia sepertinya sudah membenciku sama seperti ibu. Hmm tapi ia masih berbicara dengan diriku baiklah..

Ketika aku berjalan pelan ke arah kasur Lumier, aku baru menyadari bahwa ada seorang anak kecil di sebelah ibuku yang memandangku dengan penuh kebencian.

Ahh.. Zander.

Aku menggelengkan kepalaku dan pandanganku menuju bayi mungil di depanku. Aku tersenyum melihat wajah polos anak itu. Keasikan melihat Lumier, tiba-tiba aku dikejutkan oleh tangan mungil yang memegang jari tanganku.

Ayah, Ibu, dan Zander yang masih berada di ruangan itu juga terkejut melihat kejadian di depan mereka.

"L-lumier a-apa yang kau lakukan-" seru ibu gusar.

"K..Ka Xa? Kak Xavi.. Kak Xavier?" ucapnya terbata-bata.

Mendengar itu, aku tidak peduli lagi dengan larangan ibu barusan. Aku menggenggam tangannya dan mengusap rambutnya pelan.

"Dari mana kau mengenal diriku?"

Lumier bangun dan tertawa,

"Aku.. melihat kakak," jawabnya.

"saat latihan pedang di taman," sambungnya tersenyum lembut.

Kemudian ia menjulurkan tangannya seperti hendak meraih rambutku. Aku membungkukkan badan dan berlutut di samping tempat tidurnya. Ia membelai wajahku lembut.

"Aku selalu ingin bertemu kakak. Selama ini aku bertanya-tanya, siapa kakak laki-laki itu?Sepertinya, ini pertama kalinya kakak mengunjungiku?"

Aku terdiam mendengar pernyataan Lumier. Memang benar apa yang dikatakannya, ini adalah pertemuanku dan Lumier yang pertama sejak ia lahir. Ibu tidak memperbolehkanku untuk mengunjunginya.

"Y-ya sepertinya begitu. Maaf," jawabku sambil menunduk.

Lumier menggelengkan kepalanya,

"Tidak apa-apa, aku senang akhirnya aku bisa bertemu dengan kakak. Apakah boleh kakak mengunjungiku lagi?"

Aku menoleh ke arah ayah dan ibu. Ayah menganggukan kepalanya namun ibu dan Zander sepertinya berkehendak lain.

Aku hanya menjawab pertanyaan Lumier dengan, "kalau kakak sempat, kakak akan mengunjungimu."

Lumier kegirangan mendengar jawabanku dan ia memelukku dan berbisik, "aku menyayangimu kak."

Hari itu merupakan hari yang cukup baik bagiku. Aku menemukan kenyataan bahwa ternyata adik perempuanku menyukaiku, ia menerimaku. Pandanganku sebelum ia lahir ternyata salah. Aku sangat bersyukur.

Tuhan, terima kasih..



Hai hai, Luna di sini. Masih dengan revisi yang tentunya tidak akan selesai² dikarenakan diriku masih pemula dan tentunya banyak kesalahan yang akan terulang🗿 haha. Ok sedikit notes/penjelasan berkaitan chapter² flashbacks ini; tentunya kalian menyadari bahwa bagian flashback biasanya aku format 'italic' bukan? Ya. Demi kebaikan penglihatan para pembaca, akhirnya Luna memutuskan untuk menggunakan format normal walau bagian-bagian awal cerita masih flashbacks. Aku takutnya kalian pusing baca belasan chapter miring terus haha. Ok sekian notes~ Mata'ne!

Nee~~ vote & comment masih diterima kok, dengan senang hati pula. Itukan merupakan good luck charm punya author😔 no vote = stop story, no continuation😭

First Publish: Sept 24, 2020

Crimson MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang