"Ada apa Thorn kenapa kau menangis?" Halilintar baru saja datang dari lantai atas menemui Taufan tadi.
"Huaaaa!!! Kak Hali!!! Solar!!!!" Thorn melemparkan ponsel yang ia pegang, berlari menyambar kakaknya.
"Ada apa dengan Solar?" Thorn tidak menjawab sepertinya dia masih shock dengan apa yang ia dengar dari balik sana.
Cukup lama Thorn menangis, semakin menumpuk juga rasa khawatir Halilintar. Sampai pada akhirnya Taufan datang. "Ada apa ini?" Halilintar mengangkat kedua bahunya, seolah menyatakan bahwa dia juga tidak tau.
"Thorn.. Kenapa Thorn menangis?" ujar Taufan dengan lembut.
"So-Solar.... Huaaaaa!!"
Halilintar maupun Taufan sama-sama membuat rait terkejut. "Thorn.. Jangan bercanda. Solar kan sedang ada di kompetisi yang diikuti banyak orang dari seluruh dunia. Tentu saja keamanannya terjaga." Taufan berkata dengan gugup. Takut ada kalimat yang salah.
Halilintar yang kemudian bercaya dengan apa yang dikatakan Thorn segera berdiri dan mencari kunci mobil. "Taufan! Thorn! Ikut aku!"
Taufan mengangguk, dia membawa Thorn yang masih menangis. Mereka memasuki mobil, dengan kecepatan penuh Halilintar mengendarai mobilnya menuju Bandara. Sampai disana Halilintar dengan cekatan berlari membeli tiket.
⋇⋆✦⋆⋇
Disisi lain..
"Apa yang mau kalau lakukan pada Solar, ha?!" Tatapan tajam dari manik oranye itu ditunjukkan pada seseorang yang berada lantai atas.
Seseorang yang ditatap tajam oleh Blaze melompat dari lantai atas, kemudian mendarat sempurna didepan Blaze. "Aku hanya melaksanakan perintah dari salah satu saudaramu yang membayarku. Aku lupa namanya.. Ah- bisa jadi itu kau? Wajah kalian sama."
"Apa yang kau maksud bodoh?!"
Sosok itu melihat kearah Solar yang bersembunyi dibelakang Blaze. Solar menujukkan raut ketakutan, seperti seseorang yang trauma. Bahkan Solar hanya menunduk.
"Hm.. Sepertinya misi ku belum berhasil, karena ada pengganggu yang tiba-tiba datang. Bukan gagal sepenuhnya sih.. Bukan begitu Solar-"
Dor!
Dor!
Dor!"Hentikan..!! A-ku takut!! Ku-mohon..!!" Solar terduduk lemas saat mendengar suara tembakan. Sosok itu tertawa melihat Solar yang ketakutan, sedangkan Blaze dia masih berjaga-jaga didepan Solar dengan membawa pisau yang tadi ia gunakan untuk menepis arah peluru yang hampir saja mengenai Solar.
"Wah.. Wah.. Betul kata saudaramu itu! Kau takut suara tembakan. Ku denger darinya kau dulu pernah mengalami kejadian yang membuat dirimu benar-benar takut dengan suara ini. Baiklah.. Kita sampai disini dulu, Solar. Berterima kasihlah karena aku membiarkanmu saat ini, seharusnya bisa saja aku membunuh kakakmu (Blaze) bersama dengan mu, sayangnya nanti aku juga yang repot dengan saudaramu yang menyuruhku itu. Bye.."
Sosok itu menghilang bersama dengan lambaian tangan darinya. Beberapa menit setelahnya datang Halilintar dengan Taufan maupun Thorn. "Kak Hali!"
Blaze mengayunkan tangannya supaya Halilintar berjalan kearahnya. "Untung saja kau sampai tepat waktu, Blaze."
"Hehehe.."
"Hey! Sudahlah! Kita harus membawa Solar pulang! Thorn kau sudah melakukan tugasmu kan?" ujar Taufan yang diberi jawaban anggukan dari ke-3 saudaranya.
Mereka keluar gedung dengan Blaze yang membawa Solar. Thorn sibuk mengurus masalah yang baru saja terjadi, sebelum ia pergi. Berbeda dengan Taufan yang dengan santainya memakan permen.
KAMU SEDANG MEMBACA
•Maaf! Merepotkanmu•
Fanfic[TAHAP REVISI (?)] TAMAT || REVISI Halilintar : Menjadi kakak tertua itu berat. Taufan : ... Maaf kak Gempa : Maaf, Kak Hali aku tidak bisa membantumu. Blaze : A-aku paling banyak merepotkanmu kak. Ice : Maaf. Thorn : Th-Thorn hiks.. minta maaf...