||✤ 28

2.3K 405 124
                                    

Jangan lupa tekan 🌟
Tidak menerima pembaca gelap!

Burung-burung bernyayi, menandakan hari baru telah dimulai. Hari yang melelahkan, menurut 7 bersaudara. Mereka sedang berada di tengah hutan, dengan barang bawaan yang begitu banyaknya.

Satu hari berhasil menjadi hari terburuk yang mereka alami. Banyak kejadian diluar nalar. Dari Halilintar yang identitas aslinya diketahui oleh publik, sampai Taufan yang kehilangan suara dan senyumannya, dan Thorn yang kehilangan kedua penglihatannya.

"Gempa dan Solar cari air dulu ya!" seru Gempa, menawarkan dirinya bersama Solar untuk mencari air.

Lokasi mereka saat ini berada di sebuah hutan yang jauh dari perkotaan. Lelah raga maupun jiwa tak lagi terhitung jika ditanya berapa harganya. "Hm.." Halilintar berdehem sebagai jawaban. Kakinya hendak melangkah saja sudah berat saat ini.

Berjalan puluhan kilo meter membawa Ice di punggungnya, dan menenangkan Thorn, Taufan yang menangis kemudian diam termenung sepanjang jalan. Setelah itu menangani Blaze yang terus menerus mengomel, dan Solar yang menarik-narik bajunya, karena diperhatikan monyet liar. Hanya Gempa yang sedikit waras. "Kau lelah, Kak?"

"Kau pikir?"

Hening, rumput bergoyang disekeliling mereka membuat tenang. Terlebih lagi cocok untuk Taufan dan Thorn. "Kak.. Thorn bisa melihat lagi 'kan?!" pertanyaan spontan dari Thorn membuat Halilintar terteguh.

"Ya.. Setelah hari itu tiba." Halilintar bergumam. Ke-4 pemuda yang mendengar itu merasakan nyeri didada mereka, pertanda buruk.

"Aku tidak suka kau berkata seperti itu! Kematian gak ada yang tau, Kak!"

"Kematian sudah digariskan. Tapi Aku tetap tidak bisa menjamin dan mengetahui kapan Aku akan mati. Dari Abdullah radliallahu anhu dia berkata; "Nabi shallallahu alaihi wasallam pernah membuat suatu garis persegi empat, dan menggaris tengah dipersegi empat tersebut, dan satu garis di luar garis segi empat tersebut, serta membuat beberapa garis kecil pada sisi garis tengah dari tengah garis tersebut. Lalu beliau bersabda: Ini adalah manusia dan ini adalah ajalnya yang telah mengitarinya atau yang mengelilinginya dan yang di luar ini adalah cita-citanya, sementara garis-garis kecil ini adalah rintangan-rintangannya, jika ia berbuat salah, maka ia akan terkena garis ini, jika berbuat salah lagi maka garis ini akan mengenainya." (HR. Bukhari) [No. 6417 Fathul Bari]" Jelas Halilintar.

Mereka tidak tau harus tersenyum senang atau tersenyum sendu. Jalan satu satunya yang bisa mereka lakukan adalah berdo'a dan memohon ampun atas apa yang telah mereka lakukan selama ini.

Sesuatu menekan kaki serta kedua pundaknya, kemudian memijatnya dengan lembut. "Tch! Apa yang kalian lakukan!" Halilintar menarik kedua kakinya kembali. Malu dengan apa yang dilakukan Blaze dan Taufan.

"Gak boleh nih, Kak? Padahal mereka yang berjuang selama ini. Kami hanya ingin berterima kasih," ujar Blaze, terkekeh melihat sikap tsundere Halilintar tiba-tiba muncul.

Tak lama Halilintar makin meluluh, Dia mulai menerima apa yang dilakukan ke-2 Adiknya. Berusaha menganggap bahwa apa yang mereka lakukan adalah hal biasa.

Dengkuran halus terdengar. Halilintar tertidur pulas bersender pada sebatang pohon. Baik Ice dan Thorn yang tadinya menunduk kemudian tersenyum mendengarnya bersama Blaze.

•Maaf! Merepotkanmu• Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang