||✤ 8

4.3K 579 233
                                    

2 minggu berlalu, Solar dan Blaze sudah bisa pulang sayangnya kondisi Ice semakin parah, dan Halilintar semakin dingin (?).

"Ka.. Gem.. Pa.. Kak.. Ha.. Li.. Ma-na? " Ice bertanya dengan nada yang tersendat-sendat, nafas Ice tidak berjalan dengan lancar.

"Sttt!! I-ice gak boleh banyak bicara ya.. Kak Hali sedang pekerja. " Gempa berbohong.

"K-kak Gem.. Bo-hong.. Ya..? "

"Enggak kok! " Gempa mencoba menyangkalnya. Takut kalau nanti Ice semakin kepikiran soal kakak sukungnya. Ice hanya bisa menatap sendu kearah kakaknya.

Sejak sehari setelah kejadian 2 minggu lalu, Ice selalu melihat Halilintar yang hanya keluar masuk untuk melihat atau memberikan kebutuhannya saja, Halilintar akan keluar saat selesai tanpa berbicara satu katapun.

⋇⋆✦⋆⋇ 

"Hali! Semua ini salahmu..! "

"Halilintar! Ini semua salahmu! "

"Bucan calah Hali! Bles yang jatuh sendili! "

Plak!

"Apa-apaan kamu! Jelas-jelas kamu yang mendorong Blaze dari atas tangga! "

"Hiks. Hiks. Bucan calah Hali! Hali ndak dolong Bles! "

"Jangan berbohong Halilintar! Lihat! Kepala Blaze berdarah dan harus dijahit! "

"Hiks. Hiks.. Bucan calah Hali!! " Halilintar kecil berlari keluar dari ruang rawat adiknya. Orang tuanya masih memarahinya dibelakang.

Kaki kecilnya terus berlari tak tentu arah. Isi kepala Halilintar kecil hanya berisi tentang cacian, makian, dari kedua orang tuanya. Setiap hari selalu. Ini juga yang menyebabkan Halilintar semakin paham dengan apa yang ada disekeliling. Pikirannya saat ini bukan seperti anak berusia 3 tahun melainkan remaja 13 tahun.

"Hali udah bilang!! Bucan calah Hali! Hali ndak calah! "

Tin!!! Tin!!!

"Dek!!! Awas!!!! "

Brak!
































"Hosh.. Hosh.. Astaghfirullah! " pemuda itu- Halilintar untuk yang kesekian kalinya selalu bermimpi tentang masa lalunya.

Dia menatap kearah cermin, bisa ia lihat keringat bercucuran, baju, rambutnya sudah berantakan. Bukan itu saja dia bisa melihat bekas air mata melangalir dari sudut matanya.

"Hah... Apa ini akan terus terjadi padaku..? Apakah luka ini tidak bisa diobati? Adakah obat untuk masalalu? " gumam sendu itu-

Obat untuk masalalu, Halilintar adalah masa depan nya. Sedangkan Halilintar sendiri belum menyadarinya. Kau tau Halilintar seperti terjerat oleh jeruji masa lalunya. Jeruji itu hanya bisa dibuka oleh dirinya sendiri, mungkin juga bantuan orang lain.

"Akh!! Sudahlah. Aku- aku mau menjenguk Ice. " berjalan sempoyongan dengan wajah datarnya itu, menuju ke rumah sakit.

Jangan tanyakan beberapa orang yang menatap Halilintar kasian, "hey kau tidak apa? "

•Maaf! Merepotkanmu• Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang