"Aku ikut denganmu."
"Apa?"
Rylee Caricia, gadis itu membuat setiap personel yang hendak bergegas mengangkat kaki kembali menapak lebih lama.
"Um Nona Rylee, apa Anda yakin? Anda mengetahui jelas bahwa kami akan pergi ke kapital kekaisaran dan situasi keadaan di sana belum dapat dipastikan," ujar Ivy khawatir.
Rylee mengangguk mantap. "Aku yakin. Aku tahu bahwa ini bukanlah saat yang tepat untuk datang ke kapital namun aku juga tidak bisa berdiam di sini saja melihat raut muka kalian yang bisa kupastikan tertekan. Setidaknya aku rasa aku juga bisa membantu."
Jawaban Rylee membuat yang lainnya tergelak kecil. Gadis desa yang satu ini benar-benar dapat meluluhkan suasana tidak nyaman di antara mereka.
"Sudahlah Ivy, toh hanya membawa satu orang tidak akan mempersulit kita juga," ujar Mason ringan.
"Bodoh. Bagaimana dengan adiknya?" tanya Morgan yang langsung disambung oleh Ivy. "Itu salah satu maksudku."
Mason terlihat menggaruk tengkuknya. Sepertinya ia tidak memperhatikan tentang yang satu itu. Aku menghela nafas pelan, kemudian akhirnya menyuarakan pendapatku. "Apa teman adikmu dan keluarganya masih berada di desa ini? Bagaimana kalau kita titipkan Lise kepada mereka? Walau aku tidak yakin 100% kalau di desa lebih aman ketimbang di kapital, setidaknya ia tidak akan langsung melewati area yang terkena dampak utama."
"Oh? Bukankah Tuan Duke kita begitu bijak? Mason kau harus belajar lebih banyak darinya!" ejek Morgan seraya meleletkan lidah. Lawan bicaranya hanya tertawa masam.
Rylee tampak berpikir lalu mengangguk mantap. "Baik akan kulakukan, terima kasih sarannya."
Tatapan ragu masih nampak jelas dari muka Ivy. Sepertinya ia bimbang mengizinkan seorang rakyat biasa untuk ikut campur dengan urusan kekaisaran. Gadis itu kemudian kembali membuka suaranya dan menunjukkan sebuah senyuman. "Oh ya, aku bukannya melarang Anda untuk membantu kami. Tentunya aku juga tidak berada di posisi untuk mengatur bagaimana hendaknya semua ini berjalan. Tetapi aku takut jika sesuatu terjadi kepada Nona Rylee. Sebagai seorang bangsawan. bukankah seharusnya kami memang sebisa mungkin melindungi rakyat?"
Peraturan Kekaisaran No. XVII, "atas perintah Kaisar Agung Aldrich dan dengan izin perestuan oleh Kardinal I, kami mengeluarkan perintah sedemikian rupa: 1. Seorang bangsawan hadir dan sebisa mungkin melindungi rakyat, tidak melakukan penindasan baik harta, hasil ladang, maupun mental dan fisik. 2. Membayar pajak adalah keharusan bagi setiap orang, dilarang menaik-naikan jumlah, seluruh nilai pajak ditetapkan langsung oleh Kaisar dengan diskusi setiap petinggi (Berlaku baik untuk rakyat golongan kelas manapun - maupun bangsawan)."
"Kalian tidak melupakan itu bukan?" tanyanya tajam.
"Hm benar juga." Mason mengakui sambil menggaruk tengkuknya. Morgan dan Linden saling tatap menatap lalu beralih kepada Rylee. Gadis itu masih memiliki mata yang memantulkan kobaran api. Sepertinya semangat dalam dirinya belum padam. Ia membara.
"Bukankah kau terlalu overprotective, Nona Ivy?" tanya Linden kemudian. Ia mengeluarkan jam sakunya lalu melirik sesaat. "Waktu terus berjalan, kita harus bergegas kalau tidak mau melihat kekaisaran hancur karena kita terlalu lama berdiam di sini."
"Linden!" Morgan membelalakan matanya terkejut. "Hust jangan berkata seperti itu, kau akan mengutuknya!"
Apa yang ditegaskan oleh Ivy ada benarnya. Hal itu tercantum jelas pada aturan kekaisaran, namun ada yang ia lupakan. Aku menghela nafas kecil. "Kau melupakan peraturan tambahan. Poin 1.2, "rakyat diizinkan untuk memilih arah yang ingin dijalankannya sendiri asal dapat dipertanggungjawabkan. Juga, seorang bangsawan tidak boleh memaksakan kehendaknya pada rakyat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Crimson Moon
Fantasy⚠️NOT BL!! "KELUAR DARI RUMAH INI SEKARANG JUGA!! PERGI DARI SINI! MULAI SEKARANG, KAU BUKAN LAGI PUTRA PERTAMA KELUARGA INI!! KAU BUKAN SEORANG LEUWIQ!!" Deg Detik itu juga, jantungku seperti berhenti berdetak. Apa yang baru saja kudengar? Aku.. ap...