12. Childhood || pt. 11: Hunt Contest

182 36 20
                                    

Aku terbangun dari tidurku. Ugh, sepertinya kesadaranku menghilang beberapa saat yang lalu dan sekarang perut sebelah kiriku terluka. Dengan begini, ibu tidak akan marah bukan? Toh aku sudah mengikuti kemauannya, tidak, perintahnya.

Aku mencoba untuk duduk di tempat tidurku namun luka itu memberikan rasa sakit yang luar biasa. Seberapa lebar luka ini!?

"Tuan??"

Lilac terlihat berjalan tergopoh-gopoh dari pintu masuk ruanganku.

"Anda sudah siuman?" tanyanya sambil menunduk. Ekspresi mukanya masih menampilkan rasa khawatir. Aku pun mengangguk.

"Sudah berapa lama aku hilang kesadaran?" tanyaku balik sambil mencoba untuk bersandar pada tempat tidurku itu.

Akh,

"T-tuan? Apakah anda masih merasakan sakit?" tanya Lilac yang semakin terlihat khawatir.

Aku menggeleng, tentu saja aku berbohong. Aku tidak ingin mengkhawatirkan Lilac, "aku sudah tidak apa-apa, hanya efek luka basah mungkin," ujarku.

Lilac mengangguk paham lalu menjawab pertanyaanku tadi, "anda hilang kesadaran selama 8 jam, Tuan."

8 jam? Selama itu kah? Ah ya, langit sudah berganti warna dan menggelap. Berarti sekarang sudah sekitar jam 9?

"Lebih lama dari yang kukira," cicitku pelan.

"Ini karena Tuan muda Zander! Ia terlalu serius dan melukai anda, Tuan!"

Aku menggeleng, "ini bukan kesalahannya. Aku yang lengah dan kurang memperhatikan keadaan sekitar. Lagi pula..."

Lilac menungguku untuk melanjutkan perkataanku. Ahh, bagaimana mengatakannya? Semburat merah mulai muncul di pipiku.

"Ähm, Tuan?"

"Ugh, Lilac. Tolong siapkan makan malamku," perintahku akhirnya.

Akh, Lilac tidak rentan seperti biasanya. Aku memang masih 9 tahun namun, aku sudah malu untuk bilang kalau aku lapar!

Lilac yang menyadari sesuatu terlihat gelalapan dan langsung berdiri dan bergegas ke dapur.

"Ah, astaga. Mohon maaf Tuan, akan segera saya siapkan dan bawa kepada anda!"

Ya Tuhan, dia tidak mendengar suara itu tadi kan?

🍁🍁🍁

Aku meletakkan pisau dan garpuku di atas piring lalu menggesernya ke samping kananku. Setelah itu aku mengambil kain serbet lalu mengelap bibirku.

Lilac segera mengambil piring kotor dan peralatan lainnya untuk dibawa ke dapur dan dibersihkan.

"Saya permisi terlebih dahulu, tolong panggil saya bila Tuan membutuhkan sesuatu," ujar Lilac undur diri kemudian keluar dari ruanganku.

Hah...

Aku terluka, kontes berburu tinggal 4 hari lagi. Jika aku mau berada dalam kondisi optimal berarti aku tidak boleh latihan sementara.

Lagi-lagi aku kembali menghembuskan nafas gusar. Aku bosan. Aku mencoba untuk berdiri, luka itu masih sangat menyakitkan tapi bila aku diam saja pastinya malah semakin kaku dan akan lebih menyakitkan keesokannya.

Aku berjalan pelan ke arah lemari-lemari di sisi lain ruangan yang penuh dengan deretan buku-buku. Aku menyusuri buku-buku itu, hampir semua deretan rak-rak ini telah kubaca. Hanya tinggal satu buku berwarna abu-abu pekat dengan beberapa ukiran setengah lingkaran di sekelilingnya. Buku tua yang lembaran-lembarannya sudah menguning, buku yang sekali pun tidak pernah kubuka.

Crimson MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang