"Blaze giliranmu!"-Halilintar
Blaze memutar bola matanya malas, dia belum selesai menghabiskan es cream nya. "Selamat berjuang Adikku. Disini kakak mu ini akan membeli es cream lagi."
"Hanya melakukan ini kak!"
Blaze merogoh suatu benda didalam sakunya, menggelinding benda itu. Tugas Blaze selesai. Taufan yang disamping Blaze masih melakukan kegitan tertawa dengan beberapa kata candaan untuk Blaze. Sayangnya kebahagiaan Taufan tidak berlangsung lama.
"Kak Taufan ada seseorang di belakangmu, dia mengintai dirimu sedari tadi."-Gempa
Taufan mendengus, sedangkan Blaze tertawa. Walaupun tak lama mandangan mereka menajam. Ingin bermain kan? Mari kita mulai.
Cklek.
Taufan mengambil sebuah senjata api berupa sebuah pistol. Menarik tuasnya siap menembak. Taufan memang belum menujukkannya secara terang-terangan karena masih banyak orang didalam toko es cream itu. "Hanya pistol kak?"
"Tidak... Kamu Blaze?" tanya Taufan, sedangkan Blaze dengan bangga menujukkan bentuk ototnya. "Nih kak!"
"Yakin gak pakai senjata?"
Masih dengan kesombongannya memamerkan bentuk ototnya Blaze menjawab dengan penuh semangat, "Yakin dong!" Bahkan ada beberapa orang pengunjung yang terpesona dengan badan Blaze.
"Kalian mau ditebak mati?!"-Halilintar
"Hehehe.. Ampun kak~"
"Kak Taufan! Dalam 3 detik selanjutnya Solar akan mematikan seluruh aliran listrik didalam cafe. Saat itu juga jangan lengah. Untuk Kak Blaze tetap di tempat jangan kemana-mana!"- Ice
Blaze mangagguk masih ada waktu baginya untuk bersantai sejenak, sedangkan Taufan dirinya menghela nafas. "Aku belum siap!"
"1.... 2.... 3...."
Pat!
Seluruh ruangan menjadi gelap. Tidak akan ada sinyal yang berfungsi disana. "Kak Taufan?" Blaze mencoba meraba tempat Taufan berada memastikan Kakaknya sudah pergi dari sana.
"Aku sudah ada ditoilet."-Taufan
"Gem! Kau dimana?!"-Halilintar
"Atap,"-Gempa
Solar dan Ice tempat mereka berada dikamar rawat rumah sakit. Ice tidak mungkin keluar dari rumah sakit, dirinya hanya bisa membantu Solar menjadi seorang peretas. Dirinya juga membantu Solar untuk memberikan informasi kepada yang lain.
"Ada berapa orang?"-Halilintar
"4, salah satu dari mereka berada ditoilet sepertinya sedang mengincar kak Taufan. Ada juga yang berada didepan kak Blaze. 2 diantara mereka tidak terlacak."
Terdengar beberapa gumaman selama Ice menjelaskan, lebih tepatnya sumpah serapah dari 5 persaudaraan.
Tap!
Taufan mendaratkan kakinya diatas lantai, tangan kanan Taufan melingkar pada leher lawan sedangkan tangan kanan Taufan sedang memutar-mutar pisau didepan wajah lawan. "Sudah lama tidak bertemu, Paman."
"Kau sudah besar ternyata, Blaze."
"Oi! Ini Taufan! Bukan Blaze!!"
"Oh- Ya maaf sudah tua jadi pikun,"
Taufan menatap datar pada seseorang yang ia panggil paman itu. Meletakkan arah pisau tepat pada leher Paman yang lebih pendek darinya. "Bisa 'kah kau meletakkan pisau yang kau todongkan padaku, Thorn?"
KAMU SEDANG MEMBACA
•Maaf! Merepotkanmu•
Fanfiction[TAHAP REVISI (?)] TAMAT || REVISI Halilintar : Menjadi kakak tertua itu berat. Taufan : ... Maaf kak Gempa : Maaf, Kak Hali aku tidak bisa membantumu. Blaze : A-aku paling banyak merepotkanmu kak. Ice : Maaf. Thorn : Th-Thorn hiks.. minta maaf...