||✤ 5

4.8K 668 236
                                    

"Ini kak- Eh! Hidung kakak!"

"Ah- ya sebentar. " Halilintar berlari kearah kamar mandi, menguncinya. Gempa berusaha masuk, takut kakak kenapa-napa.

Halilintar berdiri menghadap kearah cermin, sembari membersihkan hidungnya terus menerus mengeluarkan darah. Dia menatap dirinya yang terlihat seperti baik-baik saja itu. "Hey.. Berhenti membuat raut seperti kau baik-baik saja bodoh! Aku lupa kalau seorang kakak harus terlihat baik-baik saja saat berada didepan adiknya. Berkata bahwa adiknya, jangan rusak sedangkan diri sendiri sudah rusak dari lama. Astaga Hali.. Kau ini!!"

"Kakak kau baik-baik saja?? "

Sepertinya sampai sini dulu diriku. Jangan lupa terlihat baik-baik saja.

Kret.

"Kenapa Gempa?" Halilintar menatap datar kearah adiknya yang terlihat sangat khawatir. "Kak Hali baik-baik saja, kan?"

Pluk.

Halilintar mengacak-acak rambut Gempa seperti apa yang Halilintar lakukan pada Blaze tadi, Gempa tidak melawan. Dia tersenyum mendapat perlakuan seperti itu dari kakaknya. "Tentu saja aku baik-baik saja Gem. Jaga mereka ber-3 dirumah. Tidak boleh ada yang keluar. Kalau butuh apa-apa katakan padaku, dan Gempa.. Jangan bekerja lagi!"

Senyuman yang terukir dibibir Gempa memudar. "Gem hanya ingin mengisi waktu luang sekalian membantu kak Hali mencari uang."

"Tugas Gem hanya belajar. Semua adik Hali harus bisa sukses dimasa depan. Paling tidak kak Hali harus bisa menyekolahkan kalian sampai sarjana 1." Gempa menggeleng kuat.

"Gem gak mau kak Hali terbebani. Kak Hali izinin Gem kerja ya?? Kan Gem kerjanya dirumah!!"

"G. Dah aku mau kembali ke rumah sakit. Makasih bekalnya." Halilintar keluar dari rumahnya, Gempa menatap sendu kearah kakaknya.

"Jaga diri kak.. Aku tau kakak tidak baik-baik saja." gumam Gempa.

⋇⋆✦⋆⋇ 


"Assalamu'alaikum.. "

"Waalaikumsalam kak. "

"Kenapa?" Hali menatap heran kearah kedua adiknya yang menatapnya curiga padanya.

"Kak Hali baik-baik saja?!" tanya keduanya serempak. Halilintar mengangguk.

"Buka baju kak!"

"Untuk apa?"

"Buka saja! " ucap keduanya kompak. Halilintar mengikuti apa yang dikatakan kedua adiknya itu, melepasnya tapi menutupi pada bagian tangannya sayanganya itu tidak akan mempan jika yang melihat adalah Ice yang peka ,dan Solar yang teliti. Tubuh seorang remaja laki-laki yang terbentuk sempurna itu terlihat memiliki beberapa bekas luka.

"Tuh kan! Kak Hali kenapa?!"

"Ini pekerjaanku." Halilintar kembali mengenakan pakaiannya.

"Lalu tangan-"

"Sttt.. Jangan bilang yang lainnya. Ini rahasia kita." Halilintar mengambil semangkuk bubur diatas meja yang berada pada bagian tengah antara tempat tidur adiknya.

"Ayo Solar, buka mulutmu. Kau belum makan kan? " Solar menunduk dia tak berani menatap kakaknya. Sedangkan Ice dia mengambil posisi tidur membelakangi kakaknya. Halilintar meletakkan kembali bubur itu diatas meja.

•Maaf! Merepotkanmu• Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang