||✤ 27

2.4K 419 195
                                    

Jangan lupa tekan 🌟
Tidak menerima pembaca gelap!

Lampu belajar dinyalakan, hanya remang-remang lampu kecil itu saja yang menerangi kamar pemuda tersebut. Buku disusun sampai 3 tingkat keatas, dan 2 kesamping, maka total ke seluruhnya adalah 6 buku tebal.

"Baik, kita mulai belajar!" Salah satu buku tebal dibuka, bersama dengan tablet untuk mencari informasi lebih dalam lagi.

Taufan. Ya, kalian tidak salah. Taufan sedang belajar dengan serius sekarang. Jika bertanya apa tujuan Taufan kalian bisa melihat pada dinding di depannya saat ini.

UNIVERSITAS OXFORD

Jangan katakan Taufan bermimpi terlalu tinggi. Masih ingat 'kan soal perkataan Presiden Pertama Indonesia, Gantungkanlah Cita-citamu setinggi langit, Bermimpilah setinggi langit. Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh diantara bintang-bintang.

Saat ini Taufan sedang berjuang mendapatkan apa yang Dia inginkan. Dia tau apa konsekuensi yang akan Dia dapatkan setelah itu. Apa yang akan terjadi nanti biarlah terjadi, saat ini Dia hanya ingin berusaha sekuat mungkin.

Jatuh diantara bintang-bintang jauh lebih baik dari pada jatuh diantara tumpukan sampah.

..

Jarum jam terus berdenting di keheningan malam. Dengan alunan musik yang samar-samar terdengar, sedangkan Taufan sudah tertidur pulas dengan kepala diatas meja.

Dalam diam seseorang masuk kedalam kamar Taufan. Berdecak kesal melihat buku-buku berserakan diatas meja, bahkan ada yang tergeletak dibawah lantai. Memungut satu persatu, meletakkan semuanya pada tempat yang seharusnya.

Manik ruby itu bersinar dalam gelap, setelah mematikan satu-satunya cahaya yang menerangi, saat ini hanya sinar bulan dari jendela besar lah yang menerangi. Namun Halilintar kembali menghidupkannya, hanya karena sebuah kertas bertuliskan.

Halilintar itu kembaranku, Dia hanya 5 menit lebih tua dariku. Namun sejak Abang pergi dari dunia ini, Aku selalu menganggapnya jauh lebih tua dariku. Seolah jarak usia kami berbeda 5 tahun, bukan 5 menit.

Dari kejauhan Aku melihatnya seperti seorang pahlawan yang tidak kenal lelah apalagi menyerah, tapi saat aku melihatnya dari dekat Dia seperti Bocah cenggeng yang suka merengek. Aku tidak bercanda.

Jika kalian tau salah satu alasanku masuk kedalam kamarnya adalah melihat dan mendengarkan dia berceloteh, kemudian menangis dalam tidurnya. Paling parah adalah saat dia berkata "Hiks.. Hiks.. Hali masuk parit!! Kotor!!"

Intinya, Halilintar adalah seseorang yang sangat berjasa dalam hidupku.

Malu, Halilintar menutup wajahnya yang memerah mendengar penuturan Taufan di dalam kertas yang bertuliskan tentang dirinya. Halilintar pikir Dia hanya bermimpi biasa, bukan mengigau.

Halilintar meletakkan kembali kertas tersebut kembali pada tempatnya, setelah menuliskan sesuatu disana. "Tidak mungkin Aku bisa mengangkat Taufan sekarang."

Kesalahan kerja kembali terjadi, tak sengaja tertembak peluru salah sasaran, dan entah mengapa penyakitnya kambuh saat ini. Kepala serasa dipukul palu.

Maka dari itu Halilintar memilih membawakan selimut untuk menghangatkan tubuh Taufan yang dingin karena AC. Ide jahil Halilintar tiba-tiba terlintas, Halilintar menyeringai "Lihat saja saat kau bangun nanti."

..

"Kak Hali!!!!!!!!!!!!!" teriakan membahana Taufan dipagi hari berhasil menghentikan seluruh aktivitas saudaranya yang lain.

•Maaf! Merepotkanmu• Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang