27. Disaster, War!

98 17 3
                                    

A/n: Fyi, 'Crimson Moon' bukanlah cerita BL (alias boy's love). Aku menangis tertawa berguling-guling melihat notif Wattpad😭🙏

Ok, leggoh setelah sekian lama!

"Vos altesses¹?"

"Apa semuanya sudah siap?" Gadis itu bangkit dari kursinya, melangkahkan kaki dengan anggun ke arah pemuda di sudut ruangan yang sedang berdiri menatap taman dari balkon kediamannya seraya menyahut panggilan dari bawahannya.

Dengan sigap, yang di belakangnya pun langsung menjawab pertanyaan si gadis. "Sudah, Yang Mulia. Apa kita akan menyerang langsung?" tanya ajudan itu lagi.

Gadis yang diketahui merupakan seorang royalti itu tampak menyunggingkan bibir merah muda kecilnya sinis. "Hm? Bukankah lebih menyenangkan bila kita menghanguskan wilayahnya terlebih dahulu? Sepertinya mereka akan menyukainya. Bakar seluruh wilayah mereka tanpa satu pun yang tersisa, mau itu meriam api atau kau dan pasukanmu menyulut sendiri lahan mereka, aku serahkan padamu!" Gadis itu tersenyum puas dengan kedua matanya yang berbinar.

"Baik Yang Mulia."

Setelah ajudan itu keluar, kini tinggal dua orang dalam ruangan dengan minim pencahayaan yang sama-sama memandang pemandangan di luar.

"Aku harus menghancurkannya. Sedikit lagi... Orang itu harus hancur di tanganku. Malam ini akan menjadi malam yang menyenangkan." Pemuda itu mengepalkan buku jarinya kuat, membuat gadis yang berada di sebelahnya menepuk bahu pelan.

Aimee Lucien de Franc, gadis pemilik nama itu menghela nafas kasar. "Ha tentu saja. Setelah sekian lama, akhirnya kita berhasil melatih dan mengumpulkan pasukan-pasukan baru yang sepenuhnya tunduk dan bukannya malah beralih ke ayah dan ibu."

Louie Heinz de Franc, pemuda dengan paras yang begitu serupa, mencibir. "Cih, mereka memang pengecut. Padahal ini semua demi diri kita sendiri agar bisa sama-sama memimpin. Harusnya mereka bangga!"

Kedua saudara kembar itu melirik satu sama lain dengan tatapan puas tercetak jelas di wajah mereka. Usaha mereka sebentar lagi akan membuahkan hasil. Satu langkah lagi, tidak, hanya memerlukan hitungan waktu untuk mencapai tujuan mereka.

"Tetapi sebelum berpesta, haruskah kita meluangkan waktu berdua untuk minum teh, Louie?" Aimee mengedipkan matanya jenaka, mengajak kembaran dan satu-satunya personel terdekat yang menjadi seluruh dunianya.

"Asalkan aku bisa menikmatinya bersamamu," balas pemuda itu santai. Kemudian ia mengikuti langkah gadis di depannya menuju ruang tengah dengan satu set cangkir dan teko yang sudah disiapkan oleh pelayan mereka. "Oh? Bukankah hari ini Madam Russell mengirimkan cherry pie?" tanya Louie melihat kudapan kecil yang tertata rapi di atas meja di sampingnya.

"Ah, aku tidak menyukainya. Kau tahu bukan, aku tidak bisa memakan cherry jadi aku membuangnya."

Louie sedikit terkejut mendengar penuturan kembarannya. "Membuangnya? Tidakkah itu sedikit kejam?" tanya Louie ragu. Ia mengetahui persis bagaimana sikap dan perilaku kembarannya yang satu itu. Terkadang ia bisa menjadi sangat baik bak malaikat namun di sisi lain, gadis itu bisa dibilang lebih sadis ketimbang tiran yang pernah tercatat dalam buku sejarah. Kembarannya yang satu ini benar-benar sinting.

"Ups, apakah aku barusan berkata bahwa aku membuangnya? Haha maaf, aku memberikannya pada Wendy. Kau tahu 'kan gadis malang yang kubawa 10 tahun lalu?" tanya Aimee seraya memasukkan sebalok kecil gula ke dalam cangkirnya.

Louie mengangguk singkat, "kenapa kau memberinya? Apa yang akan dilakukan pelayan lainnya bila mereka melihatmu memberikan perlakuan khusus padanya?"

Crimson MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang