||✤ 3

5.4K 668 256
                                    

Saat semua sudah tak bermakna.
Maka hidupmu juga sama tak bermakna!
_Solar ngegas_

⋇⋆✦⋆⋇ 

Tangisan Solar masih terdengar dikamar miliknya. Tapi tak ada yang tau soal itu. Solar menangis karena dipikirannya hanya terngiang kata-kata bully an dari semua temannya. Kalimat menyakitkan itu mengema bagi Solar.

Hiks.. Hikss..

"Stop!! Cukup!! Aku tidak ingin mendengarnya lagi!! Cu-cukup!!!" Solar terus meraung-raung, pikirannya seolah tak bisa berpikir jernih.

Saat sang jenius tersiksa, maka apa yang berada dipikirkannya lebih menyakitkan lagi.

"Kubilang!!! Cukup!!!!"

'Sok ganteng! Sok pinter lu!!'

"Cu-cukup!!"

'Sampah gak tau diri!'

"Solar tidak seperti itu!"

'Menang dibantu orang dalam bangga lu?!! Mampus sana!!! Gak ada gunanya hidup lu!"

"Kubilang cukup!!!!!!!!!!!!" teriakan Solar berhasil mengalihkan aktivitas saudaranya yang ada di rumah.

Brak!

"Solar kau kenapa lagi?!, " Sang kakak tertua yang saat itu tak sengaja melewati kamar Solar, mendobrak dengan kuat pintu kamar Solar. Ia mendekati sang adik yang masih menggigil. "Lar?"

Sama seperti tadi pagi, tak ada jawaban dari Solar. Tubuh Solar menggigil.

Tak lama Gempa dan Thorn yang tadinya ada didapur ikut memasuki kamar Solar. "Loh kak Hali kok dirumah? Kapan pulang?" Dengan polosnya Thorn malah menanyakan kakak sulungnya bukan adik bungsunya yang dalam keadaan seperti itu.

"Bisa kah kau serius sedikit Thorn?! Kau tidak lihat Solar kenapa?!" ujar Halilintar yang sedari pagi tersulut emosi. Dengan polosnya lagi Thorn malah bertanya kembali, "Memanggangnya Solar kenapa?"

"Asdfghjkl!!!!" Beruntung ada Gempa yang sedari tadi berada di dekat kakaknya. Kalau tidak pasti Thorn sudah babak belur saat ini. Sudah tau kakak sulungnya dari pagi sudah stress. Sekarang ditambah kata-kata Thorn yang polos melebihi jalan beraspal.

"Agh! Sekarang bawa saja Solar ke rumah sakit, dirumah sakit ada Taufan dan Blaze! Nanti aku menyusul!"

"Oke kak. " Gempa dengan sigap menggendong adik bungsunya, dibantu Thorn yang memegangi Solar yang sedari tadi memberontak.

"Gem! Naik taksi aja! Nih uangnya!" ujar Halilintar memberikan sejumlah uang. Thorn menerimanya. Mereka melanjutkan berjalan meninggalkan Hali yang masih berada didalam rumah.

Terdengar hela nafas kasar dari kakak sulung itu. Ia kembali berjalan menuju kamarnya. Membuka almari adalah tujuannya.

Tumpukan baju miliknya dikeluarkan dari dalam almari. Dimarahi Gempa nanti? Dia tidak peduli akan hal itu saat ini, ada yang lebih penting untuk dipikirkan.

Disana terdapat kotak berukuran sedang. Ia melepas topinya, mengambil simbol di topinya. Ya itu kuncinya. Kotak itu dibuka, didalamnya ada 2 kartu kredit, dan beberapa dokumen penting lainnya dimasukkan kedalam tas sekolahnya.

•Maaf! Merepotkanmu• Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang