||✤ 26

2.4K 401 205
                                    

Jangan lupa tekan 🌟
Tidak menerima silent raeders!

~> Jangan lupa siapkan beberapa lembar tisu nantinya. Jika sangat ingin menghayati beberapa bagian di chapter ini silakan dengarkan lagu, berjudul 'Yang Terbaik Bagimu' selama membaca. (Bagian 1,4)

~> Bagian yang bertuliskan miring artinya kilas balik (Flashback)

⋇⋆✦⋆⋇

Perlahan-lahan pintu dibuka, penuh keraguan. Satu panggilan terdengar saat kedua pemuda itu berhasil membuka pintu dengan sempurna, panggilan untuk seseorang yang selama ini mereka rindukan kehadirannya. "Ayah..!!"

Thorn berlari, tak kuasa menunggu. Gejolak rindu yang teramat berat dilepas dengan sebuah pelukan hangat untuk sang Ayah. Thorn menangis, Blaze hanya diam diambang pintu dengan kedua tangan mengepal erat.

"Thorn.. Blaze.." Dua bersaudara yang dipanggil nama hanya bisa diam membeku selama beberapa detik.

Pria baruh baya berusaha meraih pipi Thorn, kemudian saat Beliau berhasil meraih pipi kiri Putranya Beliau menangis. "Kau sudah besar ya nak.."

"Hiks. Ya! Thorn sudah besar! Tapi kenapa Ayah belum sembuh juga?!" Sang Ayah hanya bisa tersenyum mendengar pertanyaan Thorn. Beliau beralih menatap Blaze yang berdiri diambang pintu.

"Blaze..?? Kau baik-baik saja 'kan, nak?"

"Aku benci padamu! Kau menghilang begitu saja! Kak Hali menyembunyikan Dirimu, setelah tau dimana keberadaanmu selama itu! Kau tau?! Kak Hali berjuang hampir 10 tahun lebih lamanya! Mencari uang sendiri! Membesarkan kami sendiri! Sedangkan dirimu yang ada disini hanya bisa berbaring, tidak melakukan apapun?! Kau lemah! Ice yang memiliki penyakit mematikan saja bisa perkerjaan membantu kak Hali! Sedangkan kau yang seharusnya bertanggungjawab atas semua ini, beralasan hanya karena kau lumpuh?!" Blaze berhasil mengeluarkan semua unek-unek didalam pikirannya yang selama ini Dia pendam.

Beliau kembali tersenyum, kemudian bergumam tidak jelas. "Kapan Ayah akan pulang?"

Sang Ayah yang mendapatkan pertanyaan dari Thorn, menggeleng sebagai jawaban. "Ayah.. Tidak tau kapan hari itu akan tiba,"

Thorn kembali menghela nafas lelah. "Terserah Ayah kalau begitu." Kegiatan dilanjutkan dengan Thorn yang terus bercerita. Sedangkan Blaze hanya berdiri di ambang pintu dengan kepala menunduk.

Ting!

My Guard 🐒
Blaze, Pulang.

Pucat. Halilintar mengirim pesan singkat. Tanpa tanda '!' adalah tanda bahaya baginya. Seperti Kakak Sulungnya sudah mengetahui apa yang dilakukan mereka.

"Thorn.. Kita harus pulang sekarang!" Blaze berlari pergi meninggalkan Thorn yang berusaha mencerna kalimatnya. Saat mengetahui apa yang dimaksud Blaze, Thorn ikut berlari keluar dari sana. Hanya lambaian tangan sebagai salam perpisahan untuk sang Ayah yang binggung dengan apa yang terjadi.

"Mampus!" gumam Blaze, Thorn bersamaan.

"Halilintar.. Kau membesarkan mereka dengan baik ternyata.. Walaupun mereka semakin bodoh,"

⋇⋆✦⋆⋇


"Hah! Hah! Hah!" nafas terengah-engah, karena baru saja berlari lebih dari 5 KM.

Terlihat Halilintar yang sedang membawa sepiring makanan diatas tangannya, memperhatikan Blaze dan Thorn yang tergeletak kelelahan didekatnya. "Dari mana saja kalian?"

"I-itu.. Anu-"

"Sudah, cepat panggil yang lain!" Halilintar memotong perkataan tidak jelas dari keduanya, Dia bergerak untuk duduk disalah satu kursi meja makan. Menunggu seluruh Adiknya kecuali Ice tentunya untuk memulai kegiatan, makan malam.

•Maaf! Merepotkanmu• Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang