||✤ 19

3.1K 484 372
                                    

Darah keluar dari dalam tubuh Halilintar melewati hidung dan mulutnya. Didepan kaca manik ruby itu menatap tajam kearah sesosok tubuhnya sendiri.

"Ughh.." Jantungnya berdetak kencang. Seolah dirinya baru saja lari puluhan kilo meter.

Maniknya mulai memperhatikan tubuhnya dari atas sampai bawah. Tanganya menyibakkan rambutnya, beberapa helai hinggap ditangannya. Kemudian beralih pada kaki dan tangannya, tidak ada reaksi yang ditunjukkan oleh dirinya. Kali ini manik ruby itu berhenti pada tubuh atasnya yang penuh dengan bekas luka.

"Kau harus lebih cepat menyelesaikan ini Halilintar. Waktumu tidak banyak." gumamnya.

⋇⋆✦⋆⋇ 

Halilintar berdiri didepan jendela kamarnya. Menatap Gempa dan Taufan yang sedang berbincang. Sesekali dirinya melihat ekspres mereka berdua yang berubah-ubah. Beberapa menit berlalu, perdebatan antara keduanya terdengar sampai telinga Halilintar.

"Kenapa kau tega melukai, Solar?!"

"Kakak apa bedanya?! Kakak juga pernah melukai Thorn!"

"Karena Aku muak dengannya!"

"Begitu pula denganku! Kakak jangan menganggap bahwa Aku salah! Kakak juga pernah melakukan hal yang sama!"

Halilintar mengernyit, ada apa dengan adik-adiknya ini. Halilintar tau apa yang selama ini Adiknya lakukan. Ribuan kali Halilintar juga sudah mengingatkan soal itu, tapi entah mengapa mereka belum sadar juga atas perbuatan mereka. Berlindung dibalik topeng.

"Tch." Decakan dari kedua saudara kembar itu mengakhir pembicaraan.

Tok.. Tok.. Tok..

"Masuk saja." Mengangkat kedua alis sebagai isyarat bertanya pada si Bungsu. Solar mengambil secarik kertas dari saku celananya, menulis sesuatu di atasnya.

Tadi Solar dihubungi panitia Olimpiade.
Mereka meminta maaf soal kejadian kemarin. Mereka berkenan mengganti rugi pada Solar. Tapi Solar menolakmya. Karena menurut Solar, Solar yang salah. Apa Solar salah kak?

"Tidak, kau benar. Lalu?" Solar mengangguk, tanganya kembali menulis sesuatu.

Solar mendapat ini.

Solar mengambil sesuatu lagi dibalik saku celananya. Kemudian memberikannya padamu Halilintar. Halilintar tidak memberikan respon apapun.

Ini untuk kakak. Karena selama ini sudah bantu Solar. Makasih ya kak. Maaf kalau jumlahnya cuma sedikit, dan maaf juga Solar belum bisa bawa perhargaan untuk kakak.

"Simpan saja untuk dirimu, Lar. Lumayan untuk bantu kamu bisa masuk Universitas yang kau inginkan setelah ini. Belajar yang rajin lagi ya. Maaf kak Hali tidak bisa bantu menjaga keutuhan lisanmu." Pelukan tiba-tiba yang kembali didapatkan oleh Halilintar, membuat dirinya terduduk diatas kasur. Solar duduk bersimpuh, meletakan kepalanya dipaha Halilintar sembari membiarkan air matanya, tak henti-hentinya keluar.

'Kak Hali sudah bantu banyak selama ini.'

⋇⋆✦⋆⋇ 

"Jadi jelaskan padaku apa maksud kalian melakukan semua itu?!"

"Cemburu," jawaban singkat dari Taufan, dan Gempa. Halilintar masih tetap dengan raut datarnya itu.

•Maaf! Merepotkanmu• Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang