Brak!
"Blaze! "
"Hm..?"
"Dari mana saja kau kemarin malam?! Lalu kenapa kau bau rokok?! Kau merokok?! Mampus kau kalau kak Hali tau!" Bukan Halilintar, bukan Gempa, melaikan kakak kedua mereka Taufan.
"Bukan urusan kak Fan. Pergilah dari kamarku..!!" Taufan yang tidak tahan dengan bau rokok, tanpa ampun menyeret adiknya ke dalam kamar mandi. Taufan membuka keran shower, menguyur Blaze dengan air dingin.
Jangan tanyakan kalimat apa saja yang keluar dari mulut Blaze, terutama kalimat cacian untuk kakaknya. "Blaze! Jaga bicaramu!" Kegiatan memandikan Blaze selesai, Taufan menyeret kembali Blaze keluar dari kamar mandi. Membantu menggantikan pakaian Blaze, Blaze tidak peduli dengan itu, lebih tepatnya dia belum sadar.
"Blaze! Bangun!"
"Tch! Jangan ganggu! Aku mengantuk bodoh!" Taufan tersentak karena berkataan Blaze yang berkata bahwa dia 'bodoh', Taufan tidak menyangkal soal itu karena dia memang 'bodoh'. Tapi bisakah Blaze lebih sopan? Taufan lebih tua darinya beberapa menit.
"Oh.. Kakak mu ini memang bodoh. Maka dari itu kakakmu ini tidak ingin membuat adiknya ikutan bodoh!" Menarik telinga kanan Blaze membawanya sampai di ruang makan, selama perjalanan beberapa kalimat kasar masih keluar dari mulut Blaze.
Taufan mendudukkan adiknya di sempingnya. Berusaha agar adiknya itu terlihat baik-baik saja, Taufan tidak akan tega membuat Blaze mendapat hukuman lagi. Sudah cukup hukuman telinga dijewer dari lantai atas sampai lantai bawah yang ia lakukan.
"Blaze bangun! Kalau kau masih ingin selamat!" ujar Taufan berusaha memperingatkan Blaze. Sangat disayangkan Blaze tidak peduli dengan peringatan Taufan, dia menjatuhkan kepalanya diatas meja makan.
"Kak Fan. Blaze kenapa?"
"Dia habis begadang denganku main game." Taufan berbohong supaya adiknya selamat, mana ada orang yang tega melihat adiknya di cambuk.
"Oo.. Ya sudah. Ayo dimakan!" Gempa memimpin membaca doa sebelum makan. Keheningan melanda 4 orang yang melahap makanan diatas meja, itu adalah peraturan baru yang dibuat kakak sulung mereka.
"Kak Hali belum pulang, Gem?" Pertanyaan Taufan terpotong saat dia mendengar suara pintu terbuka, ditambah ucapan salam.
"Assalamu'alaikum.."
"Waalaikumsalam. Hueee!! Kak Hali!!" Taufan berlari memeluk kakaknya, mungkin dia rindu. Karena pelukan Taufan, hampir saja Halilintar tersungkur kebelakang.
"Kenapa Fan?"
"Kangen."
"Astaghfirullah Taufan. Baru beberapa jam. Oh ya. Mana Blaze?" pandangan hangat dari Halilintar berubah tajam, saat tau Blaze meletakkan kepalanya diatas meja. Taufan yang tau kakaknya akan marah pada adik orange-nya, dia semakin mempererat pelukannya.
"Taufan. Lepaskan!"
"Enggak mau!"
"Fan!"
"Enggak mau! Ufan kangen kak Hali!"
"Tch!" Terpaksa Halilintar mengangkat adiknya seperti membawa karung beras. Halilintar berjalan kearah Blaze, melakukan hal yang sama seperti yang ia lakukan pada Taufan.
"Wow kak Hali kuat ya." ujar Thorn dengan polosnya.
Halilintar melemparkan kedua adiknya supaya duduk diatas sofa. "Blaze buka matamu!" Blaze membuka matanya, dia berteriak kaget saat mata merah apinya bertemu merah ruby milik kakaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
•Maaf! Merepotkanmu•
Hayran Kurgu[TAHAP REVISI (?)] TAMAT || REVISI Halilintar : Menjadi kakak tertua itu berat. Taufan : ... Maaf kak Gempa : Maaf, Kak Hali aku tidak bisa membantumu. Blaze : A-aku paling banyak merepotkanmu kak. Ice : Maaf. Thorn : Th-Thorn hiks.. minta maaf...