||✤ 24

2.5K 443 292
                                    

Jangan lupa tekan 🌟
Tidak menerima silent raeders!

5.00 PM

Pemuda berusia 19 Tahun terpenung dibawah pohon. Merenungi seorang bocah berusia 2 Tahun yang berusaha berlari kearah kedua orang tuanya.

"Ternyata kau disini, Solar." Sang Empu yang dipanggil tidak merespon, Solar masih saja sibuk melihat kehangatan keluarga didepan matanya.

Gempa mengambil tempat disebelah Solar, walaupun mendapat jarak yang diberikan oleh Solar tiba-tiba. Gempa tidak mempersalahkan soal itu, Dia tau hubungannya dengan Solar yang belum juga membaik. "Lihat kesana, Kak!"

Solar mengetik pesan kemudian mengirimkannya pada Gempa sebagai alat komunikasi. Gempa segera menoleh kearah mana yang Solar maksud, tak lama Gempa tersenyum. "Indah,"

"Disitulah tempatnya-"

"Rumah? Hahaha.." Gempa tertawa kosong setelah mengatakanya, Dia bersandar pada pohon. Membiarkan semilir angin menerpa wajahnya.

Sedangkan Solar, Dia melipat kedua kakinya. Menenggelamkan wajahnya disana, jangan heran bila Solar bersikap kekanak-kanakan. Hanya julukan saja 'Bungsu' tapi kasih sayang yang ia dapat dari orang tuanya dulu bukan seperti si 'Bungsu' itu sendiri.

Puk!

Gempa mengelus lembut kepala Solar, kemudian berkata "Kita masih punya Rumah Solar, Rumah yang bahkan lebih baik dari yang lalu."

".." Tiada respon dari Solar untuk kesekian kalinya.

"Dan Kau tau, rumah itu meminta Dirimu untuk pulang sekarang,"

Tak disangka, Solar berdiri. Mengulurkan tangannya untuk Kakaknya, "Kau juga rumahku Kak. Tak peduli kau menyakitiku, Kau tetap rumahku juga." Gempa tersenyum, bukan menerima uluran tangan Solar tapi menawarkan punggungnya.

"Naik! Ku lihat kaki mu bengkak. Jangan katakan Kau terjatuh tadi!"

Solar tidak punya rasa gengsi untuk sekarang, tak peduli umurnya yang akan memasuki lingkup 20 tahunan. Toh, Gempa juga Kakaknya, Apa yang harus ia khawatirkan?

⋇⋆✦⋆⋇ 

07.30 AM

"Jadi selama seminggu Kau akan berlatih bersama ku-" Halilintar sengaja menghentikan perkataannya untuk melihat bagaimana reaksi Taufan.

"Bukan berlatih pedang atau beladiri, melainkan belajar sesuai dengan jurusan yang akan kalian ambil nantinya,"

Senyuman yang tadinya mekar, tiba-tiba saja layu setelah mendengar kalimat mematikan dari si Sulung. Gelak tawa dari Blaze dan Thorn terdengar jelas untuk Taufan.

"Kak! Aku dan Kak Blaze juga ikut?" tanya Thorn yang penasaran, sedikit antusias ingin ikut belajar bersama. Mengingat Dirinya masih memiliki tantangan yang belum selesai dengan Kakaknya Taufan, tak lupa tentangan yang memiliki konsekuensi tinggi.

"Kalian ikut, tapi tidak dengan Diriku. Kalian bisa memilih dengan Ice atau Solar, Gempa juga akan membantu nantinya."

"Yes! Bukan dengan kak Hali!"

"Apa?!"

"Bu-bukan apa-apa!! Kami pergi dulu! Semangat kak Taufan! Hahahaha!!!"

Setelah melihat kepergian Blaze, dan Thorn. Taufan segera menelan ludah ketikan Kakak nya mulai mengenakan kacamata. Taufan tau apa yang akan terjadi jika Halilintar mengenakan kacamata, itu berarti akan ada belajar matematika selama lebih dari 3 jam.

•Maaf! Merepotkanmu• Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang