18. His Acquaintances

159 36 10
                                    

Seminggu telah berlalu semenjak pertemuan pertamaku dengan Crimson. Hari-hariku di luar kehidupan bangsawan masih baik-baik saja. Aku dan Rylee saling membantu dalam pertemanan kami. Hey, bahkan Lise mulai terbuka denganku. Bukankah itu bagus? Kami tidak lagi merasa canggung.

Keseharianku? Bangun tidur aku langsung berganti pakaian dan merawat sebagian ladang tempat di mana keluarga Rylee menghasilkan uang bagi mereka. Kehidupan rakyat memang lebih menyulitkan ya? Aku harus melaporkan ini semua kepada Alle nanti, bagaimana keadaan bagian terbelakang kekaisaran.

"Kak Xavier!"

Suara kecil seorang gadis, "Lumier?" tanyaku dengan senyum cerah. Senyumku pudar begitu aku melihat siapa yang memanggilku. Ah, gadis itu bukanlah adikku.

"Lise? Mengapa kau memanggilku?" tanyaku berusaha untuk tersenyum kembali.

"Um, kakakku memanggilmu," ujarnya pelan.

Aku menegakkan tubuhku, mengambil cangkul yang kupakai tadi lalu keluar dari genangan lumpur itu.

"Baiklah aku akan segera ke sana," balasku kepadanya yang disambut dengan anggukkannya.

"Ngomong-ngomong, siapa itu Lumier?"

Aku terdiam sejenak, aku tidak tahu apa yang harus kukatakan padanya. Mengingat hari di mana aku berpisah dengan adik perempuan kesayanganku, rasanya menyedihkan.

"Dia..." Aku membuka mulutku, "adalah adik perempuanku," lanjutku lirih.

Lise mengangkat sebelah alisnya dan berjongkok di sisi ladang itu. "Kak Xavier, kakak punya adik perempuan?" tanyanya lagi.

Aku mengangguk. "Ia seumuran denganmu. Sepertinya kalian akan menyukai satu sama lain."

"Benarkah? Bagaimana rupa Lumier? Apakah ia juga menyukai kue raspberry lemon?" tanya Lise dengan mata berbinar.

Aku melompat pelan ke atas tembok batu di sebelah Lise kemudian ikut berjongkok di situ.

"Lumier adalah gadis yang ceria dan cantik, ia selalu memihakku," kenangku sambil terkekeh. "Lumier ... Ia selalu menungguku dan akan tersenyum bila aku pulang dari akademi," ujarku memandang langit.

"Akademi? Apakah itu seperti sekolah?" tanya Lise.

"Hm, iya. Apakah kau tidak pergi ke sekolah, Lise?" tanyaku pelan. Ah, aku tidak menyadarinya.

Lise menggeleng pelan, "aku ingin bersekolah suatu saat nanti," tuturnya tulus. Ia memandangku lalu tersenyum. "Tetapi tidak apa-apa. Kakak selalu mengajariku banyak hal. Kakak pandai loh," lanjutnya memuji Rylee.

"Maaf."

"Hm? Mengapa Kak Xavier meminta maaf?" tanyanya bingung.

Aku menggeleng, "Lise katakan. Jika suatu saat nanti aku bisa mengirimkanmu untuk sekolah, apakah kau mau?" tanyaku menatapnya.

Lise tersenyum lebar. "Benarkah!?" tanyanya tidak percaya. Aku mengangguk cepat.

"Aku mau!"

Kami tersenyum. Aku mengusap pucuk kepalanya pelan, ah perasaan ini. Rasa yang sama... Aku rindu akan Lumier.

Lise menggenggam tanganku, "masuklah ke dalam Kak Xavier, kakakku menunggumu."

Aku mengangguk lalu berjalan pelan menuju rumah Rylee, rumah di mana kehidupan baruku berjalan.

🍁🍁🍁

"Kau memanggilku?"

Rylee menoleh, "akhirnya kau datang juga. Apa yang terjadi? Kau tidak terpeleset kan?" guraunya.

Crimson MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang